Morathorium dan Pembentukan Kota Tangerang Selatan

77 Komisi II, diharapkan Pembahasan RUU tentang pembentukan Kota Tangsel dapat terselesaikan pada awal 2008. 99

2. Morathorium dan Pembentukan Kota Tangerang Selatan

Di sisi yang lain, proses di Departemen Dalam Negeri juga tak kalah penting. Berhembusnya kabar di awal 2008 atas kebijakan Presiden tentang morathorium Penundaan pembentukan daerah otonom baru, seiring akan dilaksanakannya Pemilu 2009, jadi dalam hal ini seluruh pihak pemerintahan, baik eksekutif, yudikatif, maupun legislatif, diminta untuk dapat konsetrasi pada persiapan Pemilu tersebut, dan menghentikan seluruh kegiatan apapun yang dapat menghambat jalannya pemilu. Oleh karena itu, Menteri Dalam Negeri H. Mardiyanto pada sat itu, tidak akan merekomendasikan RUU tentang Pembentukan daerah otonom baru, yang masuk dalam kloter kedua dan ketiga pasca Pemilu 2009, dan hanya akan mengesahkan pembahasan RUU pada kloter satu, sebanyak 12 RUU. Dalam hal ini, RUU tentang pembentukan Kota Tangsel termasuk dalam kloter kedua dari 15 RUU. 100 Tentunya dengan berhembusnya kabar tersebut menimbulkan rasa pesimistis dikalangan penggerak pembentukan Kota Tangsel. Ternyata setelah di analisa oleh sejumlah kalangan penggerak pembentukan Kota Tangsel, adanya kebijakan morathorium tersebut munculnya dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, disamping memang alasan yang diberikan memang sehubungan dengan Pemilu 99 DPR Tinjau Calon Ibukota Tangsel, dalam Harian Umum Radar banten, edisi 31 Oktober 2007. 100 Pepih Nugraha, Gukung Morathorium Pemekaran, dalam http:humbahas.blogspot.com200703dukung-moratorium-pemekaran.html , diposting pada bulan Maret 2007,, sumber tulisan dari Harian Umum Kompas edisi 10 Maret 2007, disunting pada 02 2010. 78 Raya 2009, selain itu juga berkaitan dengan tidak berkembangnya pemekaran wilayah di sejumlah daerah pemekaran baru, yang sifatnya hanya akan merugikan APBN negara saja. 101 Karena kebijakan tersebut munculnya dari Ketua Umum Partai Golkar, sekaligus Wakil Presiden, tentu saja seluruh kalangan pemerintah, baik daerah maupun pusat memegang betul intruksi tersebut, dan hal ini terjadi pada Bupati Tangerang Ismet Iskandar, sebagai kader Partai Golkar Tangerang. Menurut H. Zarkasyih Noer, adanya pembahasan pemekaran wilayah, sebenarnya tidak akan menghambat pelaksanaan Pemilu 2009, karena secara keseluruhan RUU tentang pembentukan Kota Tangsel sudah selesai, walaupun baru masuk dalam kloter kedua, karena kelengkapan syarat yang tertuang dalam berbagai Undang-undang sudah dilengkapi semuanya. 102 Posisi dilematis kini tengah dirasakan Bupati dan segenap jajarannya yang merupakan kader Partai Golkar. Satu sisi, Bupati harus mengikuti kebijakan yang dikeluarkan Wakil Presiden, namun di sisi yang lain, Bupati Ismet Iskandar tengah mencalonkan diri pada Pilkada periode 2008-2013, sebagaimana dalam kampanyenya Pembentukan Kota Tangsel menjadi senjata ampuh untuk meraup suara dari kecamatan-kecamatan besar, semacam kecamatan Ciputat, Serpong, dan Pamulang. Jika pembentukan Kota Tangsel di tunda, maka secara otomatis hal tersebut akan dapat merugikan Bupati dalam pencalonannya. Akhirnya Bupati berfikir ulang, karena walau bagaimanapun aspirasi masyarakat harus diutamakan. Melalui Tim kecilnya, Bupati mendesak dan melobi Departemen Dalam Negeri, di samping segenap anggota pansus terus melengkapi berkas-berkas tentang 101 Ibid. 102 Hasil wawancara langsung Penulis dengan H. Zarkasyih Noer, pada 11 Juni 2010. 79 pembentukan Kota Tangsel, dalam hal ini juga Gubernur di minta untuk melobi Wakil Presiden agar dapat menunda kebijakan tentang morathorium pemekaran wilayah. Dengan usaha tersebut, menunjukkan sebuah hasil, dengan datangnya Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah untuk melakukan verivikasi data dan meninjau lokasi daerah yang hendak dimekarkan. Ditambah lagi dengan dimajukannya jadwal pembahasan RUU tentang pembentukan Kota Tangsel dalam kloter satu bersama 12 calon daerah otonomi baru lainnya, yang rencananya akan dilakukan pada awal April 2008. 103 Namun dalam perjalanannya, jadwal tersebut tidak sesuai rencana, yang semula direncanakannya akan di bahas awal April 2008, namun harus mundur pada Oktober 2008. Mengetahui kabar tersebut, persiapan pembentukan Kota Tangsel semakin dimatangkan, rapat-rapat tentang mekanisme hibah dan anggaran untuk pemerintahan Kota Tangsel terus dirumuskan. Dukungan yang kuat dari pemerintah Tangerang membuat pembahasan pembentukan Kota Tangsel, baik di Departemen Dalam Negeri maupun di Komisi II DPR-RI berjalan lancar. Proses pun semakin lancar, ketika komunikasi politik antara Tim Kecil, presidium pembentukan Kota Tangsel semakin melancarkan lobi-lobi politik. 104 Berdasarkan jadwal di Sekretariat DPR-RI, rapat Paripurna DPR-RI yang akan mengesahkan 12 RUU daerah otonom baru akan digelar pada 26 Oktober 2008. Namun, satu hari menjelang rapat Paripurna digelar, suasana di DPR-RI maupun di DEPDAGRI sedikit memanas, seiring diberitakannya kabar, bahwa dari 12 daerah yang akan dimekarkan, sebenarnya hanya tujuh yang dianggap 103 Ibid. 104 Terganjal 14 Kota Otonom Baru Yang Belum Di Verifikasi, Harian Umum Radar Banten, dalam http:forum.tamanroyal.comindex.phptopic,429.0prev_next,next.htmlnew , dipoting pada Minggu 13 juli 2008, disunting pada 02 Juni 2010. 80 memenuhi syarat. Ketujuh daerah tersebut adalah Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang barat, Kabupaten Pringsewu ketiganya berasal dari Provinsi Lampung, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunung Sitoli ketiganya berasal dari Provinsi Sumatera Utara, dan Kota Tangerang Selatan. Sedangkan lima kabupaten atau kota yang lainnya, dianggap Komisi II belum memenuhi syarat. 105 Panasnya atmosfir politik di DPR-RI, membuat Komisi II terpecah menjadi tiga faksi. Faksi pertama, yang menginginkan daerah-daerah yang akan disahkan hanya daerah-daerah yang memenuhi persyaratan saja. Faksi kedua, yang menolak faksi pertama, dengan opsi terakhir, jika hanya beberapa daerah yang memenuhi syarat saja yang hendak di sahkan, lebih baik tidak digelar rapat Paripurna sama sekali, sehingga tidak ada pemekaran wilayah lagi. Faksi ketiga, yang lebih mengedepankan prinsip “senasib dan sepenanggungan”, dengan memberikan opsi, agar sebaiknya kedua belas RUU tersebut disahkan dan menjadi Undang-undang saja, tanpa melihat wilayah tersebut sudah memenuhi persyaratan atau belum, karena walau bagaimanapun, para pihak penyelenggara telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar daerahnya dapat menjadi lebih sejahtera melalui pemekaran wilayah tersebut. 106 Akhirnya rapat Paripurna pun digelar, diawali dengan perdebatan yang alot dari ketiga faksi tersebut. Namun rapat tetap berjalan dengan lancar, yang di pimpin oleh Ketua DPR-RI periode 2004-2009, Ir. H. R. Agung Laksono dan dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri H. Mardiyanto dan Menteri Hukum dan Ham 105 Selamat Datang Tangerang Selatan, Harian Umum Radar Banten, dalam http:www.serpong.org20081028selamat-datang-tangerang-selatan , diposting pada 28 Oktober 2008. 106 Ibid 81 Andi mattalata, serta pejabat, anggota dewan, dan tokoh masyarakat perwakilan daerah yang akan dimekarkan. Seperti Paripurna pada umumnya, 10 Fraksi DPR- RI diminta untuk memberikan keputusan 12 RUU yang akan disahkan. Dalam hal ini 10 Fraksi tersebut, secara tegas menyatakan persetujuan pembentukan 12 daerah otonom baru, termasuk didalamnya tentang pembentukan Kota Tangerang Selatan. Dan dua hari kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani 12 undang-undang baru tersebut, termasuk didalamnya Undang- undang No 51 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota tangerang Selatan. 107

C. Polemik Struktur Pemerintahan Tangerang Selatan