KARAKTERISTIK MORFOLOGI PATAHAN BIOPLASTIK PATI HASIL UJI KETAHANAN AIR BIOPLASTIK PATI TALAS DENGAN

64 Dari gambar 4.14 terlihat variasi temperatur pemanasan larutan pati mempengaruhi nilai pemanjangan pada saat putus bioplastik pati talas dengan pengisi kitosan dan plasticizer gliserol yang dihasilkan. Dari gambar diatas diperoleh pemanjangan pada saat putus terbesar adalah pada temperatur 75 o C dengan komposisi larutan pati 30 w, gliserol 3 v dan kitosan 1 w dimana nilai pemanjangan pada saat putus adalah sebesar 45,846. dan nilai pemanjangan pada saat putus yang terendah adalah pada temperatur 65 o C dengan komposisi larutan pati 30 w, gliserol 3v dan kitosan 2 w dimana nilai pemanjangan pada saat putus adalah sebesar 24,968 . Semakin mendekati temperatur gelatinisasi bioplastik pada proses pemanasan larutan pati maka nilai pemanjangan pada saat putus bioplastik yang diperoleh akan semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil analisa profil gelatinisasi yang diperoleh, dimana temperatur gelatinisasi bioplastik pati talas dengan pengisi kitosan dan plasticizer gliserol adalah sebesar 76,67 o C.

4.8 KARAKTERISTIK MORFOLOGI PATAHAN BIOPLASTIK PATI

TALAS DENGAN KITOSAN DAN PLASTICIZER GLISEROL Karakteristik morfologi permukaan patahan ditunjukkan dengan analisa Scanning Electron Microscopy SEM. Dibawah disajikan karakteristik hasil analisa morfologi patahan bioplastik dengan komposisi kandungan pati talas 30 w, gliserol 1v dan kitosan 2 w pada temperatur 75 o C di perbesaran 1000x. Gambar 4.15 Hasil Analisa Morfologi Patahan Bioplastik Pati Talas Dengan Kitosan dan Plasticizer Gliserol di Perbesaran 1000x Universitas Sumatera Utara 65 Dari Gambar 4.15 dapat dilihat hasil analisa morfologi patahan uji kekuatan tarik dari bioplastik dengan komposisi kandungan pati talas 30 w, gliserol 1v dan kitosan 2 w pada temperatur 75 o C di perbesaran 1000x menunjukkan bahwa penyebaran pengisi kitosan yang tidak merata dan masih terdapat beberapa fraksi kosong berukuran kecil bekas penginggalan partikel yang patah. Adanya pengisi kitosan yang tidak merata dan terdapat fraksi kosong menunjukkan bioplastik tersebut lemah. Fraksi kosong tersebut menyebabkan pada saat bioplastik yang dihasilkan diberi beban maka tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga mengurangi kekauatan bioplastik [26].

4.9 HASIL UJI KETAHANAN AIR BIOPLASTIK PATI TALAS DENGAN

KITOSAN DAN PLASTICIZER GLISEROL Water-absorption dalam bioplastik merupakan kemampuan bioplastik menyerap air dalam waktu tertentu. Water-absorption pada bioplastik merupakan salah satu masalah terutama dalam penggunaan bioplastik di luar ruangan. Karena itu, pengaruh dari water-absorption sangat vital untuk penggunaan bioplastik dari serat alami dilingkungan terbuka [29]. Pada bioplastik diharapkan air yang terserap pada bahan sangat sedikit atau dengan kata lain daya serap bahan tersebut terhadap air harus rendah. Sifat ini dipengaruhi oleh komponen - komponen penyusun bioplastik, seperti bahan baku, bahan pendukung dan pemlastis. Bioplastik yang diuji adalah bioplastik pati talas dengan kitosan dan plasticizer gliserol pada temperatur 75 o C dengan komposisi: a Kandungan pati 30 w, gliserol 1v dan kitosan 1 w, b Kandungan pati 30 w, gliserol 1v dan kitosan 1,5 w serta c Kandungan pati 30 w, gliserol 1v dan kitosan 2 w. dibawah ini disajikan gambar hasil analisis ketahanan air bioplastik pati talas dengan kitosan dan plasticizer gliserol. Universitas Sumatera Utara 66 Gambar 4.16 Hasil Uji Ketahanan Air Bioplastik Pati Talas Dengan Kitosan dan Plasticizer Gliserol Pada Gambar 4.16 terlihat bahwa seiring bertambahnya variasi kitosan maka kemampuan bioplastik menyerap air dalam waktu tertentu juga akan semakin menurun, pada sampel bioplastik a kandungan pati 30 w, gliserol 1v dan kitosan 1 w memiliki daya serap air yang tinggi sebesar 60, pada sampel bioplastik b kandungan pati 30 w, gliserol 1v dan kitosan 1,5 w memiliki daya serap terhadap air sebesar 44,45 berkurang seiring dengan penambahan variasi kitosan, kemudian pada sampel bioplastik c kandungan pati 30 w, gliserol 1v dan kitosan 2 w memiliki daya serap terhadap air yang paling rendah yaitu sebesar 42,85. Semakin besar variasi khitosan akan mengakibatkan semakin kecil peluang air yang terserap. H al ini dikarenakan semakin besar variasi kitosan maka semakin banyak ikatan hidrogen yang terdapat dalam bioplastik sehingga ikatan kimianya akan semakin kuat dan sulit untuk diputus karena memerlukan energi yang besar untuk memutuskan ikatan tersebut [63]. Selain itu k itosan sebagai biopolimer telah memberikan sifat ketahanan air yang baik pada bahan bioplastik, dikarenakan sifat kitosan yang hidrofobik tidak suka air dan mudah mengalami biodegradasi [40].

4.10 HASIL UJI BIODEGRADASI BIOPLASTIK PATI TALAS DENGAN