18 Hasil penelitian Setiani, dkk 2013 dengan judul “Preparasi dan Karakterisasi
Edible Film dari Poliblend Pati Sukun- Kitosan” menyatakan dari hasil analisa sifat
kekuatan tarik dan pemanjangan pada saat putus diperoleh nilai kekuatan tarik sebesar 16,34 MPa dan nilai pemanjangan pada saat putus sebesar 6 [54]. Sedangkan
menurut Utari, dkk 2008 semakin besar konsentrasi kitosan maka semakin banyak ikatan hidrogen yang terdapat dalam bioplastik sehingga ikatan kimianya akan
semakin kuat dan sulit untuk diputus [63].
2.7 GLISEROL
Gliserol C
3
H
8
O
3
adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen
yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis saat dikecap, namun bersifat racun. Gliserol dapat diperoleh dari proses saponifikasi dari
lemak hewan, transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses epiklorohidrin serta proses pengolahan minyak goreng. Gliserol memiliki sifat fisik
sebagi berikut: Berat molekul : 92,02 gmol
Titik didih : 290
o
C Titik beku
: 19
o
C Densitas uap : 3,17
Gliserol memiliki sifat kimia yaitu: Memiliki rasa yang manis
Larut dengan air Larut dengan etanol
Berwarna bening
OH HO
OH
Gambar 2.6 Struktur Gliserol
Universitas Sumatera Utara
19 Gliserol merupakan salah satu plasticizer yang banyak digunakan dan cukup
efektif mengurangi ikatan hidrogen internal sehingga akan meningkatkan jarak intermolekuler. Secara teoritis plasticizer dapat menurunkan gaya internal diantara
rantai polimer, sehingga akan menurunkan tingkat kekakuan dan meningkatkan permeabilitas terhadap uap air [43].
Pada pembuatan bioplastik gliserol memiliki peranan yang cukup penting. Pati merupakan polimer alam dalam bentuk butiran yang tidak dapat diproses menjadi
material termoplastik karena kuatnya ikatan hydrogen intermolecular dan intramolecular. Molekul plastizicer akan mengganggu kekompakan pati, menurunkan
interaksi intermolekuler dan meningkatkan mobilitas polimer. Selanjutnya mengakibatkan peningkatan elongation dan penurunan tensile strength seiring dengan
peningkatan konsentrasi gliserol [42]. Sehingga, dengan adanya air dan plasticizer, ikatan hidrogen tersebut dapat diputuskan dan pati dapat diolah menjadi polimer yang
biodegradabel yang biasa disebut thermoplastic starch. Pencampuran sempurna diperlukan untuk memperoleh distribusi yang homogen
untuk
menghasilkan hubungan yang kuat antara gliserol dengan polimer berbasiskan pati. Pada kadar gliserol rendah,
polimer yang terbentuk memiliki struktur yang rapuh menunjukkan sifat yang tidak kuat dan tidak fleksibel [7].
Ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antar molekul yang terjadi antara dua muatan listrik persial dengan polaritas yang berlawanan. Ikatan hidrogen terjadi ketika
sebuah melekul memiliki atom O, N atau F yang mempunyai pasangan elektron bebas Lone pair elektron. Hidrogen dari molekul lain akan berinteraksi dengan pasangan
elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besaran ikatan bervariasi mulai dari yang lemah 1
– 2 kJ.mol
-1
hingga tinggi 155 kJ.mol
-1
[7]. Hasil penelitian Sinaga, dkk 2014 dengan judul “Pengaruh Penambahan
Gliserol Terhadap Sifat Kekuatan Tarik dan Pemanjangan saat Putus Bioplastik dari Umbi Ta
las’ diperoleh nilai kekuatan tarik sebesar 18,4992 MPa dan nilai pemanjangan saat putus sebesar 2,129. Sedangkan menurut Rodriguez, dkk 2006
menyatakan bahwa Semakin banyak variasi gliserol yang ditambahkan maka semakin rendah nilai kekuatan tarik yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan Molekul
plastizicer akan mengganggu kekompakan pati, menurunkan interaksi ikatan hidrogen dan meningkatkan mobilitas polimer [42].
Universitas Sumatera Utara
20
2.8 PENGOLAHAN BIOPLASTIK