dan kasih bagi rakyat miskin dan yang tidak terakomodir secara politik dan sosial.
31
E. Agama dan Politik
Agama dan politik adalah dua hal yang berbeda. Namun bagaimanapun juga, karena agama membutuhkan politik dan karena manusia adalah makhluk sosial,
maka setiap pemimpin agama pastilah berpolitik praktis. Politik umat beragama adalah politik yang didasarkan kepada etika agama terkait.
Pada mulanya, manusia berpolitik karena persoalan keluarga. Putra-putri Nabi Adam melakukan tindakan politik untuk memperoleh kepentingan mereka. Pada
mulanya Qabil dan Habil bersaing secara politik untuk melakukan negosiasi dengan Allah. Yaitu tentang penjodohan mereka, dimana Qabil tidak mau
menikahi saudari kembar Habil, tetapi Habil mau menikahi saudari kembar Qabil. Kisah tersebut adalah kisah pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia.
Di zaman kerajaan-kerajaan purbakala, manusia bersaing menjadi kepala suku, raja atau kaisar. Kemudian sistem politik yang lebih modern terbentuk di zaman
Yunani Kuno. Disini terbentuklah polis-polis atau negara kota, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Yunani Raya. Politik modern ini kemudian menjalar
ke Romawi dan beberapa daerah lain. Kemudian sistem politik modern ini menjadi suatu trend dalam pembentukan kekaisaran di beberapa daerah hingga
sekarang ini. Sistem republik dan demokrasi kemudian terbentuk dalam konteks agama Pagan Yunani dan Romawi. Baru setelah Kaisar Constantinus Agung
memerintah, agama Pagan Romawi digantikan oleh Roma Katolik. Yaitu agama
31
Ibid, h. .
Kristen yang memiliki suatu ketua agama, atau pemimpin umat seluruh dunia. Pemimpin itu disebut Paus atau dalam bahasa Latin disebut Papam.
Namun kemudian, sebagian umat Kristen sadar, bahwa bila kekuasaan agama dikaitkan dengan kekuasaan kerajaan, maka akan menjurus kepada ketidakadilan.
Oleh karena itu, sebagian umat Kristen lalu membuat gerakan reformasi gereja, yang dipimpin oleh Martin Luther, dimana masyarakat Kristen diajak kembali
kepada ajaran Injil, yang memisahkan antara hak kaisar dengan hak Tuhan. Dalam hal ini, Injil telah menjelaskan dengan menyebut bahwa penguasa Kerajaan Tuhan
adalah para gembala atau pendeta. Sedangkan penguasa kerajaan dunia adalah para kaisar dan bangsawan.
Dalam paham Kristen, penguasa harus melaksanakan pemerintahan dengan cinta kasih yang tulus, dimana mereka tidak memaksakan kehendak sesuai dengan
kesukaaanya. Dalam hal ini, terdapat tiga pokok yang berbeda dalam persoalan politik dan ajaran Kristen. Ketiga pokok tersebut adalah bahwa Yesus adalah juru
selamat umat manusia, bahwa pemerintahan haruslah adil dan penuh kasih dan bahwa pemerintah harus diajak untuk bersikap bijaksana, was-was dan
menjauhkan diri dari kezaliman.
32
Di dalam konteks ke-Kristenan, dapat disimpulkan bahwa etika Kristen yang berhubungan dengan politik, adalah ajaran cinta dan kasih. Ajaran cinta dan kasih
ini diterapkan melalui tatanan negara dimana umat Kristen menjadi “garam dan terang di bumi” atau memberi pengaruh yang luas dan kuat.
Sementara Kristen menyebarkan ajaran kasih dalam pemerintahan dan kekuasaan, Islam lahir dengan membawa misi serupa di Mekkah. Dalam masa awal
32
Olaf Schumann, Agama-Agama dan Soal Kekuasaan dalam Lintasan Sejarah, dalam Einar M. Sitompul, ed, Teologi Politik; Agama-Agama dan Kekuasaan, h.
- .
penyebarannya, Islam menuntut adanya keimanan sosial, dimana masyarakat yang beriman, diwajibkan untuk membantu fakir miskin dan anak terlantar, serta para
janda dan budak. Islam secara terang-terangan menentang perbudakan, dengan menyarankan pembebasan budak sebagai sunnah yang berpahala jika dikerjakan.
Kemudian dalam periode Madinah, Nabi Muhammad membuat suatu konstitusi bernama Piagam Madinah, dimana masyarakat Muslim, Kristen dan Yahudi,
diharuskan hidup bersama dalam damai dan kasih Allah. Mereka juga diwajibkan untuk saling melindungi dalam kehidupan bernegara.
33
Ini adalah tonggak awal nasionalisme dalam Islam dan agama secara umum. Mengapa demikian? Karena selama masa lima abad pertama masehi, ajaran
agama belum dijadikan dasar bagi sebuah konsep cinta tanah air, atau cinta terhadap kampong halaman, kendati pada dasarnya tidak terdapat nash al Quran
dan Hadits yang memerintahkan cinta tanah air secara tekstual. Secara teoritis, maka konsep politik Islam adalah syura, atau musyawarah. Ini
yang kemudian menjadi konsep demokrasi Islam. Akan tetapi, konsep khilafah juga tidak dapat dilepaskan dari ajaran Islam. Hal ini karena Khilafah Islamiyah
merupakan suatu hasil ijtihad para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad. Pemikiran politik Islam yang sedemikian, pada dasarnya lebih cenderung kepada
pemikiran mengenai tata negara.
34
Dalam konteks Islam, musyawarah adalah satu sistem politik yang menyerupai demokrasi. Demokrasi Islam atau syura adalah satu sistem dan ideologi yang
senantiasa dipakai dalam segala bentuk partisipasi politik umat Islam. Hal ini
33
Ibid, h. -
.
34
Kacung Marijan dan Ma’mun Murod Al-Brebesy, ed, Abdurrahman Wahid; Mengurai Hubungan Agama dan Negara
, Jakarta: Grasindo, , h.
.
dikarenakan adanya perintah Allah untuk bermusyawarah dalam segala urusan dunia.
35
35
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta: UI-Press, , h. .
BAB III
PROFIL PARTAI DAMAI SEJAHTERA
A. Sejarah Organisasi PDS