Teori Partisipasi Politik KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah aksi-aksi yang bertujuan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi politik dapat berupa aksi individual atau kolektif. 9 Menurut Samuel Huntington, sebagaimana dikutip Miriam Budiardjo, partisipasi politik adalah segala kegiatan warga, baik pribadi maupun kolektif, yang bertujuan mempengaruhi kebijakan pemerintah. 10 Herbert McClosky mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah segala kegiatan sukarela warga negara dalam proses pengambilan kebijakan. Dalam kerangka sistem politik, maka tindakan partisipasi politik merupakan input yang tidak terlepas dari output awal, yaitu kebijakan atau rancangan kebijakan pemerintah. 11 Berdasarkan pengertian partisipasi politik yang dibuat para ahli di atas, maka partisipasi politik adalah segala kegiatan manusia yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan eksekutif atau legislatif dalam sebuah wilayah tertentu, baik berhasil atau tidak berhasil. Disini partisipasi politik akan mempengaruhi setiap kebijakan politik dan masa depan setiap kelompok masyarakat. Ini artinya tanpa partisipasi politik, maka setiap kelompok masyarakat akan tidak memiliki masa depan yang jelas. 9 Amy L. Freedman, Political Participation and Ethnic Minorities; Chinese Overseas in Malaysia, Indonesia and the United States , New York: Routledge, , h. . 10 Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, No Easy Choice; Political Participation in Developing Countries , Cambridge, Mass: Harvard University Press, , h. sebagaimana dikutip dalam Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, , h. . 11 Toto Pribadi, Materi Pokok Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Universitas Terbuka, ., h. . Dalam negara demokrasi, partisipasi politik menjadi begitu penting bagi berjalannya negara. Artinya, partisipasi politik begitu menentukan masa depan bangsa dan daerah-daerahnya. Sedangkan tingkat partisipasi politik yang rendah dianggap sebagai tanda yang tidak baik bagi keberlangsungan pemerintahan. Disini tingkat partisipasi yang tinggi dituntut oleh negara dan daerah, sebagai bagian penting keberlangsungan pemerintahan. Bentuk partisipasi kemudian dapat dibagi dua. Karena para sarjana yang mempelajari negara demokrasi barat akan berpendapat bahwa partisipasi politik adalah yang tidak dipaksakan. Sedangkan para sarjana yang mempelajari negara komunis dan negara berkembang, berpendapat bahwa terdapat yang dinamakan partisipasi yang dimobilisasi mobilized participation . Konsep mobilized participation bertentangan dengan konsep autonomous participation. Dalam persoalan ini, berarti terdapat partisipasi politik yang dipaksakan atau dimobilisasi. 12 Dalam negara demokrasi, partisipasi bukanlah hanya sebuah kepatuhan total kepada pemerintah, seperti yang terjadi di negara komunis dan negara dengan rezim otoriter. Partisipasi politik dalam negara demokrasi adalah partisipasi politik yang bersifat sukarela dan sangat menentukan masa depan negara dan daerah-daerahnya. Dengan demikian, dalam negara demokrasi, partisipasi politik begitu dituntut demi berjalannya sebuah pemerintahan yang baik. Bahkan termasuk dalam partisipasi politik adalah upaya untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang bersih melalui berbagai cara yang dihalalkan. 13 12 Ibid, h. - . 13 Syamsul Wathoni, Partisipasi Politik Warga dalam Penyusunan Kebijakan, Artikel diakses pada Januari dari http:lakpesdamngawi.orgindex .php?option=com_contentdo_pdf= id= . Dapat disimpulkan, bahwa partisipasi politik itu, ada yang mobilized, ada yang autonomous , ada yang legal dan ada yang ilegal. Terdapat pula partisipasi politik yang melalui keaktifan memilih dan terdapat yang melalui keaktifan mengemukakan pendapat. Juga terdapat partisipasi politik yang dilakukan melalui keaktifan dalam mendukung kebijakan pemerintah.

B. Teori Partai Politik