sangat  besar.  Berikut  tabel  yang  menjelaskan  jumlah  nilai  ekspor  komoditas  AS pada pasar Asia US Census Bureau 2012
Tabel 6: Nilai ekspor barang dan jasa AS pada pasar Asia 2006 – 2012 Tahun
Nilai Ekspor juta dollar AS 2006
290,765.1 2007
327,285.9 2008
359,151.2 2009
307,896.6 2010
387,360.6 2011
439,240.7 2012
456,538.2
Sumber: US Census Bureau 2012 diakses dari https:www.census.govforeign- tradebalancec0016.html
Dari data tabel diatas terlihat  jumlah ekspor komoditas AS pada kawasan ini ternilai sangat besar pada tahun 2012 yaitu 456.538 juta Dollar AS, meningkat
jauh  dari  tahun  2006  yang  bernilai  290,765  juta  Dollar  AS,  hal  inilah  yang menjadikan  kawasan  Asia  sangat  penting  bagi  AS.  AS  tidak  hanya  memiliki
kepentingan  pada  bidang  politik  dan  keamanan  tapi  juga  pada  bidang  ekonomi. Untuk  itulah  kegiatan  perdagangan  Amerika  Serikat  di  Asia  harus  aman  dari
ancaman  militer  Tiongkok  dan  Korea  Utara  karena  hal  ini  merupakan  investasi jangka panjang AS.
97
BAB V KESIMPULAN
Berawal  pada  masa  Presiden  Bush,  AS  mendorong  perubahan  kebijakan dan  pertahanan  Jepang  karena  adanya  ancaman  senjata  nuklir  Korea  Utara  dan
perkembangan  pesat  militer  Tiongkok.  Presiden  Bush  meminta  Jepang  untuk segera  mengubah  kebijakan  pertahanan  dan  keamanan  demi  memperkuat
kekuatan  aliansi  militer  AS-Jepang.  Dengan  adanya  perubahan  kebijakan pertahanan dan keamanan Jepang, AS mengharapkan semakin mudah dan banyak
kerjasama militer  yang mungkin dilakukan AS-Jepang di masa mendatang dalam rangka menangkal ancaman kekuatan Korea Utara dan Tiongkok.
Amerika Serikat pada masa kepemimpinan Presiden Obama menempatkan kawasan  Asia  Pasifik  menjadi  prioritas  utama  pada  Kebijakan  Luar  Negeri  AS.
Kebijakan ini dikenal dengan nama “The Pivot to Asia” Amerika Serikat memiliki kepentingan  untuk  menjadi  negara  hegemon  di  kawasan  Asia  Pasifik  tanpa
kekuatan  penyaing.  Bagi  Amerika  Serikat  setidaknya  memiliki  empat  tujuan utama yang mendasari keterlibatannya di daerah Asia Timur, antara lain pertama
mencegah  munculnya  hegemoni  regional  yaitu  kekuatan  militer  Tiongkok  dan Korea Utara; kedua, mempertahankan jalur transit di daerah Asia Timur baik jalur
laut  maupun  udara,  ketiga  menjaga  akses  komersial  yang  dibutuhkan  untuk menjaga  perdamaian  dan  stabilitas  kawasan  perdagangan;  keempat  memperkuat
dan  mempertahankan  hubungan  keamanan  di  antara  sekutu  dalam  rangka membendung kekuatan militer Korea Utara dan Tiongkok di kawasan Asia Timur.
Kekuatan  militer  Tiongkok  dan  Korea  Utara  yang  mengalami perkembangan pesat dianggap AS dapat menghalangi kepentingannya di kawasan
ini.  Kekuatan  Tiongkok  dan  Korea  Utara  berada pada  sub-kawasan Asia  Timur, yang  mana  pada  kawasan  ini  AS  memiliki  hubungan  aliansi  dengan  Jepang.
Untuk  itulah  Amerika  Serikat  menganggap  persekutuan  bersama  Jepang  adalah strategi  untuk  membendung  kekuatan  militer  Tiongkok  dan  Korea  Utara  di
kawasan Asia Timur. Perkembangan pesat militer Tiongkok dan kepemilikan senjata nuklir oleh
Korea  Utara  mengakibatkan  AS  meminta  Jepang  untuk  lebih  memperhatikan masalah  pertahanannya.  Perubahan  kebijakan  pertahanan  dan  keamanan  Jepang
dianggap AS sebagai langkah  yang penting dalam kepentingan untuk menangkal kekuatan  militer  Tiongkok  dan  Korea  Utara.  Jepang  melakukan  perubahan
kebijakan pertahanan dan keamanan ketika Badan Pertahanan Jepang ditingkatkan statusnya menjadi Kementerian Pertahanan yang dipimpin langsung oleh seorang
menteri dan berhak secara langsung mengajukan anggaran pertahanan sendiri. Berdirinya  Kementerian  Pertahanan  Jepang  menjadi  momentum  penting
bagi Jepang untuk terus bertransformasi dalam kekuatan militernya. Kementerian Pertahanan  berdiri  diikuti  dengan  kenaikan  anggaran  belanja  militer  pada  2006,
perkembangan  teknologi  militer  dan  perubahan  doktrin  penggunaan  kekuatan militer.  Semua  perubahan  ini  atas  dorongan  Amerika  Serikat  kepada  Jepang
dalam merespon ancaman  yang terlihat dari perkembangan militer Tiongkok dan kepemilikan senjata nuklir Korea Utara.
Penambahan fasilitas militer serta semakin banyak ditandatanganinya nota kesepakatan bersama AS-Jepang merupakan bukti bahwa kekuatan aliansi militer
AS-Jepang  semakin  kuat  pasca  Kementerian  Pertahanan  Jepang  berdiri.  Tujuan transformasi militer Jepang ini agar Jepang tidak lagi mengikuti pasal 9 Konstitusi
1947  yang  berisi  tentang  ketergantungan  Jepang  terhadap  payung  militer  AS, tetapi  menjadi  sekutu  aliansi  yang mandiri  demi  menghadapi  ancaman  kekuatan
Tiongkok dan Korea Utara. Jadi  kepentingan  AS  dalam  mendorong  perubahan  kebijakan  pertahanan
dan  keamanan  Jepang  adalah  untuk  ballance  of  threat  yaitu  berusaha menyeimbangi  kekuatan  militer  Korea  Utara  dan  Tiongkok,  dengan  strategi
extended  deterrence  yang  ditujukan  pada  Tiongkok  dan  Korea  Utara.  Tiongkok dan  Korea  Utara  dianggap  Amerika  Serikat  sebagai  hambatan  yang  dapat
menghalangi  AS  dalam  mencapai  kepentingan  nasionalnya  di  kawasan  ini, termasuk kepentingan investasi ekonominya pada jalur perdagangan Asia Pasifik.
x
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Adamy, Namzariga. Kebijakan Peacekeeping Operation Jepang di Kamboja : Suatu
TinjauanTerhadap Perubahan Kebijakan Luar Negeri Jepang Pasca Perang Dingin, Jakarta : UI, 2004.
Akaha, Tsuneo. Japan Security After US  Hegemony , The  International Relation of Japan, Kathlen Newland : London Publishing Group, 1990.
Anderson, Justin V  Jeffrey A. Larsen. Extended Deterrence and Allied Assurance: Key  Concepts  and  Current  Challenges  for  U.S.  Policy,Colorado:  USAF
Institute  for National Security Studies, September 2013. Anggoro, Kusnanto. Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional
VIII:  Keamanan  Nasional,  Pertahanan  Negara  dan  Ketertiban  Umum, Jakarta: CSIS, 2003.
Art, Robert J  Robert Jervis Robert.International Politics Enduring Concepts and Contemporary Issues, New York : Pearson Longman, 2007.
Ashley J.T.,  Janice Bially.  Measuring National Power in the Postindustrial Age. New York: Rand, 2000.
Avery  Emma    Rinehart  Ian  E.  U.S  –  Japan  Alliance.  Congressional  Research Service: December 2013.
Beck,  Paul  Allen  dan  Frank  J.Sorauf.  1992.  Party  Politics  in  America.  USA  : HarperCollins Publisher
Betts,  Richard  K.  Conflict  After  the  Cold  Arguments  on  Cause of  War  and  Peace, Mac Millan Publishing Company, 1994.
Burchill, Scott. Theoris of International Relation, New York : Palgrave, 1996. Biddle,  Stephen.  Military  Power:  Explaining  Victory and  Defeat In  Modern Battle.
New Jersey: Princeton University Press, 2004. Bishop,  Chris  eds  The  Encyclopedia  of  Weapons  of  World  War  II.  Barnes
Nobel. 1998. Buzan,  Barry.“An  Introductionto  Strategic  Studies:  Military  Technology  and
International Relations” dalam  ikrar Nusa Bakti, “Forum Regional ASEAN dan  Pengaturan  Keamanan  Regional  di  Asia  Pasifik”..Jurnal  Ilmu  Politik,
No.10 1997. Buzan, Barry  Eric Herring, The Arms Dynamic in World Politics, London:Lynne
Rienner Publisher, 1998 Dupuy,  Trevor  N.International  military  and  defence  Encylopedia  :  vol  :  1-6
Brassery’s US NY : 2012 Cossa,  R  A.  The  U.S  Asia-Pacific  Secuirity  Strategy  for  the  Twenty-First  Century,
pada The Security Environment in The Asia-Pacifi, eds Tien H  T. Cheng. New York: M.E. Sharpe  An East Gate Book, 2000.
Creswell,  John  W.  1994.  Research  Design  :  Qualitative  and  Quantitative Approaches.  Thousand  Oaks  :  SAGE  Publications,IncCharles,William
Maynes.  The  perils  of  and  for  an  Imperial  America,  foreign  Policy, Summer, 1998.