Kekuatan Militer Jepang Bentuk Perubahan Kebijakan Pertahanan dan Keamanan Jepang

Kemudian di bawah ini grafik yang menggambarkan kekuatan persenjataan militer Jepang berdasarkan jumlah pada Angaktan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Grafik 2: Jumlah Kekuatan Persenjatan Militer Jepang Sumber: Diolah dari Website Kementerian Pertahanan Jepang, www.mod.jp.go dan Military Balance 2012 diakses pada 8 Oktober 2014 Seperti yang dapat dilihat dalam grafik di atas, alutsista yang dimiliki oleh Jepang dalam beberapa periode mengalami penurunan jumlah pada persenjataan yang dimiliki oleh Angkatan Darat. Pada NDPG 1976, Jepang terkesan hanya memikirkan kuantitas persenjataan daripada kualitasnya, sekitar 13.000 senjata pada Angkatan Darat. Akan tetapi jika melihat pada Angkatan Laut dan Angkatan Udara militer Jepang berjumlah sangat sedikit, hanya sekitar 200 senjata dan tidak mengalami kenaikan besar seiring berubahnya doktrin pada NDPG baru. 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Angkatan Darat Angkatan Laut Angkatan Udara 1976 1996-1999 Pasca Perang Dingin 2001 2005 2007 2012 Peningkatan kualitas dan mengurangi kuantitas unit militer yang kurang efektif menjadi doktrin baru dalam militer Jepang. Persenjataan yang efektif dan efisien merupakan tujuan dari Jepang melakukan pengurangan terhadap armada militernya. Contoh Jepang mengurangi Tank Tipe-74 secara bertahap yang rencananya akan digantikan oleh Tank terbaru Tipe-10, dan meningkatkan jumlah Tank Tipe-90 yang dinilai canggih dan efisien. Pada Angkatan Udara dan Angkatan Laut Jepang terjadi peningkatan, karena pada white paper sebelum 2012 Jepang tidak terlalu fokus pada pengembangan armada udara dan maritim Military Ballance 2012. Kemudian Jepang melakukan transformasi pada segi alat pengintaian dan radar dan armada udara. Tercatat saat ini Jepang mempunyai empat unit satelit pengintai, empat unit pesawat pengisi bahan bakar tipe KC-767, lima unit helikopter anti kapal selam tipe SH-60J dan satu unit helikopter penumpang atau aircraft carrier helicopter pada tahun NDPG 2010. NDPG 2010 menambah armada laut Jepang dengan menambah ssistem pertahanan rudal balistik yang dipasang pada kapal tempur. Kemudian menambah enam buah kapal tempur kelas Kongo dan penambahan dua unit kapal tempur kelas Atago Japan Ministry of Defense 2012. Ketika AS mendorong Jepang untuk meningkatkan status Badan Pertahanan menjadi Kementerian Pertahanan dari 2006 – 2007, merupakan suatu momentum penting bagi Jepang dalam sejarah transformasi militernya. Kementerian Pertahanan kini dapat secara langsung mengajukan rancangan undang-undang dalam pertemuan kabinet dan memberikan permohonan anggaran pertahanan ke Kementerian Keuangan tanpa harus melalui kementerian lainnya di mana sebelumnya, posisi dan status Badan Pertahanan yang berada di bawah kementerian lainnya membuatnya tidak mempunyai wewenang penuh atas bidang pertahanan. Tanggung jawab utama pertahanan nasional akan berpindah dari Perdana Menteri kepada Menteri Pertahanan, akan tetapi untuk kepentingan kontrol sipil terhadap Self Defense Force SDF, Perdana Menteri akan tetap menjadi Panglima Tertinggi dengan kuasa untuk memerintahkan mobilisasi untuk keperluan pertahanan dan untuk menegakkan hukum dan ketertiban Irsan 2007. Dengan berdirinya Kementerian Pertahanan Jepang secara mandiri dan tidak lagi di bawah kementerian lain berdampak pada kapabilitas militer Jepang yang mengalami perkembangan pesat. Menurut Ashley J.T. dan Janice Bially 2000 dalam buku Measuring National Power in the Postindustrial Age, kapabilitas militer suatau negara dapat dilihat dari kekuatan militernya dalam menghadapi ancaman dari luar demi menjaga keamanan nasional. Kapabilitas militer juga dilihat bagaimana negara dapat memanfaatkan semua armada militernya dalam menghadapi ancaman negara dan demi kepentingan nasional Ashley Bially 2000. Kapabilitas militer Jepang dalam doktrin NDPG 2010 lebih memfokuskan pada peningkatan kualitas armada tempur dan mengurangi kuantitas armada tempur yang dianggap tidak sesuai dengan ancaman pada zaman sekarang. Peningkatan kualitas militer ini terlihat dari pengurangan jumlah Tank Kelas Utama tipe lama digantikan dengan tipe baru, meningkatkan senjata artileri dengan rudal kendali yang dapat mencapai target di udara surface to air, serta dalam segi komando dengan jaringan yang efisien yaitu membangun unit siaga. Atas dorongan AS, Pencipataan kekuatan militer Jepang yang lebih efisien, mobilitas dan fleksibilitas tinggi untuk menghadapi ancaman militer Korea Utara dan Tiongkok. AS akan terus memberikan Jepang pembelajaran militer demi menciptakan sistem pertahanan yang kuat NDPG Document 2010. Jepang juga melakukan peningkatan pada kekuatan armada maritimnya untuk mengantispasi kemungkinan adanya ancaman pada kepulauan teritori Jepang yang di sekitar empat pulau utama Park 2010. Berikut ini adalah tabel mengenai peningkatan kekuatan Jepang yang dilihat melalui kepemilikan alutsista. Tabel 3: Kekuatan Militer Jepang Tahun 2012 Nama Unit Militer Jumlah buah Satelit pengintai 4 Pesawat pengintai maritim 95 Pesawat peringatan Dini 17 MBT Main Battle Tank 850 Helikopter Serang 185 Artilery 1880 Kapal Selam 40 Kapal Tempur Permukaan Utama 49 Aircraft Carrier Helicopter 40 Armor Cruiser 2 Destroyer 30 Frigates 16 Coastal and patrol combatants 6 Pesawat dengan kemampuan tempur 469 Fighter Ground Attack Fighter 361 Sumber: Japan Ministry of Defense 2012 diakses dari http:www.mod.go.jp pada 13 Agustus 2014 Tabel di atas menggambarkan kekuatan militer Jepang pada tahun 2012, dimana jumlah armored cruiser sangat sedikit yaitu hanya dua buah. Armored Cruiser merupakan kapal perang pada medan perang lautan lepas dan samudera, Jepang banyak kehilangan kapal perangnya pada Perang Dunia II, sekitar puluhan Cruiser Jepang tennggelam oleh sekutu AS Bishop 1998. Pada masa sekarang AS lebih berperan dalam menyiapkan cruiser untuk kekuatan aliansi militer kedua negara. Pada tabel di atas juga terlihat Jepang memiliki banyak artileri atau senjata meriam, terdiri dari Rocket Launcher atau penembak roket: 120 mm Six-Rocket Launcher, 200 mm Rocket Launcher Model 1 200 mm, Rocket Launcher Model 2200 mm, Rocket Launcher Model 3, 450 mm Heavy Rocket Launcher, dan tipe lainnya. Selain Rocket Launcer, artilery militer Jepang juga terdiri dari heavy anti-aircraft gun anti tank guns type 3 12 cm aa gun, model 96 25 mm ataa guntype 1 37 mm, anti-tank gun, light anti-aircraft gun type 93 13.2 mm aa machinegun, medium anti-aircraft gun model 96 25 mm, dual purpose anti- tankanti-aircraft gun, vickers type 40 mm ataa gun, dan lainnya dengan total artilery atau senjata meriam sebesar 1880 senjata dengan beberapa bentuk dan model yang telah dijelaskan di atas Japan Ministry of Defense 2012. Selain dengan melihat gambaran persenjataan militer secara langsung, kita dapat melihat peningkatan jumlah kekuatan persenjataan dengan melihat anggaran belanja militer yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Jepang. Pada masa kepemimpinan Perdana Menteri Takeo Miki pada tanun 1976, Jepang memberlakukan pembatasan terhadap anggaran pertahanannya dalam batasan 1 dari APBN. Sampai saat ini Jepang memberlakukan pembatasan tersebut kecuali di tahun 1987 pada masa pemerintahan Perdana Menteri Yasuhiro Nakasone, yang melebihi sedikit di atas 1 APBN. Akan tetapi pasca Kementerian Pertahanan berdiri, anggaran belanja militer Jepang konsisten naik walaupun porsi di APBN masih 1 dikarenakan APBN Jepang yang juga naik Irsan 2007. Berikut grafik anggaran belanja militer Jepang pada satu dekade 2002-2012. Grafik 3: Anggaran Pertahanan Jepang 2004-2014 Sumber: Diolah dari Website resmi Kementerian Pertahanan Jepang www.mod.go.jped_budget dan Bank Dunia www.worldbank.org di akses pada 25 September 2014 Dari data yang didapat dari World Bank, dalam kurun waktu 10 tahun belakangan 1992-2012, grafik anggaran pertahanan Jepang menunjukkan konsisten meningkat setelah tahun 2007. Setelah sempat mengalami penurunan pada tahun sebelum 2007, anggaran pertahanan Jepang mulai mengalami peningkatan kembali dari tahun 2007 sampai tahun 2012. Pada tahun 2007 anggaran belanja militer Jepang sebesar 43 miliar Dollar AS, meningkat di tahun 2008 sebesar 45 miliar Dollar AS, meningkat lagi pada tahun 2009 sebesar 50 miliar Dollar AS, berturut dari tahun 2010-2012 meningkat sebesar 55-65 miliar 10 20 30 40 50 60 70 80 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2006-2012 2013-2014 Miliar Dollar Dollar AS Japan Ministry of Defense 2012. Pada tahun berikutnya yaitu 2013 anggaran belanja Jepang hanya meningkat sedikit, yaitu menjadi 66 miliar Dollar AS, serta pada 2014 menjadi 68 miliar Dollar AS World Bank 2014. Awal kenaikan pada tahun 2007 dikarenakan pengaruh peningkatan status Badan Pertahanan menjadi Kementerian Pertahanan yang secara resmi dapat mengajukan langsung anggaran pertahanannya Wang 2008 . Yang kemudian menjadi perhatian adalah bahwa angka 1 dari APBN tidak memberikan gambaran bahwa Jepang memiliki anggaran pertahanan yang lebih rendah dibandingkan negara lain yang memiliki jumlah persen anggaran pertahanan yang lebih besar dari APBN. Negara dengan kemampuan ekonomi yang besar seperti Jepang, walaupun hanya mengalokasikan bagian kecil dari APBN untuk pertahanan dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan kekuatan militer yang terlihat dari grafik yang konsisten naik Deming 2004. Kekuatan militer adalah salah satu indikator untuk melihat kapabiltas militer suatu negara, dalam isu ini Jepang terlihat mengalami penurunan kuantitas alutsista Angkatan Darat dari tahun 1976 hingga 2012. Dapat dilihat juga peningkatan kuantitas dari pengadaan persenjataan atau sistem pertahanan baru yang belum pernah dimiliki oleh Jepang sebelumnya. Dilihat dari grafik anggaran pertahanan dari 2002-2012, Jepang konsisten dalam peningkatan jumlah walaupun tidak signifikan kenaikannya, dikarenakan pengaruh peningkatan status Badan Pertahanan menjadi Kementerian Pertahanan yang secara resmi dapat mengajukan langsung anggaran pertahanannya. Kesimpulannya, Jepang lebih memfokuskan pada peningkatan kualitas pertahanannya bukan kuantitasnya, khususnya pada kekuatan maritim dan udaranya. Selain itu juga melakukan efisiensi terhadap kekuatan daratnya dengan melakukan pengurangan persenjataannya Military Balance 2012 . Artinya dana pertahanan yang terus naik digunakan Jepang dalam pengadaan senjata baru yang lebih modern dan mengurangi kuantitas senjata lama yang dianggap tidak mampu bersaing di zaman ini.

3.1.2 Teknologi Militer Jepang

Teknologi Militer merupakan salah satu indikator yang sering dilihat untuk melihat kapabilitas militer suatu negara. Teknologi militer Jepang mulai berkembang pasca dikeluarkannya NDPG 1976. Dalam white paper tersebut mengarahkan Jepang untuk melakukan transformasi pada alutsista misalnya dengan pengadaan peralatan militer dan pengembangan dengan meningkatkan upgrade senjata militer tersebut Halloran 1995. Dalam bidang teknologi, Jepang termasuk negara dengan teknologi yang maju, sehingga sangat rasional jika teknologi menjadi salah atau andalan yang dimiliki Jepang dalam kebijakan pertahanan dan keamanannya. Ditunjang dengan APBN yang besar. Kementerian Pertahanan Jepang mengajukan anggaran hingga 43 miliar Dollar AS pada tahun 2007. Khusus pembelian misil penangkal, diajukan dana 220 juta Dollar AS atau naik 56,5 persen dibanding anggaran tahun sebelumnya yang telah berjalan. Dengan kemampuan demikian, sangat terbuka bagi Jepang untuk meningkatkan kapabilitas atau kemampuan tempurnya Toki 2013. Dibawah ini tabel yang menjelaskan teknologi baru pertahanan Jepang yang telah dikembangkan. Tabel 4: Teknologi Baru Militer Jepang Nama Teknologi Jenis Tahun Control Missile Type-99 Air-to- air Misil Pengendali 2006 Missile Type-03 Chu-SAM Pertahanan Misil 2006 Radar FBX-T Radar Pertahanan 2007 SH-60J Helicopter Helikopter Anti Kapal Selam 2007 SM-3 Missile Penangkal Misil Balistik 2007 AH-64 D Longbow Apache Helikopter tempur 2007 MBT-X Type 10 Tank tempur 2008 16DDHHyuga Kapal induk pengangkut Aircraft Carrier 2009 P-3C Orion Pesawat Pengintai 2010 Submarine ASW Hunter Killer Kapal Selam 2010 F-35 Lightning II Jet tempur 2011 C4ISR Sistem Teknologi Satelit 2012 ATD-X Shinshin Jet tempur 2012 Sumber: Diolah dari website resmi Kementerian Pertahanan Jepang www.mod.go.jp dan www.globalsecurity.orgmilitaryworldjapan diakses pada 5 November 2014 Dari tabel di atas terlihat banyak teknologi militer baru yang dikembangkan Jepang pasca berdirinya Kementerian Pertahanan. Walaupun ada beberapa teknologi yang dikembangkan pada tahun 2006, ketika Jepang telah lebih memikirkan ulang dalam masalah pertahanannya. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya tentang kapabilitas militer Jepang, Jepang lebih memilih meningkatkan kualitas teknologi senjata militernya daripada meningkatkan kuantitas senjata militernya, dengan mengurangi kuantitas senjata yang dianggap tidak layak bersaing di era modern dan memperbanyak temuan teknologi militer yang canggih merupakan upaya dalam perubahan kebijakan dan pertahanan bagi Jepang Toki 2013.

3.1.3 Doktrin Penggunaan Kekuatan Militer

Doktrin penggunaan kekuatan militer adalah tujuan dari suatu negara menggunakan kekuatan militernya dan bagaimana cara suatu negara dalam memakai kekuatan militernya. Penggunaan kekuatan, salah satunya dapat dilihat melalui doktrin pertahanan suatu negara, karena dalam doktrin tersebut akan dapat terlihat bagaimana negara menggunakan kekuatan militer yang ada untuk kepentingan negara tersebut. Jepang telah beberapa kali mengganti white paper pertahananya, dimulai pada tahun 1976 yaitu National Defense Program Guidelines-nya NDGP yang pertama, yang diikuti dengan NDPG berikutnya, tahun 1995, 2004 dan yang terakhir tahun 2010. NDPG adalah doktrin militer tertinggi dari kebijakan pertahanan Jepang untuk menetapkan dasar, nilai – nilai serta prinsip pertahanan dan keamanan dari Japan Self Defense Force SDF Shoji 2011. Pada tahun 1976, Jepang mengeluarkan white paper mengenai kebijakan pertahanan dan keamanan yaitu National Defense Program Guidelines NDPG. Pada kebijakan ini, doktrin “Basic Defense Force Concept” pertama kali diperkenalkan pada militer Jepang. Tujuan dalam doktrin ini adalah untuk menciptakan pertahanan untuk menangkal segala bentuk invasi ke Jepang. Penerapannya terlihat pada peran Japan Self Defense Force JSDF yang bertransformasi dari yang awal sebatas pasukan bela diri menjadi pasukan militer. Doktrin 1976 juga menjelaskan jika Jepang mulai dapat terlibat dalam segala bentuk Peace Keeping Operation PKO yang dipimpin militer AS. Ini membuktikan Jepang mulai meninggalkan Pasal 9 Konstitusi 1947 Deming 2004. Kemudian Badan Pertahanan Jepang membuat dokumen tambahan pada NDPG 1976. Jepang mengeluarkan dokumen New Defense Build Up Plan yang masih tercantum pada NDPG 1976. Dokumen ini terdiri dari empat tahap penerapan yaitu sebagai berikut: Pertama, peningkatan kemampuan pertahanan Jepang agar siap dalam menghadapi serangan langsung, melalui pemeliharaan dan pengawasan atas laut dan udara Jepang. Kedua dengan mencegah ancaman negara yang berusaha untuk menduduki wilayah Jepang. Ketiga yaitu pencegahan atas serangan dari luar di bawah perjanjian keamanan dengan AS atau usaha-usaha melalui perdamaian PBB. Keempat, ketergantungan Jepang akan payung nuklir AS, dalam rangka mencegah ancaman penggunaan senjata nuklir. Hal ini dilakukan karena Jepang menganut tiga prinsip non nuklir pada tahun 1971, yaitu tidak memiliki, tidak membuat serta tidak mengijinkan masuknya senjata nuklir ke wilayah Jepang. Jepang ikut menandatangani Nuclear Non Poliferation Treaty tahun 1976, yang menyatakan bahwa Jepang adalah negara yang tidak memiliki senjata nuklir Nakanishi 2003. Pada tahun 1995, Jepang kembali mengeluarkan National Defense Program Guidelines NDPG. Pada NDPG kali ini banyak revisi dalam rangka merespon keadaan Hubungan Internasional yang baru tercipta yaitu pasca runtuhnya Uni Soviet. Keadaan kawasan yang belum stabil pasca Uni Soviet runtuh membuat Jepang perlu mengubah doktrin militernya. Perubahan doktrin militer pada tahun ini terlihat pada peran angkatan militer Jepang atau JSDF

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

4 102 81

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Studi Pelaksanaan Program SRI (System of Rice Intensification) Petani Pemula dan Petani Berpengalaman(Studi Kasus: Desa Aras, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara)

0 40 81

ENGARUH PERBEDAAN SISTEM TANAM KONVENSIONAL DENGAN SRI (System of Rice Intensification ) TERHADAP DOMINANSI GULMA DAN HASIL TANAMAN PADI

3 31 15

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

KARAKTER MORFOLOGI PADI PADA PERTANAMAN DENGAN PENDEKATAN SRI (System of Rice Intensification) Morphological characters of rice under System of Rice Intensification

0 0 11

Kajian Peran Serta Petani Terhadap Penyesuaian Manajemen Irigasi untuk Usaha Tani Padi Metode SRI (System of Rice Intensification) di Petak Tersier Daerah Irigasi Cirasea, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 1 16

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 10

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 17

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 46