Peningkatan Kekuatan Militer Tiongkok
                                                                                militer  Tiongkok,  yaitu  pertama,  “actively  taking  initiative”  atau  penyerangan dengan  memanfaatkan  waktu  dengan  optimal;  kedua  ”catching  enemy
unprapared”  tipuan  pada  persembunyian  pasukan  agar  musuh  mengira  mereka menang  jumlah  pasukan  dan  selanjutnya  melakukan  serangan  kejutan  dengan
pasukan  yang  bersembunyi  U.S  Annual  Report  to  Congress  on  The  Military Power of The PRC 2003.
Tiongkok  juga  melakukan  peningkatan  pada  kekuatan  persenjataan  pada semua angkatan bersenjatanya. Beberapa peningkatan  kekuatan militer Tiongkok
pada Angkatan Darat, Laut dan Udara: pertama, kekuatan darat Tiongkok dengan meningkatkan kekuatan lebih dari 1000 tank dengan senjata tipe 59, memproduksi
tank tipe 96 di tahun 2005, dan Angkatan Darat Tiongkok lebih efektif lagi dalam menerapkan  Command,  Control,  Communications,  Computers  and  Intelligence
C41;  kedua,  dari  kekuatan  laut,  Tiongkok  memproduksi  sendiri  kapal  selam dengan tenaga dissel-listrik SONG YJ-82 yang mempunyai misil dalam laut dan
memproduksi  kapal  selam  penyerang  tipe  93  dengan  torpedo  dan  misil penghancur;  ketiga,  Angkatan  Udara  Tiongkok  meningkatkan  jangkauan  udara
dengan  radar  AA-12ADDER  dan  menambah  jumlah  unit  pesawat  tempur  Su- 30MKK Fighter dari Rusia Sutter 2005.
Terdapat  perubahan  dalam  prioritas  strategi  militer  Tiongkok  dengan meningkatkan  sistem  pertahanan  udara,  laut  berikut  persenjataannya.  Maka  dari
itu  sampai  saat  ini  prioritas  kapabilitas  militer  Tiongkok  tidak  hanya  pada kekuatan  darat,  tetapi  juga  udara  dan  laut.  Untuk  menjaga  keamanannya,
Tiongkok mendeklarasikan untuk mempertahankan kedaulatan nasional, integritas
wilayah  dan  hak  dan  kepentingan  di  wilayah  laut  dan  untuk  mengembangkan masyarakat  dan  perekonomiannya  serta  untuk  terus  memperkuat  kekuatan
nasional  yang  komprehensif,  Tiongkok  sampai  saat  ini  tetap  menjaga keseimbangan  antara  konstruksi  ekonomi  dan  pertahanan  Kharismaya  2013.
Tiongkok  secara  agresif  mempromosikan  Revolution  in  Military  Affairs  with Chinese  Characteristics  berdasarkan  strategi  militer  untuk  memenangkan
Informationalized War, termasuk pada Perang Teluk, Konflik Kosovo, dan Perang Irak Shambaugh  Yahuda 2009.
Untuk  mencapai  tujuannya  tersebut  maka  Tiongkok  memodernisasi militernya.  Secara  spesifik,  Tiongkok  mengurangi  personil  militer  dan
memodernisasi  kekuatan  bersenjatanya  terutama  kekuatan  udara  dan  laut  serta kapabilitas misil dan  nuklir. Selain itu Tiongkok  juga memfokuskan pada energi
dan  pelatihan  personil  berbakat  serta  perbaikan  kapabilitas  operasional.  Dengan adanya  modernisasi  militer  Tiongkok  yang  pesat,  Tiongkok  memfokuskan  hal
tersebut  sebagai  implementasi  dari  isu  Taiwan.  Namun  dalam  memodernisasi kapabilitas militernya, Tiongkok memberikan transparansi terbatas mengenai  hal
tersebut Kharismaya 2013 Secara  historis,  Tiongkok  tidak  menutupi  segala  informasi  mengenai
kepemilikan  perlengkapan,  pelatihan  dan  operasi  militer  yang  dilakukan  dan dimilikinya.  Namun  setelah  Tiongkok  menjadi  negara  yang  memiliki  kekuatan
ekonomi  dan  politik  di  kawasan,  kecenderungan  peningkatan  kapabilitas  militer diberikan  perhatian  khusus  oleh  sejumlah  negara  di  kawasan.  Di  bawah  kondisi
yang  seperti  ini  menuntut  Tiongkok  untuk  meningkatkan  transparansi  mengenai kebijakan pertahanan nasional dan kapabilitas militernya Tjeng 1983.
Pada Desember 2006, Tiongkok mengeluarkan  China’s National Defense in  2006.  Dokumen  ini  sangat  penting  untuk  dikeluarkan  untuk  mengetahui
transparansi  kapabilitas  militer  yang  dimilikinya.  Namun  ternyata  kelima  buku putih  tersebut  tidak  secara  substansif  memberikan  transparansi  mengenai
kapabilitas  militernya.  Sebagai  contoh  mengenai  anggaran  pertahanan  nasional, buku putih tersebut hanya menerangkan mengenai jumlah total dan tujuan umum
yang  terdiri  dari  tiga  kategori  yaitu  jumlah  personil,  peningkatan  biaya  operasi, dan biaya untuk perlengkapan Japan Defense White Paper 2006.
Selain  itu pada Januari 2007, ketika Tiongkok melakukan uji senjata anti satelit,  kemudian  Jepang  meminta  Tiongkok  untuk  memberikan  penjelasan
mengenai  hal  tersebut.  Namun  ternyata  Tiongkok  tidak  bisa  menjelaskan  secara substantif  mengenai  uji  senjata  anti  satelit  kepada  Jepang.  Sedangkan  mengenai
biaya pertahanan  nasional, salah  satu elemen untuk menghitung  kekuatan militer sebuah negara, Tiongkok mengumumkan anggaran pertahanan nasionalnya untuk
tahun  2007  sekitar  347,2  juta  yuan,  meningkat  sebanyak  17,8    dibandingkan tahun  2006.  Anggaran  militer  Tiongkok  mengalami  pertumbuhan  sekitar  10
untuk  jangka  waktu  selama  19  tahun.  Fase  peningkatan  ini  meningkat  sebanyak 16 kali dalam waktu 19 tahun terakhir. Adanya keterhubungan antara pertahanan
dan ekonomi nasional tercermin dalam China’s National Defense pada tahun 2006 menyatakan  prinsipnya  dalam  pembangunan  pertahanan  dan  ekonomi  nasional.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Tiongkok menempatkan peningkatan kapabilitas militer dan ekonomi sama pentingnya BBC News 2006
Anggaran  belanja  militer  Tiongkok  juga  menunjukkan  perubahan  yang konsisten,  dengan  menambah  anggaran  belanja  militernya  setiap  tahun.  Pada
tahun  2000,  Tiongkok  mengeluarkan  dana  15  miliar  dollar  AS  untuk  belanja militernya  atau  1,9  dari  seluruh  total  APBN.  Kemudian  konsisten  meningkat
dari tahun 2001 menjadi 17 miliar 1,9  APBN , tahun 2002 menjadi 20 miliar, hingga kemudian 2005 menjadi 30 miliar dollar AS 2,1  APBN World Bank
2014. Di bawah ini grafik yang menunjukkan anggaran belanja militer  Tiongkok pada periode 2006 – 2012.
Grafik 5: Anggaran Militer Tiongkok 2000-2012
Sumber:  BBC  News  Diakses  dari
http:news.bbcimg.co.ukmediaimages7338100 pada 5 Oktober 2014
Dari  grafik  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  anggaran  militer  Tiongkok dari  tahun  2006  hingga  2012  dalam  kurun  waktu  6  tahun  telah  meningkat  lebih
kurang  300.  Pada  tahun  2006  sebesar  32 miliar  Dollar  AS  meningkat  menjadi 106 miliar Dollar AS pada tahun 2012. Angka 300 dalam kurun waktu 6 tahun
menandakan  Tiongkok  sangat  serius    membenahi  kebijakan  pertahanannya,  dan berdampak pada kekhawatiran AS dan Jepang.
Pada tahun 2010, Tiongkok merupakan negara kedua yang menghabiskan dana  paling  besar  untuk  belanja  militer.  Dalam  rentang  waktu  sepuluh  tahun
2001-2010  Tiongkok  mengalami  peningkatan  belanja  militernya  sebanyak 189.  Belanja  militer  Tiongkok  pada  tahun  2010  diperkirakan  mencapai  angka
US  78,6  miliar.  Tahun  2012  anggaran  pertahanan  Tiongkok  menjadi  US  106 miliar, mengalami  kenaikan sebanyak 11.2  dari tahun 2011 sebesar US 91,5
miliar US Annual Report, 2009-2012. Peningkatan  kekuatan  militer  Tiongkok  menjadi  pertimbangan  AS
mendorong  Jepang  untuk  ikut  juga  dalam  meningkatkan  kekuatan  militernya. Amerika  Serikat  kemudian  meminta  aliansi  AS-Jepang  melakukan  sejumlah
peningkatan Joint Statement, menjadikan Tiongkok sebagai objek ancaman utama di kawasan Sutter 2005. Menurut AS, Jepang akan semakin terancam jika masih
menjalankan  kebijakan  militer  yang  pasif  sesuai  Pasal  9  Konstitusi  Jepang  1947
dan hanya bersandar pada kekuatan AS saja. Maka penting bagi AS agar Jepang
meningkatkan kekuatan militernya demi memperkuat kekuatan aliansi di kawasan
Asia Timur Sukma 2009.
                