Keberadaan Modal Sosial Pasca Masuknya Industri Di Pedesaan (Studi Deskriptif: Masuknya PT. Tirta Sibayakindo Di Desa Daulu Kec, Berastagi )

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

KEBERADAAN MODAL SOSIAL (SOCIAL CAPITAL) PASCA

MASUKNYA INDUSTRI DI PEDESAAN

(STUDI DESKRIPTIF: MASUKNYA PT. TIRTA SIBAYAKINDO DI DESA DAULU KEC, BERASTAGI)

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH

KRISTIANI BARUS

040901028

DEPERTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

MEDAN


(2)

ABSTRAK.

Pertumbuhan industri di Indonesia sangat persat dan tak dapat dipungkiri lagi bahwa pertumbuhan industri itu membawa perubahan-perubahan pada masyarakat di sekitar industri. Industri membawa perubahan-perubahan pada masyarakat baik itu bersifat negatif maupun positif bagi orang-orang yang berada di sekitarnya, apalagi masyarakat pedesaan, yang pada awalnya hanya mengenal pertanian sebagai suatu mata pencaharian dan memegang nilai-nilai sosial budaya yang dipegang teguh. Perubahan yang terjadi dapat berupa perbaikan sarana-sarana transportasi, terbukanya lapangan kerja baru, munculnya sektor informal, dan lain-lain. Disamping itu tidak tertutup pula munculnya kecemburuan sosial, pencemaran lingkungan, kriminalitas dan disentegrasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan modal sosial masyarakat Desa Daulu pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu Kec, Berastagi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif karena penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, pengamatan tak berstuktur, didukung dengan pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Penelitian ini dilakukan di Desa Daulu kec, Berastagi. Adapun yang menjadi informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni tokoh adat, dan orang-orang yang sudah lama tinggal di Desa Daulu dan informan tambahan yakni anggota masyarakat yang tinggal di Desa Daulu.

Kehidupan masyarakat pedesaan mengalami perubahan ketika masuknya industri ditengah-tengah masyarakat dan modal sosial masyarakat juga ikut mengalami perubahan di Desa Daulu. Dengan hadirnya PT. Tirta Sibayakindo di desa ini terjadi juga perubahan, gaya hidup dan modal sosial. Elemen-elemen modal sosial seperti jaringan, kepercayaan dan tindakan kolektif, kohesi sosial dan tindakan politik, yang berperan dalam perkembangan masyarakat Desa Daulu. Elemen modal sosial yang mengalami perbahan adalah kepercayaan masyarakat yang mulai berkurang akan orang-orang sekitarnya khususnya pada pemimpin , gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat desa mulai luntur, ini semua disebabkan oleh intensitas interaksi antar satu dengan yang lainnya mulai berkurang, sehingga hilangnya rasa percaya dalam masyarakat setempat, tapi berbebeda dengan angota masyarakat yang ikut dalam kegiatan kelompok sosial, modal sosial yang dimiliki lebih tinggi dari anggota masyarakat yang tidak ikut dalam anggota kelompok. Sehingga untuk meningkatkan modal sosial masyarakat maka harus diwujudkan dalam pranata arisan, STM, perpulungan dan perwiritan, peningkatan intensitas anggota masyarakat untuk bertemu dalam acara seperti ini akan lebih meningkatkan hubungan dalam masyarakat.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sang juru selamat pribadiku yang telahmencurahkan kasih karuniaNya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dengan judul “Keberadaan Modal Sosial Pasca Masuknya Industri Di Pedesaan (Studi Deskriptif: Masuknya PT. Tirta Sibayakindo Di Desa Daulu Kec, Berastagi )”. Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki selama penulisan dan pelaksanaaan penelitian sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini, oleh karena itulah penulis memperoleh bantuan dari banyak pihak. Dan dengan segala kerendahan hati ijinkan penulis menghanturkan terimakasih dan penghargaan yang tulus teristimewa kepada orang tua penulis Alm Drs. Ruben Barus dan Riani Tarigan yang selalu memberikan kasih sayang yang tak ternilai, dorongan, doa dan pengorbanan yang tidak henti-hentinya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dari Depertemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sumatera Utara. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran, motivasi, serta dukungan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kapada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis, seperti: Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU, Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Bapak Henri Sitorus, S. Sos., M.Sc sebagai Dosen pembimbing penulis, Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fisip USU, Ibu Dra. Lina Sudarwati, S.Sos, M.Si selaku Dosen wali penulis, seluruh Dosen Sosiologi dan dosen FISIP USU yang telah memberikan berbagai materi selama menjalani perkuliahan di FISIP USU. Ketiga saudari penulis Elsi Dewael Barus, Amd, Leni Dora Barus dan Lidia Feni Barus. Yanti, Beni, Reni, Ferika, Erna, Juli, Rut dan teman-teman Sosiologi 2004 lainnya, serta kepada seluruh


(4)

informan penelitian yang telah meluangkan waktu dan memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, sehingga dapat menjawab permasalahn penelitian dan penulis dapat menyusun Laporan Penelitian yang berbentuk skipsi ini.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendaha hati sebagai manusia biasa penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca.

Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat memiliki faedah bagi pembacanya.

Medan, Juni 2009


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Lembar Persetujuan

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR DIAGRAM………. ix

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR BAGAN………ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……… 1

1.2. Perumusan Masalah………... 7

1.3. Tujuan Penelitian………... 8

1.4. Manfaat Penelitian………. 8

1.5. Defenisi Konsep………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori perubahan sosial………... 11

2.2. Industri Pedesaan dan perubahan Sosial yang diakibatkannya ……. 15

2.3. Modal Sosial………..….………..………. 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………... 33

3.2. Lokasi Penelitian………... 33

3.3. Unit Analisis Dan Informan………34

3.4. Teknik Pengumpulan Data………. 35

3.5. Interpretasi Data………..37


(6)

3.7. Keterbatasan Penelitian……….. 38

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………...40

4.1.1. Deskripsi Masyarakat Desa Daulu……….………….40

4.1.2. Gambaran Umum Desa Daulu………... 41

4.1.3. Komposisi Penduduk………..43

4.1.3.1. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin……..43

4.1.3.2. Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan………...44

4.1.3.3. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian…45 4.1.3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa………46

4.1.3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Agama……….48

4.1.4. Sarana dan prasarana…………..………... 48

4.1.4.1. Sarana Ekonomi……….49

4.1.4.2. Sarana Pendidikan……….50

4.1.4.3. Prasarana Ibadah………51

4.1.4.1. Prasarana Organisasi………..52

4.2. Keberadaan PT. Tirta Sibayakindo………53

4.2.1. Sejarah Pertumbuhan Industri PT. Tirta Sibayakindo………53

4.2.1.1. Visi Misi Perusahaan………..55

4.2.1.2. Bidang Usaha Perusahaan………...55

4.2.1.3. Tujuan Dan Sasaran Perusahaan……….55

4.2.2. Pandangan Masyarakat Setempat tentang PT. Tirta Sibayakindo………....55

4.2.2.1. Respon Positif Masyarakat Terhadap Industri…………56

4.3. Modal Sosial masyarakat lokal sebelum kehadiran PT. Tirta Sibayakindo………....62

4.3.1. Nilai tradisi dalam masyarakat lokal sebelum hadirnya PT. Tirta Sibayakindo…………..………..63

4.3.2. Kerja sama sebagai sebuah tradisi………..64

4.3.3. Solidaritas yang tinggi………66


(7)

4.3.5. Kelompok informal dalam masyarakat sebagai

penghubung persaudaraan dalam masyarakat………...70 4.4. Modal sosial masyarakat lokal pasca hadirnya

industri PT. Tirta Sibayakindo………73 4.4.1. Tumbuhnya Kelompok dan Jaringan pasca

kehadiran PT. Tirta Sibayakindo………75 4.4.2. Pudarnya kepercayaan sesama warga dan

Solidaritas dalam masyarakat setempat………...77 4.4.3. Tindakan kolektif dan kerjasama dalam

masyarakat Desa Daulu………..80 4.4.4. Menurunnya Tingkat Komunikasi antar penduduk dalam

masyarakat Desa Daulu………..83

4.4.5. Kohesi (kepaduan) sosial ………...84

4.4.6. Hilangnya rasa percaya terhadap pemimpin

dalam masyarakat………...85 4.4.7. Perwujudan modal sosial melalui pranata arisan,

STM, dan perpulungan………..91

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan………..101

5.2. Saran………105

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin………...43

Diagram 4.2. Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan ……….44

Diagram 4.3. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ………..45

Diagram 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa………...47

Diagram 4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ………..48

Diagram 4.6. Sarana Ekonomi……….49

DAFTAR TABEL Tabel 4.7. Prasarana Pendidikan……….50

Tabel 4.8. Prasarana Ibadah………51

Tabel 4.9. Prasarana Organisasi Sosial………...52

DAFTAR BAGAN Bagan 1. Tata Nilai Penguat Inti Modal Sosial…………...93


(9)

ABSTRAK.

Pertumbuhan industri di Indonesia sangat persat dan tak dapat dipungkiri lagi bahwa pertumbuhan industri itu membawa perubahan-perubahan pada masyarakat di sekitar industri. Industri membawa perubahan-perubahan pada masyarakat baik itu bersifat negatif maupun positif bagi orang-orang yang berada di sekitarnya, apalagi masyarakat pedesaan, yang pada awalnya hanya mengenal pertanian sebagai suatu mata pencaharian dan memegang nilai-nilai sosial budaya yang dipegang teguh. Perubahan yang terjadi dapat berupa perbaikan sarana-sarana transportasi, terbukanya lapangan kerja baru, munculnya sektor informal, dan lain-lain. Disamping itu tidak tertutup pula munculnya kecemburuan sosial, pencemaran lingkungan, kriminalitas dan disentegrasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan modal sosial masyarakat Desa Daulu pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu Kec, Berastagi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif karena penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, pengamatan tak berstuktur, didukung dengan pencatatan dokumen yang berasal dari jurnal dan surat kabar. Penelitian ini dilakukan di Desa Daulu kec, Berastagi. Adapun yang menjadi informan penelitian ini terdiri atas informan kunci yakni tokoh adat, dan orang-orang yang sudah lama tinggal di Desa Daulu dan informan tambahan yakni anggota masyarakat yang tinggal di Desa Daulu.

Kehidupan masyarakat pedesaan mengalami perubahan ketika masuknya industri ditengah-tengah masyarakat dan modal sosial masyarakat juga ikut mengalami perubahan di Desa Daulu. Dengan hadirnya PT. Tirta Sibayakindo di desa ini terjadi juga perubahan, gaya hidup dan modal sosial. Elemen-elemen modal sosial seperti jaringan, kepercayaan dan tindakan kolektif, kohesi sosial dan tindakan politik, yang berperan dalam perkembangan masyarakat Desa Daulu. Elemen modal sosial yang mengalami perbahan adalah kepercayaan masyarakat yang mulai berkurang akan orang-orang sekitarnya khususnya pada pemimpin , gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat desa mulai luntur, ini semua disebabkan oleh intensitas interaksi antar satu dengan yang lainnya mulai berkurang, sehingga hilangnya rasa percaya dalam masyarakat setempat, tapi berbebeda dengan angota masyarakat yang ikut dalam kegiatan kelompok sosial, modal sosial yang dimiliki lebih tinggi dari anggota masyarakat yang tidak ikut dalam anggota kelompok. Sehingga untuk meningkatkan modal sosial masyarakat maka harus diwujudkan dalam pranata arisan, STM, perpulungan dan perwiritan, peningkatan intensitas anggota masyarakat untuk bertemu dalam acara seperti ini akan lebih meningkatkan hubungan dalam masyarakat.


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda tapi saling mendukung (Spencer, 1895). Oleh karena itu setiap masyarakat dalam hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan merupakan peristiwa yang terjadi secara terus menerus dan merupakan karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat mengenai norma dan nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat dan sebagainya (Soekanto, 1982:303-304). Dengan demikian bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat berupa perubahan sosial maupun perubahan budaya, dimana satu dengan yang lainnya saling berkaitan.

Tumbuhnya industri di pedesaan juga menimbulkan perubahan dalam masyarakat dimana hal ini menyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan atau kehidupan, sekarang mempunyai kemungkinan tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya, yang akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat. Tumbuhnya industri di daerah pedesaan memunculkan perubahan bagi masyarakat lokal. Perubahan itu sendiri terjadi dari dalam masyarakat, maupun terjadi karena


(11)

faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat ini terjadinya perubahan dalam masyarakat desa kebanyakan datang dari luar masyarakat.

Menurut Suman (1987), bahwa ciri-ciri masyarakat desa adalah sebagai berikut: 1. Kehidupan warga desa yang cenderung kearah agama (Religion Trend). 2. Eratnya kehidupan kelompok/keluarga.

3. Pembagian kerja dikalangan warga desa tidak mempunyai batas-batas nyata. 4. Jalan pikiran yang irasional.

5. Lambat dalam menerima nilai-nilai baru dari luar, sehingga perubahan-perubahan sosial tidak nampak dan tidak nyata.

6. Tergantung pada tanah.

7. Ditinjau dari sudut pemerintah, maka hubungan kepala Desa dengan rakyatnya berlangsung tidak resmi. Sesuatunya di dadasarkan atas dasar musyawarah.

8. Kehidupan gotong royon.

Industri yang muncul di daerah pedesaan memberi pengaruh yang besar bagi masyarakat yang tinggal didaerah lingkungan sekitarnya, khususnya masyarakat lokal yang tinggal di sekitar perusahaan. Pembangunan industri hanya akan dapat berjalan dengan baik apabila ada dukungan dari berbagai faktor selain unsur teknologi industri itu sendiri yaitu dukungan dari masyarakat dimana industri itu berada.

Pembinaan serta penyiapan masyarakat menjadi masyarakat industri hanya dimungkinkan oleh pengetahuan yang luas serta mendalam tentang berbagai perubahan yang pernah terjadi dalam masyarakat yang telah mengenal industri baik


(12)

itu perubahan dalam bidang tingkah laku, pranata sosial, ataupun sistem nilai yang ada dalam kebudayaan mereka (Kuntowijoyo, 1983)

Masyarakat yang tinggal di pedesaan umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Pertemuan yang terjadi antara masyarakat agraris dan industri akan melahirkan perubahan-perubahan yang relatif homogen menuju yang relatif kompleks, baik itu dalam pola tingkahkah laku, pranata ataupun sistem budaya. Pertemuan dua bentuk kebudayaan tersebut akan melahirkan kebudayaan, baik pada pihak penerimaan industri ataupun pada perangkat industri yang datang ke sana, dan ini akan membentuk masyarakat baru, masyarakat industri yang beraneka ragam suku bangsa, kebudayaan serta keahlian dan pendidikan masyarakatnya.

Lingkungan alam yang ada disekitar merupakan sumber bagi kehidupan manusia, sedangkan pengetahuan tentang teknologi mempunyai peran penting untuk mengolah SDA. Dengan demikian, antara teknologi dengan lingkungan akan terjadi interaksi atau saling berpengaruh, baik itu sifatnya positif, maupun negatif. Kemajuan teknologi dan lingkungan di mana masyarakat itu berada akan membawa pengaruh terhadap perkembangan pola kebudayaan masyarakat setempat. Hal ini biasanya tercermin dalam pola-pola kehidupan yang membawa alternative baru pemecahan masalah kehidupan. Dengan adanya industri masyarakat yang dahulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan, sekarang tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat yang dapat menimbulkan perubahan kehidupan masyarakat.


(13)

Kehadiran industri di suatu daerah tidak terlepas dari sumber daya alam yang terkandung di daerah itu sebagai bahan mentah yang mau di olah menjadi produksi tertentu. Namun dampak industri bukan hanya pada alam, tetapi kehadiran industri ini akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai budaya dalam masyarakat di sekitar lokasi industri tersebut. Perubahan yang terjadi dapat bersifat positif maupun bersifat negatif, yang bersifat positif misalnya perbaikan sarana-sarana transportasi, membuka lapangan kerja baru, munculnya sektor informal, dan lain-lain. Disamping itu tidak tertutup pula munculnya kecemburuan sosial, pencemaran lingkungan, kriminalitas dan disentegrasi sosial.

Propinsi Sumatera Utara menjadi salah satu kawasan industri yang strategis di Indonesia. Adanya berbagai potensi alam di daerah ini seperti arus air, kayu olahan, batuan, minyak, gas, dan masih banyak lagi sumber daya alam memungkinkan dibangunnya kantong-kantong industri. Salah satunya yang ada di Desa Daulu yang merupakan daerah tempat berdirinya sebuah pabrik industri tempat pengolahan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yaitu PT. Tirta Sibayakindo. Secara geografis desa ini terletak di wilayah Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi pendirian PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu dianggap cocok dan strategis, disebabkan kondisi daerahnya yang mempunyai lahan yang kosong dan luas serta mempunyai sumber daya alam yang dapat diolah oleh industri, yakni sumber mata air yang terpancar dari pegunungan setempat.

Dilihat dari mata pencaharian kehidupan masyarakat Desa Daulu pada umumnya adalah petani sehingga kehidupan mereka tergantung pada pertanian.


(14)

Secara etnis penduduk di desa ini mayoritas suku Karo yang masyarakatnya memiliki modal sosial dan keteraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya untuk dapat dipatuhi oleh masyarakat yang tinggal di daerahnya.

Masyarakat Karo juga telah mengenal atau mempunyai adat istiadat sendiri yang berbeda dengan adat yang lain. Masyarakat Karo mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki suku lain. Adat istiadat ini yang mengatur pergaulan hidup masyarakat Karo sehari-hari. Karena adat itu merupakan norma-norma sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan mengatur tindak tanduk para warga masyarakat.

Dasar hidup masyarakat Karo adalah Daliken sitelu (tiga tungku perapian) yang terdiri dari kalimbubu, sembuyak/ sukut dan anak bani yang merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat Karo dalam kehidupannya, maka adat istiadat Karo yang terkenal dengan merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, benar-benar masyarakat dalam kebudayaan dan adat istiadat Karo. Ketiga kelompok ini merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan masyarakat Karo dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat. Akibatnya mulailah terjadi pengelompokan dalam kehidupan bersama itu sesuai dengan fungsinya dalam masyarakat, khususnya masyarakat Karo.

Daliken sitelu merupakan sistem sosial bagi anggota masyarakat. Dalam

setiap pelaksanaan adat istiadat, ketiga kelompok masyarakat ini memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kehidupan sosial masyarakat Karo. Masing-masing sudah memiliki fungsi dan batasan-batasan hubungan dalam berinteraksi dengan sesama atau kelompok lainnya. Fungsi sosial dalam masyarakat Karo ini dapat dilihat dalam wujud solidaritas dari wujud sesama warga masyarakat yang merasa senasib


(15)

dan sepenanggunagan untuk bekerja bersama-sama (gotong royong) dalam mengerjakan dan melaksanakan sesuatu.

Bentuk kepercayaan dalam masyarakat Karo dapat dilihat dalam bentuk saling percaya antar sesama masyarakat. Jaringan sosial dalam masyarakat Karo didasari oleh hubungan antar sosial antar individu yang diikat oleh rasa kepercayaan yang kuat mampu memperkuat kerja sama dan rasa senasib sepenanggungan diantara masyarakat. Sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) yang dipegang teguh, membuat masyarakat Karo saling membantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah yang akan lebih mudah diselesaikan bersama-sama daripada bekerja sendiri.

Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Nilai merupakan suatu ide, gagasan dan kepercayaan yang mejadi pedoman secara turun temurun dan dipatuhi serta dianggap penting untuk dilaksanakan oleh kelompok masyarakat. Pada masyarakat Karo norma dan nilai yang menyangkut aturan dalam masyarakat Karo yang harus dipatuhi.

Pertemuan antara perangkat industri dengan masyarakat agraris yang didatangi akan terjadi interaksi yang membawa perubahan-perubahan, baik dalam tingkah laku individu, lembaga-lembaga sosial yang berkaitan dengan kehidupan mereka, serta nilai-nilai yang menjadi kerangka acuan dalam hidupnya. Pertemuan kedua pola kebudayaan ini melahirkan suatu proses, baik dilihat dari segi masyarakat agraris yang bersangkutan, maupun dari perangkat industri yang datang menuju pada terbentuknya masyarakat industri dengan masyarakat majemuk yang beraneka ragam suku bangsa, kebudayaan, agama keahlian dan pendidikan. Dengan tumbuhnya


(16)

industri di daerah pedesaan akan memunculkan perubahan bagi masyarakat lokal setempat. Perubahan sosial itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat ini terjadinya perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan datang dari luar masyarakat.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perubahan yang muncul di Desa Daulu. Di daerah ini berdiri salah satu perusahaan industri yaitu PT. Tirta Sibayakindo. Kehadiran industri di daerah pedesaan dipastikan memberi pengaruh yang besar bagi masyarakat yang tinggal di daerah lingkungan sekitarnya atau bagi masyarakat lokal di sekitar perusahaan. Industri yang tumbuh didaerah ini memberikan pengaruh bagi sistem sosial setempat yang memiliki ciri khas tersendiri sebagai masyarakat Karo, seperti sangkep nggeluh yang bermakna tolong menolong antar sesama warga. Sehingga penelitian ini akan menemukan keberadaan modal sosial masyarakat setempat pasca masuknya industri di Desa Daulu.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah keberadaan modal sosial pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu?”


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keberadaan modal sosial masyarakat setempat pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo

2. Untuk mengetahui bagaimana perubahan nilai-nilai dalam masyarakat Karo pasca masuknya industri PT. Tirta Sibayakindo

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangan bagi ilmu sosial dan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini, meningkatkan wawasan kepada peneliti tentang apa saja pengaruh industri terhadap masyarakat sekitar, terutama dengan munculnya PT. Tirta Sibayakindo terhadap social capital masyarakat sekitar.

1.5Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan


(18)

suatu gejala. Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian.

Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah: a) Industri

Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang yang memiliki sifat saling mengganti yang sangat erat.

b) PT.Tirta Sibayakindo

Merupakan salah satu perusahaan AMDK (AIR MINUM DALAM KEMASAN) bermerk AQUA dan merupakan suatu organisasi masyarakat yang salah satu tujuannya bermaksud memberikan bantuan dan sumbangan kepada masyarakat dalam bentuk eksternal organisasinya sebagai suatu upaya peningkatan prestasi sosial organisasi dengan menjalankan fungsi.

c) Pedesaan

Pedesaan adalah wilayah yang umumnya jauh dari kota dan taraf berkehidupan tradisional dan umumnya bermata pencaharian utama sebagai petani serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong.

d) Modal Sosial

Diwujudkan dalam bentuk jaringan, kepercayaan, dan pranata (nilai-nilai)

 Jaringan sosial adalah keterikatan individu dimana individu melakukan kegiatan kerja sama yang diikat kuat oleh hubungan-hubungan spesifik


(19)

antara lain mencakup kekerabatan, pertetanggan, dan pertemanan sehingga saling menguatkan jaringan antara perusahaan dan masyarakat.

 Kepercayaan adalah sikap saling percaya diantara masyarakat yang mengandung harapan bahwa akan ada tindakan resiprositas diantara masyarakat untuk saling tolong menolong yang tercipta melalui proses interaksi dlam waktu yang lama.

 Nilai dan Norma adalah seperangkat peraturan yang telah disepakati oleh anggota dan wajib untuk dipatuhi oleh masyarakat Karo.

e) Masyarakat

“Masyarakat” adalah satu kelompok orang yang adalah satu sama lain ditandai dan bisa diidentifikasi oleh interaksi-interaksi sosial yang keras antar diri mereka (Aoki dan Hayami 2001). Ada sesungguhnya dua jenis dari masyarakat. Satu dibentuk oleh nonvoluntary keanggotaan berdasar pada territorialas atau kekerabatan, seperti keluarga, suku bangsa, atau (desa/kampung).

f) Masyarakat sekitar

Masyarakat sekitar adalah masyarakat atau orang-orang yang bertempat tinggal di sekitar lokasi industri PT. Tirta Sibayakindo. Oleh karena PT. Tirta Siabayakindo terletak di Desa Daulu maka yang dikatakan sebagai penduduk di sekitar PT. Tirta Sibayakindo adalah seluruh warga yang berdomisili di Desa Daulu.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Dan Faktor Penyebabnya

Semua orang menyadari bahwa masyarakat hidup dan bekerja dalam suatu lingkungan senantiasa mengalamai perubahan dan cepat. Perubahan di suatu bidang secara langsung akan mengakibatkan perubahan di bidang lain. Perubahan dalam peningkatan taraf hidup (pembangunan) akan dapat mempengaruhi dan mengubah sikap, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai yang selama ini menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya pengaruh nilai dari luar, hal ini sesuai dengan pendapat (Soekanto, 1990) bahwa, setiap masyarakat dalam hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola prilaku, organisasi sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, kekuasaaan wewenang, interaksi sosial dan yang lainnya.

Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dan dalam setiap proses dan waktu, dan akibat dari perubahan itu dapat berakibat positif dan negatif. Perubahan sosial merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan manusia. Demikian Parson berpendapat bahwa teori tindakan sama-sama memperhatikan prasyarat stabilitas prasyarat perubahan, mustahil dapat mempelajari yang satu tanpa yang lain. Perubahan yang terjadi pada masyarakat terutama pada dekade terakhir dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial yang disengaja (intended change) dan tidak


(21)

Intended change atau contact change merupakan perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat baik yang disengaja maupun tidak disengaja, melalui agen of change orang yang terlibat dalam perubahan tersebut) maupun secara spontan dikombinasikan oleh pihak-pihak dari luar masyarakat (Soekanto, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial masyarakat dapat muncul dari dalam (endogen) maupun dari faktor dari luar (exsogen) sistem sosial. Faktor exsogen dari perubahan adalah perubahan genetic penduduk dan perubahan dalam lingkungan fisik yang diartikulasikan dalam teknologi. Faktor exsogen utama adalah sistem sosial yang berinteraksi dengan sistem sosial yang bersangkutan, konflik antara dua masyarakat dan perang atau ancaman perang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial.

Menurut Davis (Soekanto, 1990), perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sebagaimana dikatakan oleh Selo Soemarjan (Soekanto 1990) bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai sikap dan pola prilaku antar kelompok-kelompok di dalam masyarakat

Sesuai dengan konsep yang demikian maka penelitian ini berusaha menggali faktor-faktor apa yang melatar belakangi terjadinya suatu perubahan sosial pada masyarakat Desa Daulu Kec. Berastagi.


(22)

Faktor-faktor penyebab terjadi perubahan sosial

Pada dasarnya perubahan sosial terjadi karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap kehidupannya yang lama, norma-norma dan lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Ada tiga faktor-faktor utama dalam perubahan sosial yaitu:

1. Timbunan kebudayaan dan penemuan baru

Timbunan kebudayaan merupakan faktor penyebab perubahan sosial yang penting karena kebudayaan dalam kehidupan masyarakat senantiasa terjadi penimbunan yaitu suatu kebudayaan semakin lama semakin beragam dan bertambah secara akumulatif. Menurut Kuncaraningrat (Syani, 1994), faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut

a) Kesadaran dari orang perorangan akan berkurang dalam kebudayaannya b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan

c) Perangsang dari aktifitas-aktifitas penciptaan dalam masyarakat

Perubahan sosial yang terjadi pada mayarakat yang tergolong fanatik terhadap kebudayaan-kebudayaan lama tidak mudah dihilangkan. Tetapi dengan adanya kebudayaan baru maka akan terjadi benturan-benturan kebudayaan, jika kebudayaan baru dianggap lebih besar fungsinya oleh sebagian besar anggota masyarakat maka kebudayaan lama akan ditinggal atau dilebur menjadi satu dengan kebudayaan yang baru.


(23)

Masyarakat perkotaan merupakan contoh perubahan yang relative cepat, oleh karena masyarakat kota cenderung terbuka terhadap kebudayaan-kebudayaan baru. Tetapi bagi masyarakat terpencil, biasanya cenderung sulit berubah paling tidak berubahnya lambat. Koencaraningrat (Soekanto, 1990) berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar dari masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan baru yang diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru dapat berupa benda-benda tertentu bersifat fisik, dapat pula bersifat nonfisik seperti ide-ide baru, hukum dan aliran-aliran kepercayaan yang baru.

2. Perubahan jumlah penduduk

Perubahan jumlah penduduk juga merupakan menyebaban terjadinya perubahan sosial, seperti berkuranagnya dan bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu. Bertambahnya suatu penduduk pada suatu daerah dapat mengakbatkan perubahan padastruktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lemabaga kemasyarakatan. Ditinjau dari segi pertambahan penduduk misalnya transmigrasi jika berjalan secara ideal dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, keamanan, mungkin akan terjadi perubahan yang positif. Artinya dengan adanya pendatang baru yang bekerja di daerah industri yang terampil dan siap bekerja ditempat yang baru, maka akan besar kemungkinan justru tidak hanya menguntungkan bagi pihak transmigran belaka, melainkan juga ikut berpengaruh pada penduduk asli untuk ikut bekerja dengan pola menguntungkan sama dengan


(24)

penduduk pendatang. Kehidupan masyarakat pun akan berubah karena pencampuran antara berbagai macam pola prilaku sosial dan kebudayaan begitu juga ekonomi, politik dan keamanan.

2.2. Industri Pedesaan dan Perubahan Sosial yang Diakibatkannya

Pembangunan industri yang pada awalnya ditujukan untuk mendorong kemajuan perekonomian, berpengaruh pula secara sosial terhadap perkembangan masyarakat. Hadirnya industri di pedesaan dengan cepat membangun komunitas di sekitarnya. Tumbuhnya industri di daerah pedesaan akan memunculkan perubahan bagi masyarakat lokal setempat.

Perubahan Sosial sebagaimana dikemukakan oleh Gillin & Gillin (Soemardjan dan Soemardi, 1964) “Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut”. Perubahan sosial itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan datang dari luar masyarakat. Terlihat dari segi komunikasi dimana dengan hal ini masyarakat didorong untuk menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa yang dilihat; apa yang dilakukan dengan apa yang diperoleh.


(25)

modern. Masyarakat sederhana memiliki solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas pada masyarakat modern. Dalam interaksinya, penduduk pendatang dan pribumi dituntut pula untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya masing-masing. Hal ini menyebabkan intensitas dan pola interaksi komunitas mengalami perubahan orientasi, termasuk juga dialami oleh penduduk pribumi yang terseret oleh dinamika industri. Komunitas yang ada disekitar industri, baik yang pada awalnya adalah komunitas pedesaan maupun komunitas diciptakan setelah adanya industri, mengembangkan karakteristik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Industri memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas untuk menimbulkan terjadinya perubahan di dalam masyarakat. Dampak industri terhadap masyarakat sangat banyak, misalnya dampak positifnya: terbukanya kesempatan kerja yang besar yang menyerap penganguran, munculnya prasarana dan sarana ekonomi seperti jalan dan transportasi, pasar, toko-toko, telekomunikasi, bank, perkreditan, perdagangan pergudangan, penginapan, rumah makan. Sedangkan dampak negatif dapat pula terasa seperti polusi air bersih, dan udara, pemukiman semakin sesak, meningginya temperature, kenaikan harga barang-barang, dan perbedaan yang menyolok dalam kehidupan dalam kawasan industri tersebut.

Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat bisa dalam bentuk yang berbeda. Bila suatu wilayah sangat tergantung sangat tergantung hanya kepada satu jenis


(26)

industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan menentukan apakah wilayah tersebut akan berkembang atau hancur.

Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberi

pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja. Menurut Glaeser (Miguel, et al. 2002) hadirnya Industri akan menjadikan suatu daerah menjadi tujuan

daerah urbanisasi karena dengan hadirnya industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga banyak orang memutuskan untuk bertransmigrasi ke daerah yang memiliki lapangan pekerjaan seperti industri. Pertambahan penduduk dan pengurangan penduduk ini pada gilirannya memperlemah gotong royong dalam masyarakat di daerah yang dekat dengan industri.

2.3. Modal Sosial (Social Capital)

Secara etimologis social capital mempunyai pengertian modal yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Modal ini merupakan perpaduan antara sesuatu yang bersifat material dan non material. Material mempunyai makna tentang kepemilikan berkaitan dengan aset-aset finansial yang dimiliki, sedangkan non material, modal berwujudan adanya mutual trust (kepercayaan) dan gathering system (sistem kebersamaan) dalam suatu masyarakat. Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini lebih banyak didasarkan pada pandangan tiga orang ilmuwan sosial, yaitu Pierre Bourdie, James Coleman, dan Robert Putnam.


(27)

James Coleman mendefinisikan modal sosial merupakan konsep yang sering digunakan untuk menggambarkan kapasitas sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memelihara integrasi sosial. Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini mengarah pada terbentuknya tiga level modal sosial, yakni pada level nilai, institusi, dan mekanisme. Dengan demikian, dalam pengertian yang luas, modal sosial bisa berbentuk jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati, kewajiban, norma pertukaran, dan civic engagement yang kemudian diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil bentuk kerja sama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik.

Akhir-akhir ini modal sosial menjadi sangat populer sebagai salah satu isu pembangunan yang menuntut perhatian seksama. Modal sosial adalah sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut sumber daya (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan diinvestasikan. Sumber daya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal (capital),

dimensi modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan


(28)

kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma dalam kelompok.

Di Indonesia, studi tentang modal sosial secara formal masih merupakan hal yang baru. Namun meskipun secara eksplisit belum menggunakan terminology modal

sosial, sebenarnya telah ada beberapa studi terutama berupa kajian tentang hubungan kerja sama saling menguntungkan antar warga masyarakat didaerah pedesaan yang pada esensinya memiliki keterkaitan erat dengan modal sosial terdiri dari norma, jaringan dan kepercayaan, maka sebenarnya hal tersebut secara historis bukan merupakan fenomena baru dan asing bagi masyarakat Indonesia dan hal tersebut lebih berakar kuat dan terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan. Semangat dan implementasi dari kemauan untuk saling bekerjasama dalam upaya memenuhi kepentingan sosial dan kepentingan individu atau personal telah termanivestasikan dalam berbagai bentuk aktivis bersama yang secara umum dikenal dengan kegiatan “saling tolong menolong” atau secara luas terwadahi dalam tradisi “gotong royong”. Tradisi gotong royong memiliki aturan main yang disepakati bersama (norma), menghargai prinsip timbal balik dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dan dalam waktu tertentu akan menerima kompensasi/reward sebagai bentuk dari resiprositas, ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa masing-masing akan mematuhi semua bentuk aturan main yang telah disepakati (trust), serta kegiatan kerjasama tersebut diikat oleh hubungan-hubungan spesifik antara lain mencakup kekerabatan, pertetanggaan, dan pertemanan sehingga saling menguatkan jaringan antar pelaku.


(29)

Tradisi gotong royong secara nyata telah melembaga dan mengakar kuat, ini diwujudkan dalam berbagai aktifitas keseharian masyarakat Indonesia. Kegiatan gotong royong terexpresikan dalam berbagai aktivitas mulai dari yang bersifat sosial, sosial personal serta personal yang diwujudkan dalam bentuk pertukaran. Ditinjau dari bentuk yang dikerjasamakan, gotong royong bisa mencakup material, tenaga, uang, dan social spirit. Aktifitas gotong royong dalam berbagai dimensinya memberikan implikasi semangat dan nilai untuk saling memberikan jaminan atas hak dan kelangsungan hidup antar sesama warga masyarakat yang masih melekat kuat di pedesaan.

Salah satu tokoh utama yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran modal sosial adalah Jamens Coleman (1990). Ia mendefenisikan konsep modal sosial sebagian entitas, terdiri dari beberapa structural sosial yang memfasilitasi tindakan dari para pelakunya, apakah dalam bentuk personal atau korporasi dalam suatu structural sosial. Modal sosial menurutnya inheren dalam struktur relasi antar individu. Struktur relasi dan jaringan inilah yang menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran informasi, dan menetapkan norma-norma dan sangsi sosial bagi para anggotanya.

Fukuyama (1995; 2003) menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan disegala bidang kehidupan kehidupan dan terutama bagi kestabilan pembangunan ekonomi dan demokrasi. Pada masyarakat secara tradisional telah


(30)

terbiasa dengan gotong royong serta bekerjasama dalam kelompok atau organisasi yang besar cenderung akan merasakan kemajuan dan akan mampu, secara efesien dan efektif, memberikan kontribusi penting bagi kemajuan masyarakat. Modal sosial dalam bentuknya menyumbang terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan politik melalui pembagian informasi, memberikan kesempatan dan memfasilitasi kelompok pembuat keputusan (Wool Cock dan Narayan, 2000).

Menurut Lesser (Mariana, 2006) modal sosial sangat penting bagi komunitas karena

(1) Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas;

(2) Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) Mengembangkan solidaritas

(4) Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas; (5) Memungkinkan pencapaian bersama; dan

(6) Membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.

Modal Sosial bisa diukur kedalam enam dimensi, adapun keenam dimensi tersebut adalah kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif dan kerja sama, informasi dan komunikasi, kohesi (kepaduan) sosial dan pemasukan dan yang terakhir adalah kekuasaan dan tindakan politik.


(31)

2.3.1. Jaringan

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai veriasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan oleh prisip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban

(civility). Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu

menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial masyarakat.

Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial yang biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan (lineage), pengalaman-pengalaman sosial turun (repeated social experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religion beliefs) cenderung memiliki kohesifitas tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangunan sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modern. Kelompok dan jaringan memungkinkan orang untuk mengakses sumber-sumber dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan, ini adalah konsep bagian penting dari modal sosial. Jaringan informal di manifestasikan dalam pertukaran yang spontan dan tidak teratur terhadap informasi dan sumber penghasilan kelompok seperti usaha dalam kerja sama, kordinasi dan saling membantu yang dapat memaksimalkan kegunaan sumber yang ada. Jaringan informal dapat dihubungkan dengan hubungan horizontal dan vertikal


(32)

yang dibentuk melalui faktor-faktor lingkungan, termasuk pasar, kekeluargaan dan persahabatan.

Jenis lainnya dari jaringan terdiri dari perkumpulan, dimana anggotanya dihubungkan secara horizontal. Jaringan seperti ini sering secara jelas menggambarkan struktur, peran dan peraturan yang memerintah bagaimana anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan utama. Jaringan ini juga memiliki potensi alami untuk membantu diri sendiri, bantuan mutual, solidaritas dan upaya-upaya kerjasama dalam kelompok. “Mata Rantai” (vertical) modal sosial disisi lain, termasuk hubungan dan interaksi di antara kelompok dan pemimpinnya dan memperluas hubungan antara kampung, pemerintah dan pasar.

2.3.2. Trust (kepercayaan) dan Solidaritas

Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung paling tidak, tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1990, 1995, dan 2002). Dalam pandangan Fukuyama (1995, 2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

Berbagai tindakan kolektif yang didasari atas saling mempercayai yang tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konteks membangun kemajuan


(33)

hadirnya berbagai problematik sosial yang serius. Masyarakat yang kurang memiliki perasaan saling mempercayai akan sulit menghindari berbagai situasi kerawanan sosial dan ekonomi yang mengancam. Semangat kolektifitas tenggelam dan partisipasi masyarakat untuk membangun bagi kepentingan kehidupan yang lebih baik akan hilang. Lambat laun akan mendatangkan biaya tinggi bagi pembangunan karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan hanya menunggu apa yang akan diberikan oleh pemerintah. Jika saling mempercayai telah luntur maka yang akan terjadi adalah sikap-sikap yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku.

Menurut Fukuyama (2003) bahwa, trust sebagai komponen ekonomi yang relevan melekat pada kultur yang ada pada masyarakat yang akan membentuk kekayaan modal sosial. Sedangkan Fukuyama (1995) meyakini bahwa dimensi trust

merupakan warna dari suatu sistem kesejahteraan bangsa. Kemampuan berkompetisi akan tercipta dan dikondisikan oleh satu karakteristik yang tumbuh di masyarakat yaitu trust.

Trust akan kehilangan daya optimalnya ketika mengabaikan salah satu spektrum penting yang ada di dalamnya, yaitu rentang rasa mempercayai (the radius of trust). Pada kelompok, asosiasi atau bentuk-bentuk group lainnya yang berorientasi inward looking cenderung memiliki the radius of trust yang sempit. Kelompok ini kemungkinan akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mengembangkan modal sosial yang kuat dan menguntungkan. Dimensi modal sosial ini menunjuk secara luas pada orang-orang yang merasa bahwa mereka bisa percaya kepada hubungan keluarga, ketetanggaan, kolega, kenalan, penyedia layana kunci, bahkan


(34)

orang lain untuk membantu mereka atau sedikitnya tidak akan terjadi kejahatan. Menggambarkan “kepercayaan” dalam konteks sosial adalah suatu prasayarat untuk bisa memahami kompleksitas hubungan manusia. Kadang-kadang kepercayaan merupakan pilihan, pada saat yang lain kepercayaan mencerminkan ketergantungan yang penting yang didasarkan pada peningkatan kontak atau jaringan yang lebih dekat. Perbedaan tak terbatas antara kedua rangkaian ini sangat penting untuk bisa memahami jarak hubungan sosial masyarakat dan kemampuan hubungan ini untuk bertahan dalam kesulitan atau dengan cepat bisa mengubah keadaan.

Untuk mengukur modal sosial dua jenis dari indikator digunakan. indikator masukan meliputi kesetiakawanan dan percaya. Kepercayaan adalah dibagi menjadi percaya kepada tetangga dan percaya kepada anggota lainnya. Kepercayaan sosial adalah salah teori dimensi modal sosial, terdiri dari kompleks sub-dimensions, sedemikian sehingga banyak dari pertanyaan-pertanyaan pada umumnya diminta dari para informan untuk mengukur tingkat kepercayaan sosial.

Durkheim (Lawang, 1994) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat


(35)

dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri :

 Mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara

 Suatu sistem-sitem fungsi yang berbeda dan khusus, yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap.

 Telah terspesialisasi.

Solidaritas dipertahankan sejauh kesadaran individu pada masyarakat sama kuatnya, dengan sendirinya akan memelihara unsur-unsur pengintegrasian yang ada pada masyarakat tersebut. Solidaritas tidak dapat dengan seketika diamati secara efektif, maka diperlukan suatu indeks extern. Menurut Durkheim (Layendecker, 1991:290) indeks extern adalah peraturan-peraturan hukum. Solidaritas sosial terwujud dalam hubungan timbal balik, yang mendapat persyaratan dalam sifat dan jumlah peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

Solidaritas mekanis didasarkan pada persamaan, dalam suatu masyarakat yang ditandai oleh solidaritas ini semua anggotanya mempunyai kesadaran kolektif yang sama. Kesadaran kolektif adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang membentuk sistem tertentu yang mempunyai kehidupan tersendiri dan dimiliki bersama oleh anggota masyarakat. Kesadaran kolektif memiliki sifat keagamaan, karena mengharuskan rasa hormat dan ketaatan.


(36)

2.3.3. Tindakan Kolektif dan Kerjasama

Tindakan kolektif dan kerja sama berhubungan erat dengan dimensi solidaritas dan kepercayaan. Bagaimanapun dimensi terdahulu telah menyelidiki kedalaman yang lebih besar dan bagaimana orang-orang bekerja dengan orang lain dalam masyarakat atau bergabung dengan proyek data merespon masalah atau krisis. Hal ini juga menyadarkan konsekwensi pelanggaran harapan masyarakat akan norma-norma partisipasi.

Norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian itu sendiri adalah sekumpulan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tetentu. Norma-norma ini biasanya terinstutionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dimasyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.

Aturan-aturan kolektif ini misalnya, bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua, menghormati pendapat orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang lain, norma untuk selalu bersama-sama dan sejenisnya. Jika dalam suatu komunitas, norma tersebut tumbuh, dipertahankan dan kuat akan mempertahankan masyarakat itu sendiri. Norma seperti halnya nilai, senantiasa memiliki implikasi yang ambivalen, tetapi disisi lain, norma cenderung tidak merangsang munculnya ide-ide baru, karena semua bentuk hubungan lebih mengutamakan kulit luar yaitu suatu label


(37)

ketimbang pada dimensi substansi isinya. Konfigurasi norma yang tumbuh ditengah masyarakat juga mementukan apakah norma tersebut akan memperkuat keretakan hubungan antar individu dan memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat tersebut.

Nilai adalah sesuatu ide yang turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai senantiasa berperan penting dalam kehidupan manusia. Pada setiap kebudayaan, biasanya terdapat nilai-nilai tertentu yang mendominasi ide yang berkembang. Dominasi ide tertentu dalam masyarakat akan membentuk dan mempengaruhi aturan-aturan bertindak masyarakat dan aturan bertingkah laku yang secara bersama-sama membentuk pola cultural, teori modal sosial, seperti norma-norma dan kepercayaan-kepercayaan, pengaruh-pengaruh sosial struktural.

Meletakkan studi-studi sebelumnya ini bersama-sama, itu akan nampak lebih mungkin bahwa kepercayaan sosial adalah faktor pokok untuk meningkatkan kesejahteraan/ kesehatan individu dan juga pengembangan sosial ekonomi pada masyarakat. Oleh karena itu, di dalam banyak aksi kolektif studi-studi empiris telah diperlakukan sebagai satu indikator keluaran dari modal sosial, bagaimanapun aksi kolektif sendiri membantu perkembangan norma-norma dari kerja sama/kolaborasi, pembentukan organisasi, dan tindakan kolektif yang merupakan indikator penting di dalam mengukur tingkat modal sosial (Grootaert, 2003).


(38)

2.3.4. Informasi dan Komunikasi

Meningkatkan akses terhadap informasi sering kali dianggap sebagai pusat mekanisme untuk membantu masyarakat, memperkuat suara mereka dalam berbagai hal yang mempengaruhi kesejahteraan mereka (Word Bank, 2002).

2.3.5. Kohesi Sosial

Kohesi sosial dan pemasukan dihubungkan dengan keempat dimensi dari modal sosial yakni kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif dan kerja sama, serta informasi dan komunikasi. Namun fokusnya lebih spesifik dalam ketahanan ikatan sosial dan potensi ganda mereka untuk masuk dan keluar sebagai anggota masyarakat. Kohesi sosial dapat didemonstrasikan melalui kegiatan masyarakat, misalnya dan pemakaman, atau kegiatan melalui kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan solidaritas, penguatan kohesi sosial, meningkatkan komunikasi, menyediakan pembelajaran untuk kegiatan organisasi, mempromosikan unsur kewarganegaraan dan sikap rendah hati dan membangun kesadaran kolektif. 2.3.6. Kekuasaan dan tindakan Politik

Individu dikuasakan dalam tingkat bahwa memiliki ukuran kendali atas lembaga dan proses-proses yang secara langsung mempengaruhi kesejahteraan mareka. Dimensi modal sosial kekuaaan dan aksi politik menjelaskan rasa puas, keberuntungan pribadi dan kapasitas anggota jaringan dan kelompok untuk mempengaruhi kegiatan lokal dan hasil politik yang lebih luas. Kekuasaan dan aksi politik dapat terjadi dalam asosiasi lingkungan yang kecil atau dalam tingkat lokal,


(39)

regional dan nasional yang lebih luas. Masing-masing tingkat memiliki kepentingan masing-masing dan dapat dianggap terpisah sebaik dalam hubungannya dengan yang lain. Dimensi ini juga mengakibatkan perpecahan sosial, apakah informasi kunci dengan pemimpin politik dan pemimpin pekerja, bersama dengan representasi sistem pengadilan dan media, juga penting untuk menjelaskan dimensi ini.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat yang modern. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan sosiabilitas yang rendah. Dalam interaksinya, penduduk pendatang dan pribumi dituntut pula untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya masing-masing. Hal ini menyebabkan intensitas dan pola interaksi komunitas mengalami perubahan orientasi, termasuk juga dialami oleh penduduk pribumi yang terseret oleh dinamika industri. Dinamika pada komunitas disekitar industri, dalam jangka panjang akan mengembangkan komunitas tersebut manjadi berbeda dengan bentuk komunitas sebelumnya.

Komunitas yang ada disekitar industri, baik yang awalnya adalah komunitas pedesaan maupun komunitas yang diciptakan setelah adanya industri mengembangkan satu karakteristik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini terjadi karena industri memiliki daya pengaruh yang besar terhadap komunitas untuk menimbulkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Sebuah komunitas yang mendapatkan pengaruh dari adanya industri akan berkembang ke


(40)

arah suatu komunitas perkotaan, yang memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sebelum industri didirikan.

Durkheim (Soekanto, 1990) secara jelas membagi klasifikasi masyarakat atas dasar ikatan solidaritas mekanis dan organis. Bentuk ikatan itu menurutnya ditandai dengan kekentalan hubungan antar individu, baik berdasarkan hubungan darah ataupun hubungan kepentingan masyarakat terpaut dalam bentuk ikatan yang mendasarinya.

Tonnies (Soekanto, 1990) mengemukakan bahwa didalam masyarakat dapat dijumpai dua jenis kelomok primer dalam masyarakat yaitu patembayan dan paguyuban. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alami dan kekal. Sedangkan patembayan merupakan ikatan yang lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek. Menurut Tonnies didalam masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga bentuk paguyuban yaitu :

a) Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinchaft by blood) yaitu paguyuban yang didasarkan pada ikatan darah

b) Paguyuban karena tempat (Gemeinchaft of place) yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, misalkan RT, RW, Arisan

c) Paguyuban karenajiwa-pikiran (Gemeinchaft of mind) yang merupakan suatu gemeinchaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak


(41)

memiliki hubunan darahataupub tempat tinggalnya tidak berdekatan maka mereka memiliki jiwa pikiran yang sama

Dalam masyarakat pedesaan biasanya akan dijumpai masyarakat yang saling tolong menolong karena berdekatan tempat tinggal sehingga memiliki solidaritas yang kuat, tapi ketika masuknya indusri dalam suatu komunitas maka akan ada perubahan dalam masyarakat tersebut.

                                 


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan kualitataif yang akan dilakukan adalah untuk menggambarkan bagaimana keberadaan modal sosial masyarakat Desa Daulu pasca kehadiran industri di Desa Daulu.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan ingin melihat dan mengetahui bagaimana modal sosial masyarakat karo pada saat ini pasca hadirnya PT. Tirta Sibayakindo di Desa Daulu, sehingga diperoleh kajian yang lebih maksimal secara mendalam dan spesifik.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Daulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah karena peneliti melihat bahwa ditempat ini berdiri sebuah perusahaan industri air minum dalam kemasan dan peneliti tertarik untuk melihat perubahan-perubahan dalam masyarakat setempat ketika perusahaan ini mulai berdiri sampai sekarang dan peneliti ingin melihat modal sosial masyarakat Daulu sampai saat sekarang ini, khususnya nilai-nilai dalam masyarakat setempat (KARO). Disamping pilihan lokasi ini dekat dengan lokasi tempat tinggal sipeneliti.


(43)

yang diteliti. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, mengingat PT. Tirta Sibayakindo merupakan pabrik yang besar dan terus meningkat produksinya.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Analisis data secara umum adalah untuk mempertajam masalah dan merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian data. Keseluruhan data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam memperoleh jalinan hubungan dan kaitan masalah. Adapun yang menjadi unit analisis dalam subyek penelitian ini adalah warga Desa Daulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat khususnya bagi masyarakat yang sudah lama berdomisili ditempat ini dan dari pihak perusahaan khususnya para karyawan.

Adapun orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini disebut sebagai informan. Informan yang menjadi subjek penelitian dibedakan atas dua jenis yakni informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung data penelitian. Informan dipilih atas pertimbangan dan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah: a. Informan kunci

Orang yang dituakan atau dianggap sebagai orang yang mengetahui banyak tentang perkembangan dan perubahan masyarakat sejak munculnya industri PT. TIRTA SIBAYAKINDO di Desa Daulu, seperti


(44)

tokoh masyarakat, pemerintahan desa dan orang yang paling lama tinggal di desa ini.

b. Informan biasa

Masyarakat Karo yang tinggal di Desa Daulu yang tinggal di sekitar perusahaan baik masyarakat yang bekerja sebagai karyawan ataupun yang tidak bekerja sebagai karyawan, baik itu petani dan masyarakat Desa Daulu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber informan yang ditemukan di lapangan. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah dengan cara:

 Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan langsung di lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi ini terdiri dari rincian tentang kegiatan, prilaku, tindakan orang serta keseluruhan


(45)

interaksi personal dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan para informan di lokasi penelitian. Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi (data), memperoleh keterangan, pendapat secara lisan dari informan denagn berbicara dengan orang tersebut. Agar wawancara lebih terarah maka dilakukan instrumen berupa pedoman wawancara (interview guide) yakni urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitain atau sumber data lain.

 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan yang digunakan dapat berupa laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan internet yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan rumusan masalah yang diteliti,


(46)

dimana dalam hal ini mengenai keberadaan modal sosial pasca masuknya industri di pedesaan.

3.5 Interpretasi Data

Menurut Moleong (1993:103), analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dianalisa selanjutnya.

Analisa data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik secara pengamatan, wawancara ataupun catatan-catatan lapangan, dipelajari dan ditelaah kemudian tahap selanjutnya adalah meruduksi data yaitu melalui pembuatan abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti. Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lainnya dan diinterpretasikan secara kualitatif, yaitu proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan.


(47)

3.6. Jadwal kegiatan

Jadwal kegiatan dan laporan penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian

√ √

4 Seminar Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penyerahan Hasil Seminar Proposal

7 Operasional Penelitian √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian, penulis menyadari masih banyak kekurangan, masih ditemukan keterbatasan penelitian, terutama karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Keterbatasan lain yang terkait dengan metode penelitian kualitatif yang digunakan oleh peneliti, dimana dibutuhkan wawancara mendalam. Dalam mendapatkan informasi dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pada saat melakukan wawancara, kendala yang dihadapi peneliti adalah terbatasnya waktu yang dimiliki informan untuk melakukan wawancara, hal ini disebabkan padatnya aktivitas informan.


(48)

Masyarakat di Desa Daulu ini umumnya bermata pencaharian bertani, sehingga peneliti harus menunggu informan siap untuk di wawancarai dan peneliti harus pintar untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara dengan informan. Keterbatasan dari penulis juga dalam pengurusan surat izin penelitian yang harus peneliti jalani sehingga lamanya waktu yang peneliti habiskan untuk surat dan data dari perusahaan tempat peneliti melakukan penelitian yang terlalu berhati-hati dalam memberikan izin penelitian.

Walau demikian, peneliti tetap berusaha untuk melakukan rangkaian kegiatan penelitian dan berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan data dan informasi sebaik mungkin agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dan lebih maksimal.

                         


(49)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Deskripsi Masyarakat Desa Daulu

Sejarah awal mula terbentuknya Desa Daulu yaitu tepatnya pada tahun 1901. Dimana pada awalnya daerah Desa Daulu ini menjadi bagian di dalam desa rumah Berastagi dan Desa Peceren (sekarang Kota Berastagi). Kemudian seiring dengan berjalannya perkembangan maka penduduk Desa rumah Berastagi dan Desa Peceren melakukan perpindahan dan membentuk sebuah komunitas baru di desa ini dan diberi nama Desa Daulu. Desa ini terletak di bawah kaki gunung Sibayak (2170 m). Desa Daulu ini lebih kurang berukuran 366 m². Desa ini terbagi menjadi dua bagian desa, yakni Desa Daulu dalam dan Desa Daulu pasar.

Perkembangan Desa Daulu ini tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi dan karakteristik Desa Daulu. Desa Daulu pada saat ini merupakan desa yang dihuni oleh bermacam-macam suku, yakni suku Karo, Batak, Jawa, Minang, Padang. Namun suku terbesar adalah suku Karo, dimana suku Karo didesa ini adalah satu suku yang menjadi suku asli masyarakat setempat. Semua suku-suku yang ada didesa daulu ini merupakan pendatang yang datang bermigrasi ke Desa Daulu. Kecendrungan manusia sebagai seorang individu dan makhluk sosial harus memenuhi kebutuhan akan berinteraksi dan bersosialisasi.


(50)

Kehidupan desa yang erat dengan sifat-sifat kegotong-royongan dan kebersamaan sehingga intensitas untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar sangat dekat, dan dijumpai organisasi kemasyarakatan yang berjalan dengan baik dan mampu menjalankan perannya serta memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat umum. Hubungan seorang dengan yang lainnya membentuk jaringan yang berlapis dan tumpang tindih.

Kehidupan tersebut juga disebut bersifat nyata, bentuk paguyuban terutama akan dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya. Menurut Tonnies, didalam setiap masyarakat selalu dijumpai salah satu diantaranya adalah: Paguyuban karena tempat (Gemeinscaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling menolong.

4.1.2. Gambaran umum Desa Daulu.

Desa Daulu dengan segala sumber daya alamnya menjadikan daerah ini menjadi daerah yang subur dan menjadikannya tempat beberapa pertumbuhan industri yang muncul di daerah ini dan salah satunya yaitu PT. Tirta Sibayakindo, yang tumbuh di daerah ini karena sumber daya alam yang dimiliki Desa Daulu yaitu mata air yang terpancar di desa ini. Serta daerah yang subur sangat cocok untuk areal pertanian, dan juga potensi pariwisata yang dimiliki yakni pemandian air panas (hot spring) kondisi ini yang menjadikan Desa Daulu menjadi desa yang banyak di kunjungi dan dijadikan sebagai tempat bercocok tanam karena tanah yang subur,


(51)

sehingga banyak pendatang dari berbagai wilayah dan suku serta agama yang berbeda yang tinggal di tempat ini untuk mengais rezeki.

Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kutural. Ditinjau secara geografis maka letak wilayah berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan deleng macik (desa rakyat)

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan deleng singkut (desa simpang empat).

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Deleng Barus / Deli Serdang

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Semangat Gunung Luas wilayah Desa Daulu secara keseluruhan sebesar 366 m² dengan luas pemukiman yang dipakai yakni :

 Luas wilayah yang dipakai untuk pemukiman Desa Daulu pasar

sebesar 2 ha

 Luas wilayah yang pakai untuk pemukiman Desa Daulu dalam sebesar 4 ha


(52)

4.1.3. Komposisi penduduk

4.1.3.1.Komposisi penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Diagram 4.1

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

580 orang% 53% 650 orang

53%

Laki-laki Perempuan

Sumber: Data Desa Daulu 2008

Dari data pada diagram di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di desa Daulu memiliki jumlah penduduk sebanyak 1230 jiwa, berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 580 jiwa dengan persentase sebesar 47%, sedangkan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 650 jiwa dengan persentase sebesar 53%. Ini berarti antara jumlah laki-laki dan perempuan bisa dikatakan sebanding, walaupun jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih besar dari pada jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.


(53)

4.1.3.2.Komposisi penduduk berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam setiap diri manusia, karena tingkat pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Tingkat pendidikan yang tinggi pada umumnya akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan dan kesejahteraan yang lebih baik.

Diagram 4.2

Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan

Sumber: profil Desa Daulu Tahun 2008

Dari data pada diagram di atas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Daulu berjumlah 256 jiwa. Dengan jumlah pendidikan terbanyak yaitu penduduk yang berpendidikan SD sebesar 120 jiwa dengan persentase berjumlah 47%, kemudian disusul oleh penduduk yang berpendidikan SLTP sebesar 70 jiwa dengan persentase berjumlah 27%, selanjutnya jumlah penduduk yang masih belum bersekolah sebesar 30 jiwa dengan persentase


(54)

12%, kemudian disusul oleh penduduk yang berpendidikan SMU sebesar 20 jiwa dengan persentase sebesar 8%, selanjutnya penduduk yang tidak berhasil menamatkan sekolah sebesar 10 jiwa dengan persentase sebesar 4%, dan terakhir yang merupakan jumlah paling terkecil yaitu penduduk dengan pendidikan D1 / S1 sebesar 6 jiwa dengan persentase terkecil yaitu 2%.

4.1.3.3. Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah merupakan sumber utama pendapatan dari setiap manusia untuk tetap dapat bertahan hidup. Tingkat pekerjaan menengah ke bawah pada umumnya hanya akan memperoleh pendapatan yang menengah ke bawah pula. Terdapat berbagai macam mata pencaharian penduduk yang tinggal di wilayah ini yaitu dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram 4.3

Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian


(55)

Dari data diagram di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Daulu yang memiliki Mata Pencaharian yang terbesar jumlahnya adalah penduduk yang berprofesi sebagai Petani dengan jumlah 402 jiwa dengan persentase sebesar 74 %, selanjutnya mata pencaharian kedua terbanyak adalah penduduk yang berprofesi sebagai Pengrajin sebanyak 40 jiwa dengan persentase sebesar 7 %, kemudian penduduk yang berprofesi sebagai Buruh sebanyak 30 jiwa dengan persentase sebesar 6 %, selanjutnya penduduk yang berprofesi sebagai Pedagang sebanyak 25 jiwa dengan persentase sebesar 5 %, kemudian penduduk yang berprofesi sebagai Tukang ojek sebanyak 15 jiwa dengan persentase 3 %, penduduk yang berprofesi sebagai supir sebesar 14 jiwa dengan persentase sebesar 3 %, dan jumlah terakhir dan yang paling kecil adalah penduduk yang berprofesi sebagai PNS sebanyak 10 jiwa dengan persentase sebesar 2 %.

4.1.3.4.Komposisi penduduk berdasarkan Suku bangsa

Indonesia memiliki keragaman Suku Bangsa yang terbentang dari Sabang sampai ke Marauke, dimana setiap suku bangsa menetap di setiap daerah yang ada di wilayah Indonesia. Ini dapat terlihat dari suku bangsa yang tinggal di suatu wilayah atau kawasan seperti di Desa Daulu. Berbagai macam suku bangsa yang menetap di Desa Daulu dapat dilihat pada diagram di bawah ini.


(56)

Diagram 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Sumber: Profil Desa Daulu Tahun 2008

Dari data diagram di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Daulu adalah masyarakat yang heterogen dengan beragam suku bangsa diantaranya Karo, Batak Toba, Jawa, Melayu, Minang, Nias dan lain-lain.

Dari data di atas diketahui bahwa suku Karo adalah suku yang paling dominan di wilayah Desa Daulu ini dengan jumlah sebanyak 1107 jiwa dengan persentase sebesar 90 %, sedangkan penduduk dengan suku bangsa terbesar kedua adalah suku Batak Toba sebanyak 50 jiwa dengan persentase sebesar 4 %, kemudian disusul oleh suku jawa sebanyak 25 jiwa dengan persentase sebesar 2 %, dan suku Minang sebanyak 10 jiwa dengan persentase sebesar 1 %, dan yang terakhir adalah suku-suku lainnya yang berjumlah 33 jiwa dengan persentase sebesar 0,4 %.


(57)

4.1.3.5. Komposisi penduduk berdasarkan agama

Indonesia adalah Negara demokratis, perbedaaan agama tidak membuat Indonesia menjadi terpecah belah. Desa Daulu adalah Desa yang memiliki penduduk yang memiliki agama yang berbeda-beda, dan ini dapat terlihat seperti pada diagram di bawah ini:

Diagram 4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber: Profil Desa Daulu Tahun 2008

Dari data di atas diketahui bahwa agama yang paling dominan di Desa Daulu ini adalah agama Protestan dan Katolik, jumlah penduduk yang beragama Katolik seimbang dengan beragama Protestan dengan jumlah jiwa yang sama yakni ±492 jiwa, sedangkan yang menganut agama Islam sebesar 369 jiwa.

4.1.4. Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian tujuan. Bagaimana baiknya suatu rencana tanpa didukung oleh adanya sarana dan prasarana, maka tujuan


(58)

dari perencanaan itu akan sulit tercapai. Untuk mendukung tugas pelayanan terhadap masyarakat, maka Desa Daulu tersedia berbagai macam sarana dan prasarana, seperti sarana di bidang peribadatan, pendidikan, kesehatan, sarana air bersih dan sarana ekonomi. Untuk lebih jelas lagi berikut akan dipaparkan mengenai sarana-sarana tersebut.

4.1.4.1. Sarana Ekonomi

Sarana Ekonomi merupakan alat masyarakat untuk mencari kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian penduduk Desa Daulu hidup dengan berdagang baik kios kelontong maupun warung makan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada keterangan pada diagram di bawah ini.

Diagram 4.6 Sarana Ekonomi


(59)

Dari data pada diagram 4.6 di atas dapat diketahui bahwa Desa Daulu memiliki berbagai macam sarana ekonomi seperti warung makan, kedai sampah, kedai kopi, dan Bengkel.

Sarana Ekonomi yang paling banyak yang ada di wilayah Desa Daulu adalah sarana Kedai Kopi sebanyak 24 unit dengan persentase sebesar 64 %, kemudian sarana kedua terbanyak adalah sarana kedai sampah sebanyak 8 unit dengan persentase sebesar 22 %, sarana ketiga terbanyak adalah sarana Warung Makan sebanyak empat unit dengan persentase sebesar 11 %, kemudian sarana ekonomi Bengkel sebanyak satu unit dengan persentase sebesar 3 %, dan yang terakhir adalah sarana ekonomi penyewaan kamar kos-kosaan yang sulit untuk dipersentasekan karena hampir seluruh rumah menyediakan tempat kos-kosan di desa ini, khususnya di Desa Daulu Pasar. 

4.1.4.2. Sarana Pendidikan 

Berjalannya sebuah pendidikan dengan baik ditentukan oleh sarana pendidikan yang dimiliki. Di Desa Daulu ini terdiri dari beberapa sarana pendidikan seperti dibawah ini.

Tabel 4.7

Prasarana pendidikan

No Keterangan Jumlah Persentase

1 Tk 0 0

2 SD 2 100 %

3 SLTP 0 0

4 SMU 0 0

Jumlah 2 100 %


(60)

Dari tabel VII diatas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan ditempat ini juga ada yakni khususnya untuk Sekolah Dasar walaupun ditempat ini belum dilengkapi sarana pendidikan yang lengkap. Sekolah dasar yang ada ditempat ini yakni sekolah SD Negri dan sekolah SD INPRES. Penduduk Desa Daulu kebanyakan lebih memilih untuk menikmati sarana pendidikan di luar dari Desa Daulu yakni ke Kota Berastagi, disamping karena sarana untuk kejenjang yang lebih tinggi belum ada ditempat ini.

1.1.4.3.Prasarana Ibadah

Tabel 4.8 Prasarana Ibadah

No Keterangan Jumlah Persentase

1 Greja protestan 5 62 %

2 Gereja Katolik 1 13 %

3 Mesjid 2 25 %

Jumlah 8 100 %

Sumber : Profil Desa Daulu Tahun 2008

Masyarakat di Desa Daulu menganut sistem kepercayaaan yang berbeda. Di tempat ini terdapat 5 unit gereja sarana ibadah untuk Protestan dengan persentase sebesar 62%, serta 2 unit sarana ibadah untuk beragama Islam dengan persentase sebesar 25 %, serta 1 unit gereja untuk sarana ibadah Katolik dengan persentase 13 %. Namun penduduk setempat hidup berdampingan dan rukun. Ini terbukti dari gereja dan mesjid yang berdiri di desa ini saling berdampingan. Masing-masing pemeluk agama dapat menjalankan ibadahnya dengan baik. Kerukunan agama yang terjalin di Desa Daulu tidak terlepas dari prasarana ibadah yang memadai. Prasarana


(61)

ibadah yang cukup membuktikan bahwa masyarakat Desa Daulu masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi akan agama yang dianut.

4.1.4.2. Prasarana berbentuk Organisasi Sosial.

Untuk mempererat sebuah hubungan di dalam masyarakat sering dilakukan sebuah perkumpulan antar warga, baik itu arisan antar marga, serikat tolong menolong, organisasi ibu-ibu, PKK, Pemuda Pancasila, dan masih banyak yang lainnya. Di desa ini terdapat beberapa perkumpulan antar warga, untuk lebih jelasnya seperti tabel dibawah

Tabel 4.9 Prasarana Organisasi

No Keterangan Jumlah Persentase

1 Pemuda Pancasila 1 15 %

2 STM 1 14 %

3 PKK 1 14 %

4 Runggun gereja 4 57 %

Jumlah 8 100 %

Sumber : Profil Desa Daulu Tahun 2008

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa organisasi yang ada di Desa Daulu. Organisasi yang paling banyak di desa ini adalah organisasi berbasis keagamaan dimana di Desa Daulu ini terdapat empat organisasi gereja dengan persentase sebesar 57 %, setelah itu 2 organisasi STM Islam dengan persentase sebesar 14 %, disusul dengan 1 organisasi PKK dan pemuda pancasila dengan persentase sama-sama 15 %. Ditempat ini tidak ada organisasi perkumpulan masyarakat Karo, atau organisasi marga Karo.


(1)

 Bagaimana sikap masyarakat setempat pada masyarakat pendatang yang datang ke daerah ini yang bekerja di PT. Tirta Sibayakindo

 Bagaimana dengan nilai-nilai budaya masyarakat setempat adakah

perubahan yang terjadi ketika munculnya PT. Tirta Sibayakindo?

 Bagaimana pengaruh marga dengan hubungan antar masyarakat?

 Menurut anda apakah PT. Tirta Sibayakindo sudah menjalankan

fungsinya dengan baik? Berikan alasannya?

 Apakah bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat masih

bahasa Karo, berhubung karena ditempat ini percampuran suku dan budaya ada ditempat ini

Jaringan

 Bagaimana bentuk kerjasama yang dilakukan oleh setiap anggota

masyarakat dalam melakukan kegiatan setelah munculnya PT. Tirta Sibayakindo?

 Apakah anda/masyarakat aktif menghadiri pertemuan rutin yang

dilakukan oleh anggota masyarakat?

 Saat anggota masyarakat melakukan kegiatan apakah anggota

masyarakat lainnya ikut membantu melakukan kegiatan tersebut?

 Saat anggota masyarakat mengalami kesulitan apakah anggota

masyarakat lainnya ikut membantu?

 Bantuan dalam bentuk apa saja yang sering diberikan oleh PT. Tirta Sibayakindo kepada masyarakat?

 Apa yang melatar belakangi PT. Tirta Sibayakindo memberikan

bantuan kepada masyarakat?

 Pada saat anggota masyarakat mengadaka acara pernikahan/ kematian

bagaimana peran PT. Tirta Sibayakindo?


(2)

Kepercayaan

 Bagaimana hubungan anda dengan sesama anggota masyarakat?

 Bagimana pendapat anda tentang PT. Tirta Sibayakindo?

 Apakah anda memiliki rasa percaya kepada sesama anggota

masyarakat khususnya suku Karo dan diluar dari suku Karo itu sendiri?

 Apakah pemilik dari PT. Tirta Sibayakindo adalah suku Karo?  Apakah PT. Tirta Sibayakindo sendiri mengerti akan budaya Karo?  Apakah pekerja dari PT. Tirta Sibayakindo banyak yang suku Karo?

 Menurut bapak perbedaan apa yang kelihatan di masyarakat sebelum

dan setelah munculnya PT. Tirta Sibayakindo?

Identitas Informan

Nama :

Alamat :

Usia :

Agama :

Tempat/tanggal lahir :

Suku :

Pendidikan :

Lama tinggal di desa Daulu :

Informan biasa

 Sudah berapa lama anda tinggal di Desa Daulu ini?

 Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar/ dengan

tetangga anda?

 Bagaimana pandangan anda tentang PT. Tirta Sibayakindo?

 Bagaimana hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan


(3)

 Menurut anda bagaimanakah rasa kepercayaan yang timbul dalam hubungan anda dengan masyarakat sekitar ?

 Apakah anda masih memiliki rasa percaya terhadap masyarakat sekitar anda?

 Bagaimanakah bentuk sikap saling tolong menolong dan gotong

royong di dalam masyarakat desa ini?

 Jika ada suatu bantuan yang diberikan kepada masyarkat siapa yang

paling anda percaya untuk mengelola bantuan tersebut?

 Jika ada masalah bagaimana cara penyelesaiannya yang anda ketahui

didalam desa ini?

 Apakah pekerja yang bekerja di perusahaan memiliki perbedaan

dengan masyarakat yang tidak bekerja di perusahaan dalam pergaulan sehari-hari ?

 Apakah anda masih sering mengikuti kegiatan yang diselenggarakan

di desa ini?

 Apakah anda masih kuat memegang nilai-nilai budaya Karo?

 Menurut anda apakah PT. Tirta Sibayakindo mengerti akan

kebudayaan Karo? Profil informan penelitian

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 1. Bangkit Purba

Bapak Bangkit Purba, saat ini berusia 50 tahun. Saat ini menjabat sebagai kepala Desa Daulu. Sosoknya yang menjadi salah satu orang yang dituakan dan dipercaya serta memiliki jiwa kepemimpinan dan jujur membuat ia dipercaya


(4)

untuk menjabat sebagai kepala Desa Daulu. Dikarenakan jiwa yang bersahabat dan ramah terhadap masyarakat membuat ia ditunjuk kedua kalinya menjabat sebagai kepala desa dari periode tahun 1993-1998, dan dimulai lagi dari tahun 2008-2013.

1. Erwin tarigan

Bapak Erwin Tarigan pada saat ini berusia 62 tahun. Erwin Tarigan yang saat ini berprofesi sebagai petani dan wiraswata yang berjualan di Desa Daulu. Erwin Tarigan merupakan salah satu tokoh adat di desa ini. Pak Erwin merupakan penduduk asli Desa Daulu sehinnga membuatnya cukup mengetahui tentang nilai budaya Karo dan perkembangan PT.Tirta Sibayakindo.

3. Dame Nainggolan

Ibu Dame Nainggolan sudah cukup lama tinggal di Desa Daulu, dan merupakan orang tertua di desa daulu. Ny Dame Nainggolan berusia 80 tahun. Ibu Nainggolan pada awalnya merupakan pemilik tanah yang ditempati oleh PT. Tirta Sibayakindo saat ini, yang pada akhiranya di beli oleh PT. Tirta Sibayakindo. Sehingga ia banyak mengetahui perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pada masyarakat sebelum dan ssudah PT. Tirta Sibayakindo berdiri di desa ini.

4. Ibu Monang

Ibu Monang merupakan salah satu karyawan PT. Tirta Sibayakindo. Ibu Monang saat ini berumur 29 tahun dan penduduk asli desa daulu, dan bekerja di perusahaan ini sejak 1998. Keterlibatannya yang lumayan cukup lama bergabung dengan


(5)

perusahaan membuatnya cukup mengetahui tentang masyarakat setempat dan PT. Tirta Sibayakindo.

5. Ibu tison

Ibu Tison bekerja sebagai petani, dan berdomisili di tempat ini sejak 20 tahun yang lalu. Ibu Tison merupakan penduduk asli Tapanuli tepatnya di Desa Laguboti, tetapi bersama sang suami 20 tahun yang lalu ia merantau ke tanah Karo dan tinggal di Desa Daulu, walaupun ia seorang perantauan tapi ia tau banyak tentang Desa Daulu serta budaya Karo dan kondisi sosial masyarakat Daulu sesudah dan sebelum munculnya PT. Tirta Sibayakindo.

6. Robinson Purba

Robinson Purba adalah seorang wiraswasta yang berumur 40 tahun dan merupakan penduduk asli dari Desa Daulu. Pak Robinson Purba baru saja terpilih sebagai keplor Desa Daulu pasar. Beliau memiliki tiga orang anak, dan salah satu anak dari Pak Robinson bekerja di PT. Tirta Sibayakindo.

7. Drs. Ganepo Kaban

Drs. Ganepo Kaban adalah seorang wiraswata dan merupakan ketua Pemuda Pancasila Desa Daulu, beliau mengetahui sedikit banyak tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, karena terbilang lama tinggal di desa ini dan merupakan pemasok bahan-bahan bangunan pada waktu PT. Tirta Sibayakindo berdiri.

8. Riana Tarigan

Dari cara bicaranya ibu riana tarigan memiliki wawasan yang cukup luas, ternyata dia adalah seorang lulusan dari PGSLTP dan ini dia berusia 40 tahun. Riana


(6)

tarigan bukan kelahiran Desa Daulu, dia tinggal di desa ini ketika dia menikah dengan pemuda setempat enam belas tahun yang lalu. Walaupun begitu ia mengetahui perkembangan masyarakat Desa Daulu baik itu tentang modal sosial masyarakat Karo sebelum dan sesudah PT. Tirta Sibayakindo berada di Desa Daulu.

9. Dwi Tarigan

Dwi Tarigan merupakan pemuda Desa Daulu yang berumur 27 tahun. Dwi merupakan mantan karyawan PT. Tirta Sibayakindo. Dwi merupakan seorang pemuda yang menjadi ketua persekutuan pemuda gereja di Desa Daulu pasar. Keaktifan Dwi membuat ia banyak tau tentang kondisi Desa Daulu ketika sesudah dan sebelum munculnya PT. Tirta Sibayakindo.

10. Opung gultom

Opung Gultom merupakan salah seorang wanita yang menikah dengan pemuda Karo desa setempat, Opung Gultom tinggal di daerah di selama 17 tahun. Walaupun Opung Gultom pendatang di desa ini tapi ia banyak tau akan tentang desa ini dan tentang PT. Tirta Sibayakindo, ini terbukti dari salah satu pimpinan PT. Tirta Sibayakindo yang telah ditempatkan kembali ke Jakarta mengangkat Opung Gultom bersama sang suami yang bermarga Purba menjadi orang tua angkatnya di desa ini. Dan walaupun sudah ditempatkan di luar kota hubungan tetap terjalin dengan baik hingga saat ini antara Opung Gultom dengan pimpinan perusahaan.