Nilai dan norma perekat hubungan sosial

4.3.4. Nilai dan norma perekat hubungan sosial

Segala prilaku dan aktifitas hidup ditentukan dan diatur oleh nilai dan norma. Barang siapa melanggar nilai dan norma akan dihukum dan dikucilkan dalam masyarakat dan salah satu dari perwujudan norma tersebut adalah adat. Dalam adat terkandung prinsip-prinsip hidup dan norma-norma hukum yang harus ditaati. Adat menjadi dasar kehidupan yang mempunyai peranan fundamental dalam hubungan- hubungan mereka antara yang satu dengan yang lain agar dapat hidup selaras dengan alam, dengan sesama yang adikodrati. Nilai-nilai dan norma-norma dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat pada akhirnya menjadi adat istiadat yang diwujudkan dalam bentuk tata upacara dan masyarakat di harapkan mentaatinya. Demikian masyarakat Karo, adat adalah pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai yang dipancarkan melalui adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Karo. Masyarakat Karo mempunyai tata cara adat mulai dari kelahiran, perkawinan, dan kematian dan semua di atur oleh norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat Karo. Di desa ini semua diatur oleh adat, segala prilaku dan aktifitas hidup mereka diatur oleh adat barang siapa melanggar adat akan dihukum dan dikucilkan, dan nilai dan norma dalam masyarakat dijadikan sebagai control sosial, sehingga terciptalah kebiasaan-kebiasaan yang menjadi pola hidup mereka bersama. Nilai-nilai yang di terapkan dalam masyarakat Karo di tempat ini salah satunya adalah aturan dalam melakukan hubungan antara laki-laki dan perempuan Universitas Sumatera Utara khususnya yang suku Karo, yaitu tidak bisa menikah dengan orang yang memiliki marga yang sama. Ini menjadi aturan dalam masyarakat Karo, begitu juga dengan perempuan yang sudah menikah tidak bisa berbicara dengan bapak mertuanya, ini dimaksudkan agar masyarakat Karo tidak melakukan pelanggaran menikah dengan sang mertua. Ini sudah berlaku bagi masyarakat dahulu baik itu di Desa Daulu sendiri dan juga untuk masyarakat luas khususnya yang bersuku Karo. Hubungan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya pun cukup baik, sehingga solidaritas yang tecipta pun cukup baik. Adat istiadat menjadi bentuk nilai warisan budaya Karo itu sendiri, dan peranan adat itu menuntun masyarakat Karo dalam kehidupannya. Bagi masyarakat setempat melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan norma adat istiadat budaya merupakan suatu hal yang harus dihindari karena akan dikucilkan dari masyarakat. Adanya mekanisme control sosial dalam masyarakat menciptakan suatu control sosial yakni sanksi. Sanksi akan diberikan kepada masyarakat yang melakukan ketentuan yang ada di masyarakat yang telah menjadi tradisi adat istiadat masyarakat setempat. Sanksi yang diberikan adalah sanksi moral yaitu apabila masyarakat Desa Daulu tidak mentaati peraturan yang berlaku yang telah menjadi aturan adat istiadat karo maka akan di usir dari Desa Daulu, atau tidak akan bisa berkomunikasi atau bersosialisasi lagi dengan masyarakat setempat. Misalnya saja bagi masyarakat yang menikah dengan marga yang sama maka akan dikenakan sanksi bagi pelakunya, yaitu harus keluar dari daerah setempat dan diungsikan ke daerah sunggal, dan hubungan kekeluargaan pun akan terputus. Seperti penuturan salah satu informan berikut: Universitas Sumatera Utara “…pernikahan satu marga adalah satu hal yang sangat dipantangkan bagi masyarakat yang bersuku Karo, jika ada yang menikah dengan satu marga maka akan di usir keluar dari daerah ini, ia akan dikucilkan dan dibuang dari masyarakat setempat…” Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahawa melalaui nilai dan norma yang ditetapkan dalam masyarakat menjadi penghubung anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya, melalui aturan-aturan yang diciptakan sedemikian rupa menjadikan nilai dan norma menjadi perekat dalam hubungan antar masyarakat.

4.3.5. Kelompok informal dalam masyarakat sebagai penghubung