25 secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Motivasi belajar
ekstrinsik selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, biar pun orang lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan
motivasi tersebut, 2 motivasi belajar intrinsik, yakni kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan kepada penghayatan kebutuhan mahasiswa
yang berdaya upaya melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhannya, dimana kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat serta tidak
ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli selain belajar Winkel, 2002. Dengan demikian motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga orang mau melakukan sesuatu dan motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang
menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehinggga tercapai tujuan yang
dikehendaki. Penelitian ini lebih menekankan pada konsep motivasi yang mengacu pada
keinginan subjek dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Konsep motivasi tersebut sangat terkait dengan motivasi yang bersifat permanen dalam diri seseorang.
Indikator yang dipakai untuk menjelaskan tingkat motivasi berprestasi ini adalah dengan menggunakan indikator motivasi berprestasi yang dikembangkan oleh
Robinson yang dikutip oleh Hambali 2004 yaitu : harapan untuk sukses, kekhawatiran akan gagal, kompetisi dan bekerja keras. Dengan demikian dapat
disimpulkan motivasi berprestasi adalah keinginan bekerja keras dalam belajar,
26 kekhawatiran akan gagal dalam belajar, harapan untuk selalu sukses, kesiapan
untuk berkompetensi dalam mendapatkan prestasi yang lebih baik.
D. Kerangka Berpikir. 1. Perbandingan hasil belajar PTK mahasiswa yang diajar dengan
menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya dan ekspositori.
Hasil belajar merupakan cerminan dari pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat meningkatkan
hasil belajar salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanipulasi strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang menarik dan mengupayakan
keterlibatan mahasiswa merupakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi KBK. Salah satu strategi pembelajaran
tersebut adalah strategi pembelajaran dengan tutor sebaya.
Strategi tutor sebaya merupakan salah satu bentuk belajar mahasiswa yang lebih berorientasi pada penyampaian informasi, pengetahuan dan pengalaman.
Dalam kegiatan tutor sebaya terjadi interaksi melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh seorang tutor terhadap kelompok pendengar peserta. Aktivitas
penyampaian pada strategi pembelajaan tutor sebaya terpusat pada tutor. Namun para peserta tetap diharapkan terlibat secara aktif khususnya dalam
mengemukakan pertanyaan tentang masalah yang belum mereka ketahui, informaasi yang belum jelas dan atau komentar-komentar yang bersifat
konstruktif. Pada strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran
yang biasa digunakan oleh pengajar di kelas-kelas tradisional. Dalam kegiatan pembelajaran, pengajar ditempatkan sebagai satu-satunya sumber informasi.
27 Bahan ajar ekspositori biasanya diberikan kepada pebelajar pada saat proses
permulaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut berisi deskripsi singkat isi pelajaran, topik dan jadwal pelajaran untuk setiap pertemuan, tugas-tugas yang diharapkan
diselesaikan oleh pebelajar, serta cara penilaian hasil belajar. Pada pembelajaran ekspositori cenderung proses belajar mengajar didominasi oleh dosen, mahasiswa
secara umum menunggu informasi maupun petunjuk dari dosen. Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa mahasiswa yang diajar
dengan menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya akan memperoleh hasil belajar PTK yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang diajarkan
dengan strategi pembelajaran ekspositori.
2. Perbandingan hasil belajar PTK mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah.
Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada dasarnya akan memiliki dorongan untuk lebih baik dari temannya, selalu ingin
tercipta iklim yang kompetitif, perlu ada umpan balik, dan berani menanggung resiko. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menyukai
tugas dan tanggung jawab pribadi dan hasilnya tidak untung-untungan atau kebetulan
Potensi atau daya yang dimiliki seorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berkembang sesuai dengan tingkat kesulitan tugas yang
dihadapinya. Hal ini menyebabkan rasa percaya diri semakin tinggi, mandiri dan siap untuk menerima resiko dari setiap tindakannya. Kondisi ini menyebabkan
28 mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi terdorong untuk selalu
memperoleh hasil belajar yang tinggi. Hal ini tentunya akan sangat mendukung untuk dapat menciptakan hal-hal baru dalam bidang PTK.
Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan menunggu informasi yang masuk melalui lingkungannya dan tidak memanfaatkan informasi
dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah merasakan kondisi yang mengandung resiko merupakan suatu
beban dan jika perlu dapat dihindarkan. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah kurang berani menanggung resiko dan cenderung kurang
mandiri dan percaya diri. Hal ini tentunya akan menyebabkan hasil belajar PTK rendah.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memperoleh hasil belajar PTK yang
lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
3. Interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap hasil belajar PTK.
Pembelajaran selalu mengupayakan munculnya karakteristik mahasiswa untuk lebih memudahkan pemerolehan pengetahuan. Melalui strategi
pembelajaran tutor sebaya mahasiswa akan lebih aktif dan dosen hanya berperan sebagai pembimbing. Mahasiswa akan mengupayakan potensi dan
kemampuannya berkembang dengan bimbingan dosen, sementara mahasiswa lain sebagai peserta akan merasakan lebih mudah untuk memperoleh informasi karena
29 telah terbangun sistem sosial melalui peran temannya sebagai tutor. Mahasiswa
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mengupayakan selalu terlibat dalam proses pembelajaran dan munculnya ide-ide baru untuk melengkapi
penjelasan yang diberikan oleh tutor. Dalam pembelajaran ekspositori mahasiswa disajikan dengan fakta,
konsep-konsep sampai dengan pemberian latihan-latihan, ciri-ciri pembelajaran ini sangat cocok bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
karena mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah perlu didorong dikondisikan agar lebih mudah menguasai materi mata pelajaran PTK. Pada
pembelajaran ini mahasiswa dibimbing untuk konsep dan prinsip sampai pada aplikasi. Dalam hal ini peran dosen adalah memberikan bimbingan membuat
pertanyaan yang mengarah pada generalisasi dengan demikian dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah pembelajaran ekspositori sangat cocok
digunakan untuk memperoleh hasil yang baik pada mata pelajaran PTK. Melalui uraian di atas dapat mengidentifikasikan bahwa penerapan strategi
pembelajaran tutor sebaya akan mampu untuk mewadahi setiap aktivitas mahasiswa yang kreatif, berani menanggung resiko dan perlu adanya umpan balik
dari setiap pekerjaannya.. Sedangkan untuk mahasiswa yang kurang memiliki motivasi berprestasi berprestasi yang tinggi hanya tergantung kepada peran dan
pengarahan dosen di kelas, dalam arti mahasiswa ini lebih cenderung menyenangi strategi pembelajaran langsung ekspositori.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap hasil belajar PTK
dari mahasiswa PGSD FIP Unimed.