PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD FIP UNIMED.

(1)

Bidang Ilmu: Pendidikan

LAPORAN PENELITIAN

DOSEN SESUAI KDBK

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI

BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENELITIAN

TINDAKAN KELAS (PTK) MAHASISWA PROGRAM STUDI

PGSD FIP UNIMED

Dra. Eva Betty Simanjuntak, M.Pd Drs.. Ramli Sitorus, M.Ed.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORA ... ~ HASIL PENELITIAN KDBK

JudulPenelitian : Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Penelitian Tindakan Ke1as (PTK) Mahasiswa Program Studi PGSD FIP Unimed

Bidangllmu Ketua Peneliti

: Pendidikan

a Nama Lengkap b.Nrp/NIK. c.NIDN

d. Pangkat/Golongan e. Jabatan Fungsional

f. Fakultas/Jurusan g. Pusat Penelitian

h. Alamat Institusi i. TelpotlJFaks/E-mail Jumlah Tim Peneliti Do sen

Mahasiswa Lama Penelitian Pelaksanaan Biawa Penelitian Dana DIP A Unimed Sumber Lain (hila ada)

: Dra. Eva Betty Simanjuntak, M.Pd : 196110261987032001

: 0026106107 : IV/a

: Lektor Kepala : FIP/PGSD

: Fakultas Ilmu Pendidikan

: fl. Willi em Iskandar Psr. V Medan Estate

: 061-6636757 /evabetty simanjuntak@yahoo.co.id : 2 (Dua) Orang

: 2 (Dua) Orang : 3 (Tiga) Orang : 3 (Tiga) Bulan

: Agustus s/d Oktober 2012 : Rp.

: Rp. 10.000.000,: Rp.

-Medan, Oktober 2012 Ketua Peneliti

(Dra.

Ev~~ak,

M.Pd)

NIP.196110261987032001 Mengetahui:

Ketua Jurusan PGSD

---(Drs. Khairul Anwar M.Pd) NIP.l95807091985011001 enyetuji:


(3)

(4)

(5)

i DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

RINGKASAN HASIL PENELITIAN (ABSTRAK) ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I.PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Hakikat Hasil Belajar PTK ... 7

B. Hakikat Strategi Pembelajaran ... 8

C. Hakikat Motivasi Berprestasi ... 21

D. Kerangka Berpikir. ... 25

E. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 30

C. Metode dan Rancangan Penelitian ... 31

D. Pengontrolan Perlakuan... 32

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

F. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 33

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 36

H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 37

I. Teknik Analisis ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Deskripsi Data ... 39


(6)

ii

C. Pengujian Hipotesis ... 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 72

A. Simpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Hasil belajar PTK mahaMahasiswa PGSD FIP Unimed ... 2 Tabel 2.1. Kelebihan dan Kelemahan Tutor Sebaya ... 13 Tabel 2.2 Langkah-langkah Strategi pembelajaran dengan Tutor

Sebaya. ... 15 Tabel 2.3 Tahap-tahap pembelajaran Ekspositori. ... 18 Tabel 2.4 Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran

eksposiori. ... 19 Tabel 2.5 Perbedaan antara Strategi Tutor sebaya dengan Ekspositori 20 Tabel 3.1. Rancangan Penelitian anava ... 31 Tabel 4.1. Ringkasan Deskripsi Hasil Penelitian ... 40 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian

Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar

Menggunakan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya ... 41 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian

Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar

Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 42 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Skor Hasil belajar Penelitian

Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang memiliki

Motivasi Berprestasi Tinggi ... 43 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian

Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang memiliki

Motivasi Berprestasi Rendah ... 45 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian

Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Tutor Sebaya dengan

Motivasi Berprestasi Tinggi ... 46 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian

Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Ekspositori dengan


(8)

iv

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Tutor Sebaya dengan

Motivasi Berprestasi Rendah ... 49

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Ekspositori dengan Motivasi Berprestasi Rendah ... 51

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Subjek A1 dan A2 ... 53

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Subjek B1 dan B2 ... 53

Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Subjek A1B1 dan A2B2 ... 54

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Perhitungan Varian Strategi Pembelajaran. 55 Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Perhitungan Varian Motivasi Berprestasi... 56

Tabel 4.15. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians StrategiPembelajaran Tutor Sebaya dan StrategiPembelajaran Ekspositori pada masing-masing Kelompok Motivasi Berprestasi ... 57

Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Data Penelitian ... 58

Tabel 4.15. Ringkasan Hasil Perhitungan ANAVA Faktorial 2 x 2 ... 59

Tabel 4.16. Ringkasan Hasil Uji Lanjut dengan Uji Scheffe ... 62


(9)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan

StrategiPembelajaran Tutor Sebaya ... 41 Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan

StrategiPembelajaran Ekspositori ... 43 Gambar 4.3. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa Motivasi Berprestasi Tinggi ... 44 Gambar 4.4. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa Motivasi Berprestasi Rendah ... 45 Gambar 4.5. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Tutor Sebaya dengan Motivasi

Berprestasi Tinggi ... 47 Gambar 4.6. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Ekspositori dengan Motivasi

Berprestasi Tinggi ... 48 Gambar 4.7. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Tutor Sebaya dengan Motivasi

Berprestasi Rendah ... 50 Gambar 4.8. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas

Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan StrategiPembelajaran Ekspositori dengan Motivasi

Berprestasi Rendah ... 51 Gambar 4.9. Interaksi Antara StrategiPembelajaran dan Motivasi

Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Penelitian Tindakan


(10)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tes Hasil Belajar PTK ...

2. Angket Motivasi Berprestasi ... 3. Data Hasil Belajar Kedua Kelas Perlakuan ...


(11)

2 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumberdaya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan yang dicapai. Pentingnya pendidikan tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan GBHN yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian program pendidikan memiliki andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi dan kesejahteraan suatu bangsa.

Pembangunan dibidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar, selain itu perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, kualitas dosen, dan penyempurnaan kurikulum. Namun demikian, dunia pendidikan di Indonesia masih berada dalam potret yang buram dan masih tertinggal dari negara-negara tetangga.

Oleh karena itu upaya meningkatkan kualitas manusia melalui pendidikan terus dilakukan oleh lembaga pemerintah dan masyarakat (stakeholder) yang peduli pendidikan dalam arti luas, seperti penelitian dan pengembangan, pelatihan dan pendidikan/kualifikasi dosen serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun pendidikan non formal. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, program-program sekolah diarahkan pada tujuan jangka panjang pembelajaran yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa/mahasiswa, agar ketika mereka sudah meninggalkan bangku sekolah, mereka akan mampu mengembangkan diri sendiri dan mampu memecahkan masalah yang muncul. Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan aspek proses belajar mengajar merupakan komponen yang mutlak untuk ditelusuri, karena salah satu upaya


(12)

3

meningkatkan kualitas mutu lulusan lembaga pendidikan adalah melalui meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Wardiman (1996:2), masih banyak guru/dosen yang belum menguasai proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne (1977:120), ada tiga fungsi yang dapat diperankan guru dalam mengajar yakni sebagai perancang, pengelola, dan sebagai evaluator pendidikan. Suyanto (2002:23) juga menambahkan bahwa kemampuan guru-guru dalam memahami fungsi kurikulum, prinsip-prinsip PBM, masih kurang.

Telah diupayakan pendekatan-pendekatan agar tercapai tujuan pengajaran yang sesuai dengan kurikulum. Namun kenyataan yang dialami masih terdapat hambatan dan kekurangan-kekurangan, hal ini termasuk juga yang dialami peneliti dalam mengampu mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan mata kuliah pokok, melalui penguasaan mata kuliah ini diharapkan pada mahasiswa memiliki kompetensi, (1) menjelaskan hakikat PTK secara komprehensif, (2) menjelaskan langkah-langkah PTK, (3) menyusun rencana penelitian dan membuat proposal PTK, (4) melaksanakan PTK dalam upaya perbaikan pembelajaran, (5) menganalisis dan menginterpretasikan hasil analisis data serta menindaklanjuti hasil PTK, dan (6) menyusun dan mendiseminasikan laporan hasil PTK. Mata kuliah ini menuntut penguasan mahasiswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor dengan mengaitkannya dengan penguasaan awal yang telah diterimanya pada mata kuliah sebelumnya (misalnya mata kuliah Evaluasi Pembelajaran). Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan tim dosen mata kuliah PTK PGSD hasil belajar mahasiswa cenderung kurang memuaskan. Hal ini didasarkan hasil belajar mahasiswa tiga tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil belajar PTK mahasiswa PGSD FIP Unimed. Tahun

Ajaran A % B %% Nilai C % E % Jlh

2008/2009

26 20 25 19,84 45 35,71

- 30 23,80 126

2009/2010 30 23,25 34 26,35 43 33,33 22 17 129

2010/2011 23 18,1 32 24,80 49 37,98 23 18,11 127


(13)

4

*) Sumber: Data Dokumentasi Program Studi PGSD FIP Unimed Tahun 2009. Hasil belajar ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran masih rendah. Karena kecenderungan nilai berada pada nilai C.Tentunya kondisi ini perlu untuk diatasi mengingat mata kuliah ini merupakan mata kuliah bidang studi yang tentunya sangat dibutuhkan sebagai bekal mahasiswa pada penulisan karya ilmiah dan skripsi. Pada kenyataannya selama ini dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, dosen cenderung mendominasi kegiatan mengajar melalui penerapan metode ceramah. Hal ini menyebabkan kreativitas dan kebebasan mahasiswa untuk menemukan makna dari pembelajaran sulit untuk diperoleh, dosen selalu sebagai sumber pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan tidak mendorong potensi mahasiswa, yang menyebabkan kelas tidak produktif. Demikian hal dengan pembelajaran PTK, sebagai mata kuliah wajib yang seyogianya diajarkan dengan metode yang berorientasi kepada pembelajaran bermakna seperti, Tutor Sebaya, konstruktivisme, pemecahan masalah, metode proyek, dan kontekstual. Namun kenyataannya dosen hanya menggunakan metode ceramah. Memperhatikan kondisi seperti ini dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran PTK dirasakan perlu untuk mengubah suasana belajar melalui strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata kuliah PTK yaitu perlu latihan yang banyak, kerjasama, dan kontinuitas yang tinggi.

Strategi tutor sebaya merupakan upaya untuk mengatasi kecenderungan peran dosen yang sangat dominan dalam proses belajar mengajar sehingga mengurangi peran dosen dan meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Disamping strategi pembelajaran, karakteristik mahasiswa juga merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan hasil belajar PTK. Degeng (1989) yang mengemukakan bahwa, apabila karakteristik mahasiswa dilibatkan dalam penentuan teknik pembelajaran, maka karakteristik siswalah yang lebih berperan unuk menentukan strategi pembelajaran mana yang sebaiknya digunakan dalam kegiatan belajar, untuk itu identifikasi karakteristik mahasiswa merupakan faktor yang amat penting dan mutlak dilakukan. Hal ini didukung oleh Regeiluth dalam Hamid (2009:52-53), yang memperkenalkan 4 (empat) variabel pembelajaran yaitu: (1) kondisi pembelajaran, (2) bidang studi, (3) strategi


(14)

5

pembelajaran, dan (4) hasil pembelajaran. Selanjutnya ditambahkan karakteristik pebelajaran seperti, bakat, motivasi, dan hasil belajar yang dimilikinya adalah variabel dari kondisi pembelajaran. Salah satu implikasi karakteristik mahasiswa terhadap strategi pembelajaran adalah upaya pengkategorian strategi pembelajaran yang sebaiknya digunakan dalam kegiatan belajar sehingga benar-benar dapat memudahkan mahasiswa belajar. Dalam penelitian ini karakteristik mahasiswa yang dirasakan dapat mempengaruhi hasil belajar PTK adalah motivasi berprestasi mahasiswa.

Sehubungan dengan masalah di atas, maka dalam penelitian ini, upaya untuk meningkatkan hasil belajar PTK mahasiswa diusulkan dengan menyajikan strategi pembelajaran tutor sebaya dan ekspositori, sedangkan yang berhubungan dengan karakteristik mahasiswa melibatkan motivasi berprestasi mahasiswa. Strategi tutor sebaya dirasakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar yang materi kuliahnya cenderung pada pemerolehan keterampilan seperti materi pada mata pelajaran PTK dimana mahasiswa dihadapkan pada suatu masalah. Selanjutnya kemampuan mahasiswa dilatih untuk meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. (Uno, 2009:14).

Memperhatikan begitu menariknya upaya untuk meningkatkan hasil belajar PTK, faktor motivasi berprestasi mahasiswa dapat dirasakan sebagai salah satu faktor yang dapat memberikan kontribusi. Hal ini berdasarkan pendapat Mc Clelland dalam Uno (2009:47), menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil dalam bisnis dan industry adalah orang yang berhasil menyelesaikan sesuatu. Dalam pembelajaran PTK di kelas mahasiswa dikondisikan untuk bertanggung jawab secara pribadi atas pekerjaannya, mampu menentukan sasaran-sasaran yang pantas dengan resikonya, dan keinginan untuk mendapatkan umpan balik yang jelas dari hasil kerjanya.

Pembelajaran selalu mengupayakan munculnya karakteristik mahasiswa untuk lebih memudahkan pemerolehan pengetahuan. Melalui strategi pembelajaran yang efektif dirasakan akan dapat mewadahi faktor karakteristik mahasiswa yang dalam hal ini motivasi berprestasi mahasiswa. Dosen sebaiknya hanya berperan sebagai pembimbing, sementara mahasiswa akan mengupayakan potensi, ide-ide, gagasan dan kemampuannya berkembang. Mahasiswa akan


(15)

6

merasakan lebih mudah untuk memperoleh informasi karena telah terbangun sistem sosial melalui peran mereka dalam proses pembelajaran. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mengupayakan selalu terlibat dalam proses pembelajaran sebagai dorongan untuk berprestasi dalam pekerjaannya.

Berdasarkan uraian di atas perlu menerapkan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas mahasiswa, yaitu strategi pembelajaran tutor sebaya dan karakteristik mahasiswa dalam hal ini motivasi berprestasi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar kelompok mahasiswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya memperoleh hasil belajar PTK.lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori?

2. Apakah kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh hasil belajar PTK lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar PTK?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar PTK kelompok mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tutor sebaya dengan kelompok mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori.

2. Mengetahui perbedaan hasil belajar PTK antara kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.


(16)

7

3. Mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar PTK.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi dosen, pengelola, ,pengembang, lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya, yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang hasil penerapan strategi pembelajaran tutor sebaya dan motivasi berpretasi dan pengaruhnya terhadap hasil belajar PTK. Selain itu diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dosen PTK sebagai strategi pembelajaran alternatif dalam menyampaikan materi PTK dan juga memberikan gambaran bagi dosen tentang efektifitas dan efisiensi aplikasi strategi pembelajaran tutor sebaya berdasarkan karakteristik motivasi berprestasi mahasiswa pada pembelajaran PTK mahasiswa PGSD FIP Unimed.


(17)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Hasil Belajar PTK

Menurut Skinner dalam Dahar (1991) menyebutkan belajar adalah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon yang dapat dilihat sebagai suatu perilaku, dimana pada saat seseorang belajar makna responnya akan lebih baik dan sebaliknya pada saat seseorang tidak belajar, maka responnya akan menurun. Selanjutnya menurut Skinner dalam Dahar (1991), mengemukakan belajar akan ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Kesempatan terjadinya peristiwa- peristiwa belajar, (2) Respon orang yang belajar; (3) Konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik konsekuensi sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.

Winkel (2002) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai serta sikap. Maksudnya dalam belajar manusia melakukan kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama menuju kepada perkembangan pribadi manusia seutuhnya. Selanjutnya Gagne (1977:11) menyatakan “belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Morgan (1978) dalam Sagala (2007:13) menyatakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan itu pengalaman”. Sejalan dengan itu Fontana dalam Trianto. (2009:8) meyatakan “belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan menurut Winkel (2002:53) “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”.Dari uraian tentang pengertian belajar di atas dapat dikemukakan bahwa melalui belajar manusia menjalani perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan.


(18)

9

Hasil belajar adalah merupakan cerminan keberhasilan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar pada setiap mata pelajaran yang diikutinya. Untuk mencapai keberhasilan tentunya mahasiswa harus belajar, jadi belajar itu sendiri dapat dikatakan suatu usaha yang menghasilkan perubahan baik dalam pernyataan maupun keterampilan. Dengan belajar mahasiswa akan mengalami perubahan dalam berpikir, bertindak dan berbuat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi.

Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar PTK adalah kemampuan yang dimiliki mahasiswa berupa pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh setelah mahasiswa selesai mengikuti proses pembelajaran, yang dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yaitu memiliki kompetensi dalam, (1) menjelaskan hakikat PTK secara komprehensif, (2) menjelaskan langkah-langkah PTK, (3) menyusun rencana penelitian dan membuat proposal PTK, (4) melaksanakan PTK dalam upaya perbaikan pembelajaran, (5) menganalisis dan menginterpretasikan hasil analisis data serta menindaklanjuti hasil PTK, dan (6) menyusun dan mendiseminasikan laporan hasil PTK.

B. Hakikat Strategi Pembelajaran

Kata strategi biasanya dikenal dalam dunia militer. Pengertian strategi dalam dunia militer berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu perlawanan terhadap musuh (peperangan). Seorang komandan regu yang akan berperang, sebelum melakukan penyerangan ia harus mengukur/ menilai kekuatan pasukannya dengan cara mengumpulkan informasi dan mengukur/menilai tentang kekuatan lawan secara lisan dan tulisan serta berdasarkan pengalaman, kemudian menyusun siasat perang dengan taktik dan teknik peperangan dan juga menentukan waktu yang tepat untuk melakukan


(19)

10

penyerangan. Jadi sebelum berperang sudah dilakukan pertimbangan dan perencanaan sebaik mungkin supaya memenangkan perang atas lawan.

Seorang dosen/dosen sebelum proses mengajar belajar berlangsung di dalam kelas, sebaiknya dosen tersebut harus mempertimbangkan antara lain kemampuan mahasiswa yang hendak diberi pembelajaran, apa materi yang akan diajarkan (penentuan pokok bahasan), apa tujuan pembelajaran secara umum dan tujuan khusus yang akan dicapai, bagaimana materi tersebut akan disampaikan pada mahasiswa, memilih strategi pembelajaran sesuai dengan materi, memilih media pengajaran (pemilihan alat bantu mengajar belajar) dan melakukan penilaian (evaluasi). Dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran merupakan pendekatan dosen dalam memakai atau menggunakan informasi, pemilihan sumber-sumber belajar, dan menetapkan peranan mahasiswa dalam proses pembelajaran (Gerlach, 1980 ). Dick dan Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada mahasiswa.

Suparman, (2007) juga mengemukakan bahwa strategi pembelajaran berkenaan dengan strategi pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh pembelajar secara efektif dan efisien. Sehingga pembelajaran mengandung empat pengertian sebagai berikut: urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan isi pelajaran kepada pembelajar, metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajaran agar terjadi proses belajar secara efektif dan


(20)

11

efisien; media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan pengajar dan pebelajar dalam kegiatan pembelajaran; dan waktu, yang digunakan oleh pengajar dan pembelajar dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya Romizoski (1981) mengatakan bahwa strategi pembelajaran berfungsi sebagai cara menyajikan isi pelajaran kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana diharapakan.

Kemp (1994) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh dosen dan mahasiswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efiisen. Suparman (1997) medeskripsikan bahwa strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan mahasiswa, peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

Dick and Carey ( 1985) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah satu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan dipergunakan bersama-sama materi tersebut untuk menimbulkan hasil belajar bagi mahasiswa. Djamarah dan Zein (2002) mendefinisikan bahwa metode adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kemudian Miarso (2004) menandaskan bahwa strategi ataupun metode pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh pembelajaran dalam satu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan


(21)

12

kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum. Trianto (2009) berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan daya upaya dosen dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna. Dalam hal ini dosen tentunya dituntut harus memiliki kemampuan mengatur atau menata secara umum yaitu komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran yang dimaksud.

Walaupun materi pelajaran telah disusun dengan baik, media pembelajaran atau alat bantu mengajar belajar telah tersedia akan tetapi bila strategi pembelajaran yang dipilih tidak sesuai maka tujuan belajarpun tidak mencapai yang optimal.

Bertitik tolak dari defenisi yang diuraikan di atas, maka dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran adalah taktik, teknik, metode, prosedur pembelajaran atau alat/ cara yang digunakan dosen dalam proses belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

1. Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya

Strategi tutor sebaya merupakan suatu strategi pembelajaran untuk memperbaiki pengetahuan dan pemahaman mahasiswa melalui komunikasi antara teman sebaya. Dalam struktur tutor sebaya ditempatkan seorang mahasiswa sebagai tutor, yaitu mereka yang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding dengan mahasiswa lainnya sebagai sumber informasi, pengetahuan, dan pemahaman. Tutor tersebut boleh berasal dari teman satu kelas dan boleh juga yang berasal dari tutor lintas usia yang berbeda kelas Crowl, dkk, dalam Manurung (2004:46).


(22)

13

Tutor sebaya memungkinkan proses pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil. Oleh sebab itu para tutor dapat bekerja secara seksama dan tepat guna mengatasi kekurangan/ kelemahan yang ada pada para peserta. Perlu diingat bahwa dalam proses ini dosen tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Namun demikian, dosen perlu mempersiapkan tutor dan aktif memonitor pelaksanaannya. Mempersiapkan seorang tutor, merupakan hal yang penting guna menunjang keberhasilan strategi pembelajaran tersebut.

Dalam kondisi-kondisi tertentu, tutor sebaya lebih efektif dari pada dosen atau tutor yag lebih tua bila mana dalam pembelajaran langsung diperlukan; perbendaharaan kata yang sederhana (cukup); para peserta mengemukakan kesulitan yang mereka hadapi untuk kemudian dapat diperbaiki saat pembelajaran belangsung. Tutor sebaya juga dapat lebih efektif bila dirancang dalam tujuan tugas, waktu, materi, prosedur yang jelas dan mahasiswa yang akan menjadi tutor dilatih dengan baik.

Tutor adalah seorang mahasiswa yang telah memperoleh ketuntasan belajar dalam tujuan pembelajaran dari mata pelajaran tertentu, sehingga dimungkinkan dapat mengkomunikasikannya kepada mahasiswa lain. Dalam tutor sebaya, tutor sebagai pemimpin sekaligus yang bertanggungjawab terhadap inisiatif diskusi, membangkitkan partisipasi, menjaga diskusi tetap pada jalurnya, penginterprestasian atau pengklarifikasian bila diperlukan, dan membawa diskusi menuju konklusi yang tepat McBeath (1992).

Belajar bersama dengan teknik Tutor Sebaya memberi dampak positif yang luas antara lain: (1) Mengembangkan sikap dan persahabatan yang lebih besar; (2) Sebagai jalan keluar bagi mahasiswa yang mempunyai hambatan secara


(23)

14

akademik; (3) Meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri dalam prestasi akademik; (4) Perolehan dukungan yang lebih dari teman sekelas; (5) Memanfaatkan waktu yang lebih banyak dalam tugas-tugas akademik; (6) kerja sama, altruisme. Berliner and Calfee (1996:848).

Tutor Sebaya mempunyai beberapa kelemahan. Para Tutor Sebaya mungkin merasa kurang enak apabila belajar dari tutor yang tidak lain adalah temannya sendiri. Hal ini juga merupakan suatu risiko bila mana tutor memberikan keterangan yang salah dan menyalahgunakan peranannya dengan membuat para peserta menjadi tidak puas. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya kesesuaian dan pemahaman para tutor terhadap kepribadian dan perhatian para peserta. Di samping itu juga diperlukan monitoring dari pihak dosen terhadap aktivias mereka secara cermat.

Selanjutnya kelebihan dan kelemahan Tutor Sebaya dapat dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kelemahan Tutor Sebaya

No Kelebihan Kelemahan

1. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang dibantu dengan tutor yang membantu.

Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik, belum tentu mempunyai hubungan baik dengan sesama mahasiswa. 2. Bersifat efisien, artinya bisa lebih

banyak dibantu. Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu dapat menyampaikan materi dengan baik.

3. Dapat meningkatkan rasa

kebersamaan dan kepercayaan diri Siswa sebagai peserta tutor sebaya mungkin merasa kurang enak apabila belajar dari tutor yang tidak lain adalah temannya sendiri.

Sumber: Berliner and Calfee (1996 :848).

Dapat disimpulkan bahwa melalui tutor sebaya dapat diperoleh beberapa manfaat penting seperti mengembangkan hubungan sosial antara mahasiswa, menghilangkan otoritas dosen, mengurangi hambatan belajar dan kesenjangan


(24)

15

prestasi akademik khususnya bagi mahasiswa yang prestasi akademiknya rendah. Mungkin kehadiran dosen saat belajar secara regular didalam kelas dapat menimbulkan ketegangan atau rasa tertekan bagi mahasiswa tertentu misalnya mahasiswa yang prestasi belajarnya rendah. Dalam tutor sebaya mereka diharapkan bebas dari ketegangan dan tekanan, namun tetap dalam situasi terkontrol. Kontrol terhadap jalannya tutor sebaya dapat dilakukan dengan teknik : (a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan berupa pertanyaan faktual, pertanyaan penilaian, dan pertanyaan yang mengacu pada interprestasi, (b) Pemeriksaan atau penggalian berupa pertanyaan tindak lanjut, pertanyaan pengulangan, (c) Mendorong dan mengarahkan peserta sehingga mengajak mereka untuk menemukan informasi yang diharapkan, (d) Memancing berpikir ketingkat yang lebih tinggi yakni dengan mengajukan pertanyaan “apa maksud kamu” atau “apa alasan kamu”.

Strategi pembelajaran tutor sebaya juga menjadikan rasa kebersamaan mahasiswa semakin meningkat yang akhirnya terciptanya kerjasama dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan. Teori yang mendasari strategi tutor sebaya adalah teori pembelajaran sosial Vygotsky.

Vigotsky dalam Trianto (2009), berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan mahasiswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi – fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulasi, faktor sosial sangat penting artinya perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan Trianto (2009:56).


(25)

16

Teori sosial Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas – tugas yang belum dipelajari, namun tugas- tugas tersbut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan Strategi Tutor Sebaya adalah suatu prosedur pembelajaran yang lebih berorientasi pada penyampaian informasi, pengetahuan dan pengalaman melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh seseorang (tutor) terhadap kelompok pendengar (peserta). Langkah-langkah penerapan strategi tutor sebaya dapat diuraikan seperti pada Tabel 2.2, berikut: Tabel. 2.2. Langkah-langkah Strategi pembelajaran dengan Tutor Sebaya.

Fase Tingkah Laku Dosen Tingkah laku Mahasiswa

Fase I

Persiapan Dosen memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai materi yang akan disampaikan tutor, sebelum kegiatan dilakukan.

Mahasiswa membentuk kelompok kerja sesuai petunjuk turor.

Fase 2

Penyajian Dosen mengawasi kegiatan yang dilakukan tutor. Mahasiswa mengerjakan job-sheet aktif sesuai petunjuk tutor. Fase 3

Menghubungkan Dosen bimbingan untuk kelompok memberikan yang sulit menyelesaikan tugasnya.

Mahasiswa melakukan kegiatan berdasarkan

pengetahuan yang

dimilikinya menjadi sebuah pengetahuan yang terstruktur untuk menyelesaikan masalah. Fase 4

Menyimpulkan Dosen mendampingi tutor dalam tahap penyelesaian job-sheet.

Mahasiswa mengumpulan hasil kerja kepada tutor. Fase 5

Evaluasi Dosen menerima hasil belajar untuk mengetahui kedalaman

materi yang telah

Mahasiswa menerima umpan balik dari tutor dari benda kerja yang


(26)

17

disampaikan. diselesaikannya.

Sumber: Davies. Ivor, K. (1981:306). 2. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Sanjaya (2009) strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang dosen kepada sekelompok mahasiswa dengan maksud agar mahasiswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Selanjutnya Killen dalam Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa pada dasarnya strategi pembelajaran ekspositori (expository learning) ini dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), karena dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh dosen. Mahasiswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Strategi pembelajaran ekspositori menekankan kepada proses bertutur, materi pelajaran sengaja diberikan secara langsung. Peran mahasiswa dalam teknik ini adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan dosen. Strategi pembelajaran ekspositori sangat dipengaruhi aliran behavioristik yang lebih menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia mempunyai keterkaitan antara stimulus dan respon yang harus dimplementasikan oleh peran dosen sebagai pemberi stimulus.

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori : (1) Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan secara verbal , artinya bertutur secara lisan menggunakan metode ceramah., (2) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data, fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut mahasiswa untuk berfikir ulang, (3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir mahasiswa diharapkan


(27)

18

dapat memahaminya dengan benar dan dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

Dari pembahasan di atas dapat dikatakan strategi pembelajaran ekspositori merupakan prosedur dari pembelajaran yang berorientasi pada dosen (teacher centered aproach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi pembelajaran ini dosen memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini dosen menyampaikan materi pembelajaran secara tersruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai mahasiswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik mahasiswa. Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain : (1) Berorientasi pada tujuan , (2) Proses pembelajaran menggunakan prinsip komunikasi, (3) Prinsip kesiapan dan (4) Prinsip berkelanjutan. Selanjutnya Sanjaya (2009) menyatakan bahwa ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penerapan strategi pembelajaran ekspositori, yaitu : (1) Persiapan (preparation), (2) Penyajian (presentation), (3) Menghubungkan (correlation), (4) Menyimpulkan (generalization) dan (5) Penerapan (aplication).

Langkah-langkah penerapan strategi ekspositori tersebut dapat diuraikan sebagai pada Tabel 2.3, berikut:


(28)

19

Fase Tingkah Laku Dosen Tingkah Mahasiswa laku

Fase I

Persiapan Dosen semangat dan membangkitkan motivasi berprestasi mahasiswa melalui kegiatan apersepsi.

Mahasiswa terlibat

aktif untuk

memberikan respon. Fase 2

Penyajian Dosen menyampaikan materi pelajaran kepada mahasiswa baik dengan gaya dan teknik-teknik agar mahasiswa mudah memperoleh informasi..

Mahasiswa aktif menyimak penjelasan dosen.

Fase 3

Menghubungkan Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan bekerja sama dalam kelompok agar terjadi perubahan yang efisien.

Mahasiswa mengupayakan keterkaitan

pengetahuan yang dimilikinya untuk memperbaiki struktur

makna yang

dimilikinya. Fase 4

Menyimpulkan Dosen mengulang kembali inti materi dan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.

Mahasiswa aktif memberikan

jawaban. Fase 5

Evaluasi Dosen mengevaluasi hasil belajar untuk mengetahui kedalaman materi yang telah disampaikan.

Mahasiswa

menyelesaikan tes yang diberikan mahasiswa.

Sumber: Sanjaya (2009:43).

Dalam penerapannya strategi pembelajaran manapun mempunyai keunggulan dan kelemahan, dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan bahwa strategi pembelajaran ekspositori mempunyai keunggulan dan kelemahan pada Tabel 2.4, sebagai berikut :

Tabel.2.4, Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran eksposiori

Keunggulan Kelemahan

1. Dosen dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran sehingga dosen mengetahui sejauhmana mahasiswa

1. Kurang tepat jika digunakan pada mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan mendengar dan menyimak


(29)

20

menguasai bahan pelajaran yang

disampaikan. secara baik.

2. Sangat efektif apabila materi pelajaran cukup luas, sementara waktu yang tersedia terbatas.

2. Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu seperti kemampuan, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar.

3. Selain menerima pelajaran secara kuliah (penuturan) juga dapat melihat atau mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi.

3. Sulit mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk bersosialisasi, hubungan interpersonal serta kemampuan berpikir kritis.

4. Dapat digunakan untuk jumlah mahasiswa dan ukuran kelas dalam jumlah yang besar.

4. Keberhasilan tergantung kepada kemampuan dosen dalam hal persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri semangat, antusiasme, motivasi, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan mengelola kelas

Teori yang melandasi pembelajaran ekspositori antara lain adalah teori behavioristik yang merupakan aliran psikologi tingkah laku, teori ini menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan strategi hubungan stimulus- responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata Budiningsih, (2005:27).

Teori berikutnya adalah teori koneksionisme (connectionism) dari Thorndike yang menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antar stimulus dan respon, Trianto (2009:40). Menurut teori ini perlu dikembangkan hukum - hukum belajar agar hubungan stimulus dan respon berlangsung secara efektif, yaitu (1) hukum kesiapan (Law of readiness), menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon mahasiswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasaan, (2) hukum


(30)

21

latihan (Law of xercises), menurut hukum ini prinsip utama hukum ini jika suatu tindakan atau perilaku menghasilkan perubahan yang memuaskan, maka terdapat kemungkinan tindakan tersebut akan diulangi lagi dalam situasi serupa dan akan semakin meningkat intensitasnya. Tetapi jika tindakan tersebut menghasilkan perubahan yang tidak memuaskan, maka tindakan tersebut kemungkinan tidak diulangi lagi.

Selanjutnya teori yang melandasi strategi pembelajaran ekspositori adalah teori pengkondisian klasikal (classical conditioning) dari Pavlov, yang mengemukakan konsep pembiasaan. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, agar mahasiswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan strategi pembelajaran ekspositori adalah proses pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah: persiapan, penyajian, menghubungkan, menyimpulkan, dan menerapkan informasi, fakta dan prinsip yang berkenaan dengan materi PTK pada kurikulum program studi PGSD FIP Unimed.

Tabel 2.5. Perbedaan antara Strategi Tutor sebaya dengan Ekspositori

Tutor Sebaya Ekspositori

1. Dosen mempersiapkan materi dan tutor yang mengorganisasikan kegiatan belajar.

2. Proses pembahasan materi berpusat pada mahasiswa yang diangkat sebagai tutor.

3. Proses pembelajaran berlangsung terkontrol dengan adanya tutor sebagai pemimpin.

4. Tanya jawab berlangsung terarah dengan peranan tutor.

5. Rangsangan belajar lebih mengarah pada motivasi yang dibangkitkan oleh tutor.

6. Pencapaian tujuan dapat lebih

1. Mahasiswa menerima informasi secara pasif.

2. Mahasiswa menunggu anjuran dosen untuk mengusai pengetahuan dan keterampilan.

3. Persaingan antara sesama mahasiswa menjadi media memotivasi mahasiswa.

4. Pembelajaran bersifat abstrak dan bersifat teoritis.

5. Mahasiswa pasif dan menimbulkan mahasiswa belajar tidak bergairah.


(31)

22

cepat karena kegiatan terarah.

7. Tutor adalah mahasiswa dengan penguasaan yang lebih baik.

seluruh aspek proses pembelajaran.

7. Dosen banyak menggunakan variasi dalam teknik pembelajaran.

C. Hakikat Motivasi Berprestasi

Hasibuan (2007: 56), mengatakan bahwa motivasi berasal dari bahasa Latin, movere berarti dorongan atau daya penggerak yang diberikan kepada manusia khususnya kepada bawahan atau pengikut. Purwanto (2007) mengatakan bahwa pengertian motif dan motivasi sukar dibedakan. Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak melakukan sesuatu karena ada tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah pendorong yang merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Hasibuan (2007:58) mengatakan bahwa “motif” dapat diartikan sebagai driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan berbuat dengan tujuan tertentu.

Secara umum menurut Husaini (2006), motivasi merupakan kondisi psikologis yang bertumpu pada seluruh proses gerakan yang mendorong dan yang timbul dari dalam diri individu. Dorongan ditimbulkan oleh situasi kondisi dan tujuan akhir dari gerakan serta perbuatan. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkah laku yang termotivasi adalah tingkah laku yang dilatar belakangi oleh adanya suatu kebutuhan dan tujuan. Tingkah laku dikatakan tercapai apabila kebutuhan terpenuhi.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan, Maslow dalam Siagian, (2005: 287 ) mengatakan bahwa manusia memiliki lima tingkat atau hirarkhi kebutuhan yakni, (1) kebutuhan fisiologis, seperti sandang, pangan, (2) kebutuhan keamanan baik


(32)

23

fisik, mental maupun intelektual, (3) kebutuhan sosial seperti berkerabat, cinta dan kasih sayang, (4) kebutuhan prestise yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status seperti percaya diri, harga diri, (5) kebutuhan aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Morgan dalam Nasution (2002:78-80) menyatakan bahwa manusia hidup itu memiliki berbagai kebutuhan yang terdiri dari (1) kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya, (2) kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, misalnya mahasiswa rajin belajar demi orang yang disukainya apabila diberikan motivasi, (3) kebutuhan untuk mencapai hasil, suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik kalau disertai dengan “pujian”. Pujian adalah dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat, pujian juga merupakan “reinforcement” (penguatan), dan (4) kebutuhan untuk mengatasi kesulitan seperti lapar, haus, rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan, serta cinta dan kasih, rasa diterima dalam masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok) kemudian kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yaitu mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil.

McCelland dalam Hasibuan (2007:220) mengatakan bahwa pola motivasi sebagai berikut: (1) Achievement motivation adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan , untuk kemajuan dan pertumbuhan, (2) Affiliation motivation adalah dorongan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan orang lain, (3) Competence motivation adalah dorongan untuk berprestasi


(33)

24

baik dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi, dan (4) Powermotivation adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi

Kemudian Luthans (2005) menyatakan bahwa proses muculnya motivasi dimulai dengan kebutuhan fisik atau psikologis yang mengaktifkan perilaku atau dorongan yang ditujukan kepada sasaran. Kebutuhan fisik atau psikologis merupakan dasar dari motivasi. Jadi untuk memahami proses motivasi adalah terletak pada arti dari hubungan antara kebutuhan dan sasaran yang diinginkan.

Selanjutnya Pidarta (2007), mengatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan motivasi adalah ; (1) minat dan kebutuhan individu. Bila minat dan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial mahasiswa-mahasiswa dipenuhi, maka Motivasi Berprestasi akan muncul; (2) persepsi kesulitan akan tugas-tugas. Bila mahasiswa-mahasiswa memandang kesulitan pelajaran itu tidak terlalu sulit, melainkan cukup menantang, maka motivasi berprestasi mereka pun akan muncul. Dosen perlu mengoreksi materi pelajaran sebelum mengajar agar kesulitan-kesulitan tidak menguras pikiran mahasiswa-mahasiswa; (3) harapan sukses. Harapan ini mucul karena mahasiswa itu sering sukses. Supaya mahasiswa-mahasiswa yang kurang pintar punya kesempatan untuk sukses, sebaiknya materi pelajaran dibuat bertingkat dan strategi evaluasi bersifat individual. Melalui cara ini semua mahasiswa dalam kelas mempunyai motivasi yang positif untuk belajar.

Motivasi berprestasi itu terdiri dari: (1) motivasi belajar ekstrinsik, merupakan kegiatan belajar yang dilakukan berdasarkan adanya dorongan dari luar diri sendiri oleh seseorang dan adanya kebutuhan serta dorongan yang baik


(34)

25

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Motivasi belajar ekstrinsik selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, biar pun orang lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi tersebut, (2) motivasi belajar intrinsik, yakni kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan kepada penghayatan kebutuhan mahasiswa yang berdaya upaya melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhannya, dimana kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat serta tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli selain belajar (Winkel, 2002).

Dengan demikian motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga orang mau melakukan sesuatu dan motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehinggga tercapai tujuan yang dikehendaki.

Penelitian ini lebih menekankan pada konsep motivasi yang mengacu pada keinginan subjek dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Konsep motivasi tersebut sangat terkait dengan motivasi yang bersifat permanen dalam diri seseorang. Indikator yang dipakai untuk menjelaskan tingkat motivasi berprestasi ini adalah dengan menggunakan indikator motivasi berprestasi yang dikembangkan oleh Robinson yang dikutip oleh Hambali (2004) yaitu : harapan untuk sukses, kekhawatiran akan gagal, kompetisi dan bekerja keras. Dengan demikian dapat disimpulkan motivasi berprestasi adalah keinginan bekerja keras dalam belajar,


(35)

26

kekhawatiran akan gagal dalam belajar, harapan untuk selalu sukses, kesiapan untuk berkompetensi dalam mendapatkan prestasi yang lebih baik.

D. Kerangka Berpikir.

1. Perbandingan hasil belajar PTK mahasiswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya dan ekspositori.

Hasil belajar merupakan cerminan dari pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanipulasi strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang menarik dan mengupayakan keterlibatan mahasiswa merupakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Salah satu strategi pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran dengan tutor sebaya.

Strategi tutor sebaya merupakan salah satu bentuk belajar mahasiswa yang lebih berorientasi pada penyampaian informasi, pengetahuan dan pengalaman. Dalam kegiatan tutor sebaya terjadi interaksi melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh seorang (tutor) terhadap kelompok pendengar (peserta). Aktivitas penyampaian pada strategi pembelajaan tutor sebaya terpusat pada tutor. Namun para peserta tetap diharapkan terlibat secara aktif khususnya dalam mengemukakan pertanyaan tentang masalah yang belum mereka ketahui, informaasi yang belum jelas dan atau komentar-komentar yang bersifat konstruktif.

Pada strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang biasa digunakan oleh pengajar di kelas-kelas tradisional. Dalam kegiatan pembelajaran, pengajar ditempatkan sebagai satu-satunya sumber informasi.


(36)

27

Bahan ajar ekspositori biasanya diberikan kepada pebelajar pada saat proses permulaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut berisi deskripsi singkat isi pelajaran, topik dan jadwal pelajaran untuk setiap pertemuan, tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan oleh pebelajar, serta cara penilaian hasil belajar. Pada pembelajaran ekspositori cenderung proses belajar mengajar didominasi oleh dosen, mahasiswa secara umum menunggu informasi maupun petunjuk dari dosen.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa mahasiswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya akan memperoleh hasil belajar PTK yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori.

2. Perbandingan hasil belajar PTK mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada dasarnya akan memiliki dorongan untuk lebih baik dari temannya, selalu ingin tercipta iklim yang kompetitif, perlu ada umpan balik, dan berani menanggung resiko. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menyukai tugas dan tanggung jawab pribadi dan hasilnya tidak untung-untungan atau kebetulan

Potensi atau daya yang dimiliki seorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berkembang sesuai dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapinya. Hal ini menyebabkan rasa percaya diri semakin tinggi, mandiri dan siap untuk menerima resiko dari setiap tindakannya. Kondisi ini menyebabkan


(37)

28

mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi terdorong untuk selalu memperoleh hasil belajar yang tinggi. Hal ini tentunya akan sangat mendukung untuk dapat menciptakan hal-hal baru dalam bidang PTK.

Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan menunggu informasi yang masuk melalui lingkungannya dan tidak memanfaatkan informasi dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah merasakan kondisi yang mengandung resiko merupakan suatu beban dan jika perlu dapat dihindarkan. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah kurang berani menanggung resiko dan cenderung kurang mandiri dan percaya diri. Hal ini tentunya akan menyebabkan hasil belajar PTK rendah.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memperoleh hasil belajar PTK yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

3. Interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap hasil belajar PTK.

Pembelajaran selalu mengupayakan munculnya karakteristik mahasiswa untuk lebih memudahkan pemerolehan pengetahuan. Melalui strategi pembelajaran tutor sebaya mahasiswa akan lebih aktif dan dosen hanya berperan sebagai pembimbing. Mahasiswa akan mengupayakan potensi dan kemampuannya berkembang dengan bimbingan dosen, sementara mahasiswa lain sebagai peserta akan merasakan lebih mudah untuk memperoleh informasi karena


(38)

29

telah terbangun sistem sosial melalui peran temannya sebagai tutor. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mengupayakan selalu terlibat dalam proses pembelajaran dan munculnya ide-ide baru untuk melengkapi penjelasan yang diberikan oleh tutor.

Dalam pembelajaran ekspositori mahasiswa disajikan dengan fakta, konsep-konsep sampai dengan pemberian latihan-latihan, ciri-ciri pembelajaran ini sangat cocok bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah karena mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah perlu didorong dikondisikan agar lebih mudah menguasai materi mata pelajaran PTK. Pada pembelajaran ini mahasiswa dibimbing untuk konsep dan prinsip sampai pada aplikasi. Dalam hal ini peran dosen adalah memberikan bimbingan membuat pertanyaan yang mengarah pada generalisasi dengan demikian dengan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah pembelajaran ekspositori sangat cocok digunakan untuk memperoleh hasil yang baik pada mata pelajaran PTK.

Melalui uraian di atas dapat mengidentifikasikan bahwa penerapan strategi pembelajaran tutor sebaya akan mampu untuk mewadahi setiap aktivitas mahasiswa yang kreatif, berani menanggung resiko dan perlu adanya umpan balik dari setiap pekerjaannya.. Sedangkan untuk mahasiswa yang kurang memiliki motivasi berprestasi berprestasi yang tinggi hanya tergantung kepada peran dan pengarahan dosen di kelas, dalam arti mahasiswa ini lebih cenderung menyenangi strategi pembelajaran langsung (ekspositori).

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi mahasiswa terhadap hasil belajar PTK dari mahasiswa PGSD FIP Unimed.


(39)

30 E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, selanjutnya dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Kelompok mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran tutor sebaya memperoleh hasil belajar PTK yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran ekspositori.

2. Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleh hasil belajar PTK lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

3. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar PTK dari mahasiswa program studi PGSD FIP Unimed.


(40)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PGSD FIP Unimed. Pelaksanaannya dilakukan pada semester ganjil t.a 2012/2013. Waktu penelitian selama tiga bulan, yaitu bulan Agustus 2012 sampai dengan Oktober 2012. Perlakuan penelitian ini berlangsung selama 6 kali pertemuan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1-PGSD yang menerima mata kuliah PTK. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling, selanjutnya dengan menggunakan teknik tersebut akan ditentukan 2 (dua) kelas yang menjadi sampel penelitian, yaitu kelas yang menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya dan kelas yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.

Pengambilan subjek penelitian ini dilakukan berdasarkan tingkat motivasi berprestasi yang dimiliki mahasiswa pada setiap kelas. Dari tiap kelas sampel masing-masing diambil berdasarkan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Motivasi berprestasi mahasiswa diurutkan dari tingkat yang rendah ke tingkat


(41)

32

tinggi berdasarkan hasil perhitungan jumlah butir angket yang diisi oleh sampel dan diadakan sebelum perlakuan penelitian dimulai.

Hasil pengukuran dijadikan pedoman dalam pengelompokan subjek penelitian, oleh karena itu angket motivasi berprestasi diberikan pada saat sebelum perlakuan eksperimen.

Selanjutnya setiap kelas ditetapkan 33% sebagai kelompok atas (mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan 33%sebagai kelompok bawah (mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah). (Arikunto, 2002).

C. Metode dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu (Quase Experiment) dengan rancangan penelitian sebagai dasar pelaksanaan penelitian adalah untuk membedakan pengaruh strategi pembelajaran tutor sebaya dan ekspositori terhadap hasil belajar PTK ditinjau dari motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah yang kelas perlakuan telah terbentuk sebelumnya, sehingga rancangan penelitian adalah dengan rancangan faktorial 2 x 2.

Kelompok penelitian dibedakan atas empat kelompok berdasarkan variabel bebas dan variabel moderator yang ada, dengan demikian secara sederhana rancangan tabel data penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.1, sebagai berikut.

Tabel 3.1,Rancangan Penelitian

Variabel Strategi Pembelajaran

Tutor Sebaya (TS) Ekspositori (E)

Motivasi Berprestasi

Tinggi P1 P3


(42)

33 Keterangan:

P1 = Hasil belajar kelompok mahasiswa yang diberikan strategi pembelajaran tutor sebaya dan memiliki motivasi berprestasi tinggi. P2 = Hasil belajar kelompok mahasiswa yang diberikan strategi

pembelajaran tutor sebaya dan motivasi berprestasi rendah.

P3 = Hasil belajar kelompok mahasiswa yang diberikan strategi pembelajaran Ekspositori dan memiliki motivasi berprestasi tinggi. P4 = Hasil belajar kelompok mahasiswa yang diberikan strategi

pembelajaran Ekspositori dan memiliki motivasi berprestasi rendah. D. Pengontrolan Perlakuan

Untuk mendapatkan suatu keyakinan bahwa rancangan penelitian yang digunakan tersebut cukup baik dalam rangka menguji hipotesis penelitian, dan hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan kepada populasi penelitian maka diperlukan pengontrolan terhadap validitas internal dan validitas eksternal rancangan Ary, Jacobs, & Razavieh yang dikutip Furchan, (1982).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini dilibatkan variabel bebas, yakni strategi pembelajaran yang terdiri dari strategi pembelajaran tutor sebaya dan strategi pembelajaran ekspositori. Motivasi berprestasi dibedakan antara tinggi dan rendah yang digunakan sebagai variabel kontrol. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar PTK berupa hasil penilaian kompetensi berdasarkan standar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi.

Hasil Belajar PTK, adalah gambaran atas kemampuan kerja mahasiswa untuk mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan dalam kompetensi: (1) menjelaskan hakikat PTK secara komprehensif, (2) menjelaskan langkah-langkah PTK, (3) menyusun rencana


(43)

34

penelitian dan membuat proposal PTK, (4) melaksanakan PTK dalam upaya perbaikan pembelajaran, (5) menganalisis dan menginterpretasikan hasil analisis data serta menindaklanjuti hasil PTK, dan (6) menyusun dan mendesiminasikan laporan hasil PTK. Hasil belajar ini diukur berdasarkan tes objektif, dan lembar rubrik yang diperoleh pada tes akhir sesudah perlakuan penelitian dilaksanakan.

Strategi pembelajaran tutor sebaya adalah proses pembelajaran yang menekankan kepada peran seorang mahasiswa untuk memberikan informasi, pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa yang lain. Tutor sebagai pelaksana pembelajaran adalah mahasiswa teman sekelas yang memiliki penguasaan materi lebih baik dibandingkan temannya.

Strategi pembelajaran ekspositori adalah proses pembelajaran melalui pembentukan pemahaman akan konsep/prinsip, pengujian konsep/prinsip melalui langkah-langkah:persiapan, penyajian, menghubungkan, menyimpulkan, dan mengaplikasikan.

Motivasi berprestasi adalah keinginan bekerja keras dalam belajar, kekhawatiran akan gagal dalam belajar, harapan untuk selalu sukses, kesiapan untuk berkompetensi dalam mendapatkan prestasi yang lebih baik. Motivasi berprestasi ini terdiri dari (1) motivasi berprestasi tinggi, dan (2) motivasi berprestasi rendah.

F. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan

1. Prosedur perlakuan.

a. Menetapkan subjek penelitian yakni semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah PTK


(44)

35

b. Membagi mahasiswa menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya dan strategi pembelajaran Ekspositori.

c. Mengadakan pre-tes pada aspek kognitif materi PTK.

d. Membagi kelompok mahasiswa berdasarkan motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah.

e. Kondisi lingkungan belajar diupayakan sama.

f. Materi pembelajaran PTK disajikan oleh dua orang dosen untuk dua kelas. g. Perlakuan ini diupayakan sebanyak enam kali pertemuan termasuk pre-tes

dan post tes.

h. Setelah selesai semua topik (6 kali pertemuan) kemudian dilakukan tes hasil belajar.

2. Pelaksanaan Perlakuan

a. Pelaksanaan perlakuan pada strategi pembelajaran tutor sebaya

 Melaksanakan pre-tes, bertujuan mendapatkan gambaran tentang tingkat kemampuan/penguasaan mahasiswa tentang materi pembelajaran.

 Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, dan selanjutnya memberikan Lembar Kerja Mahasiswa.

 Mahasiswa yang dipilih sebagai tutor berperan aktif untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, sebagai dasar bagi mahasiswa untuk memecahkan masalah.

 Dosen memberikan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajaran kepada mahasiswa yang menjai tutor.


(45)

36

 Tutor memberikan umpan balik lisan dan tulisan, sekaligus membuat komentar pada hasil kerja mahasiswa. Mahasiswa memperbaiki pekerjaannya sesuai dengan petunjuk tutor.

 Dosen mengadakan tes akhir, untuk mendapatkan data tentang gambaran peningkatan hasil belajar mahasiswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.

b.Pelaksanaan perlakuan pada strategi pembelajaran ekspositori:

 Melaksanakan pre-tes, bertujuan mendapatkan gambaran tentang tingkat kemampuan/penguasaan mahasiswa tentang materi pembelajaran.

 Dosen memberikan contoh, dan mengkondisikan agar mahasiswa aktif mengikuti proses pembelajaran.

 Dosen memberikan latihan untuk dikerjakan mahasiswa.

 Mahasiswa diberikan umpan balik melalui penjelasan lisan dan tulisan.

 Mahasiswa diarahkan untuk memperbaiki hasil latihan, untuk hasil yang lebih baik.

 Mengadakan tes akhir, untuk mendapatkan data tentang gambaran peningkatan hasil belajar mahasiswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan perlakuan tidak dibedakan antara kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Pengelompokan hanya diberikan pada waktu analisis data, demikian juga dengan mahasiswa yang tidak terpilih menjadi sampel tetap mendapat perlakuan yang sama dengan


(46)

37

sampel, namun tidak dianalisis. Perlakuan diberikan sebanyak enam kali pertemuan ditambah dua kali tes yaitu tes awal dan tes akhir.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis teknik pengumpulan data, yaitu (1) tes untuk menjaring data hasil belajar PTK, dan (2) angket untuk menjaring motivasi berprestasi mahasiswa. Dengan demikian ada dua jenis instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes hasil belajar PTK, dan instrumen angket motivasi berprestasi.

2. Instrumen Tes Hasil Belajar PTK

Instrumen ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan berganda (multiple choice) dengan (4) empat option jawaban. Dimana jika jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah maka diberi nilai 0. Disamping itu juga digunakan penilaian dengan rubrik untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam membuat proposal, dengan bobot nilai yang disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Angket Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi diukur melalui angket berdasarkan skala interval dengan mengacu pada skala interval dan setiap pernyataan yang disusun dan ditentukan dengan lima option jawaban dimana setiap option jawaban diberi skor sebagai berikut:


(47)

38

Untuk pernyataan positif Untuk pernyataan negatif Sangat Setuju = 5 Sangat Setuju = 1

Setuju = 4 Setuju = 2

Kurang Setuju = 3 Kurang Setuju = 3

Tidak Setuju = 2 Tidak Setuju = 4 Sangat Tidak Setuju = 1 Sangat Tidak Setuju = 5

Hasil pengukuran dijadikan pedoman dalam pengelompokan subjek penelitian, oleh karena itu angket motivasi berprestasi diberikan pada saat sebelum perlakuan eksperimen.

H. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian yang sesungguhnya dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah disusun sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Tujuan dari pelaksanaan uji coba adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya di ukur (validitas) dan seberapa jauh alat ukur tersebut andal (reliabel) dan dapat dipercaya Ary Jacobs dan Razavich dalam Furchan,(1982).

Penelitian ini menggunakan tes kognitif untuk mengukur hasil belajar mahasiswa. Untuk menghitung validitas butir tes PTK digunakan rumus Point Biserial (Arikunto, 2002). Berdasarkan hasil validitas tes hasil belajar yang dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan rumus KR.20. Selanjutnya dihitung indeks kesukaran soal, dan indeks diskriminasi daya beda butir soal. Untuk menghitung validitas butir angket Motivasi Berprestasi menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson (Sudjana, 2002). Sedangkan untuk mengukur reliabilitas angket digunakan rumus Alfha Croonbach.


(48)

39 I. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data pada penelitian ini adalah teknik deskriptif dan inferensial. Teknik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian seperti; rata-rata hitung, simpangan baku, median, modus, distribusi frekuensi. Sedangkan teknik inferensial yang digunakan menguji hipotesis penelitian adalah teknik analisis varians (ANAVA) dua jalur. Dalam hal ini penggunaan analisis varians, setelah lebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji Lilieofors (Lo < Lt) pada taraf signifikan

5%, dengan ketentuan jika ternyata Lo < Lt maka data yang diuji berdistribusi secara normal. Selanjutnya untuk uji homogenitas varians dilakukan dengan uji Fisher (F) dan dilanjutkan dengan menggunakan uji Barlett (2

h < 2t ) pada taraf

signifikan 5%. Dengan ketentuan jika ternyata 2

h < 2t maka data dinyatakan

homogen (Sujana,2005).


(49)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang telah dikumpulkan melalui penelitian ditabulasi sesuai denan keperluan analisis data yang tercantum dalam rancangan penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan gambaran umum mengenai penyebaran atau distribusi data. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan rancangan analisis faktroial 2x2. Berdasarkan rancangan analisis, maka data yang akan disajikan adalah (1) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Tutor Sebaya, (2) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Ekspositori, (3) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi, (4) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah, (5) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran Tutor Sebaya, (6) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran Ekspositori, (7) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran Tutor Sebaya, dan (8) hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran Ekspositori. Distribusi masing-masing kelompok disajikan sebagai berikut.


(50)

41 Tabel 4.1 Ringkasan Deskripsi Hasil Penelitian

Statistik

Pembelajaran

Tutor Sebaya Pembelajaran Ekspositori Jumlah

MBT

N 10 11 21

ΣX 344 350 694

ΣX2 11868 11158 23026

M 34.4 31.82 33.05

S2 3.8 2.2 4.55

MBR

N 10 11 21

ΣX 281 319 600

ΣX2 7935 9265 17200

M 28.1 29.0 28.57

S2 4.3 1.4 2.9

Jumlah

N 20 22 42

ΣX 625 669 1294

ΣX2 19803 20423 40226

M 31.25 30.41


(51)

42

1. Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya.

Dari data yang diperoleh dan hasil perhitungan statistik diketahui bahwa hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas yang diajar dengan strategi pembelajaran Tutor Sebaya skor terendah adalah 25, skor tertinggi 31, rerata

 

x = 31,25, varians (s2) = 14,3, modus = 32,2, dan median = 35,5 (perhitungan pada lampiran

14 ). Distribusi frekuensi hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas yang diajar dengan strategi pembelajaran Tutor Sebaya, divisualisasikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya

Kelas Interval f xi

25-27 3 15.0%

28-30 5 25.0%

31-33 6 30.0%

34-36 4 20.0%

37-39 2 10.0%

Jumlah 20 100.0%

Dari Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Tutor Sebaya terdapat 40% berada di bawah rerata, 30% berada pada rerata serta 30% berada di atas rerata. Distribusi frekuensi hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas pada tabel 4.1, divisualisasikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:


(52)

43

Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya

2. Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori.

Dari data yang diperoleh dan hasil perhitungan statistik diketahui bahwa hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas yang diajar dengan strategi pembelajaran Ekspositori skor terendah adalah 26, skor tertinggi 34, rerata

 

x = 30,41, varians (s2) = 8,5 modus = 31,5, dan median = 34,19 (perhitungan pada lampiran 14 ).

Distribusi frekuensi hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas yang diajar dengan strategi pembelajaran Tutor Sebaya, divisualisasikan pada Tabel 4.2 sebagai berikut

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Skor 24,5 27,5 30,5 33,5 36,5 39,5


(53)

44

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Kelas Interval f xi

26-27 1 4.5%

28-29 6 27.3%

30-31 8 36.4%

32-33 5 22.7%

34-35 2 9.1%

Jumlah 22 100.0%

Dari Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang diajar dengan strategi pembelajaran Ekspositori terdapat 31,8% berada di bawah rerata, 36,4% berada pada rerata serta 31,8% berada di atas rerata. Distribusi frekuensi hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas pada tabel 4.2, divisualisasikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.2. Histogram Hasil Belajar Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Diajar Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Skor 25,5 27,5 29,5 31,5 33,5 35,5


(54)

45

3. Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi

Dari data yang diperoleh dan hasil perhitungan statistik diketahui bahwa hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi skor terendah adalah 30, skor tertinggi 37, rerata

 

x = 33,0, varians (s2) = 4,548, modus = 33,5, dan median = 35,5 (perhitungan pada

lampiran 14). Distribusi frekuensi hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi, divisualisasikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas Kelompok Mahasiswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi

Kelas Interval f xi

30-31 5 23.8%

32-33 8 38.1%

34-35 5 23.8%

36-37 3 14.3%

Jumlah 21 100.0%

Dari Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas mahasiswa yang yang memiliki Motivasi Berprestasi Tingggi terdapat 23,8% berada di bawah rerata, 38,1% berada pada rerata serta 38,1% berada di atas rerata. Distribusi frekuensi hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas pada tabel 4.3, divisualisasikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:


(1)

46

Rerata kuadrat dalam kelompok (rerata error) diperoleh dari hasil perhitungan analisis varians dua jalur yaitu MSw = 2,867, banyaknya kelompok

(K) = 4, dan N= 42. Maka harga (df) = (K-1, N-4; 4-1 = 3, 42-4 = 38) df = 3,38 yaitu Ftabel = F(0,05)(3,38) = 2,55.

1. Uji Scheffe’ untuk kelompok A1B1 dengan A2B1

161 , 12 447 , 0 656 , 6 11 1 10 1 867 , 2 82 , 31 4 , 34 1 1 2 2                      j i W j i n n MS X X F

2. Uji Scheffe’ untuk kelompok A1B2 dengan A2B2

2,561                      447 , 0 0 , 1 11 1 10 1 867 , 2 0 , 29 1 , 28 1 1 2 2 j i W j i n n MS X X F

3. Uji Scheffe’ untuk kelompok A1B1 dengan A1B2

                   10 1 10 1 867 , 2 1 , 28 4 , 34 1 1 2 2 j i W j i n n MS X X F 69,218   573 , 0 69 , 39


(2)

47

13,517                      547 , 0 398 , 7 11 1 11 1 867 , 2 0 , 29 82 , 31 1 1 2 2 j i W j i n n MS X X F

5. Scheffe’ untuk kelompok A1B1 dengan A2B2

276 , 53 447 , 0 16 , 29 11 1 10 1 67 , 8 , 2 0 , 29 4 , 34 1 1 2 2                  j i W j i n n MS X X F

6. Scheffe’ untuk kelompok A2B1 dengan A1B2

283 , 25 447 , 0 838 , 13 10 1 11 1 687 , 2 1 , 28 82 , 31 1 1 2 2                  j i W j i n n MS X X F

Tabel. Ringkasan Perhitungan Uji Scheffe’ No. Mahasiswa Yang Kelompok

Dibandingkan

Q HITUNG

Q TABEL

STATUS α =0,05 α=0,01

A1B1- A2B1 12,161 2,55 4,34 Signifikan A1B2- A2B2 2,561 2,55 4,34 Signifikan A1B1- A1B2 69,218 2,55 4,34 Signifikan A2B1- A2B2 13,517 2,55 4,34 Signifikan A1B1- A2B2 53,276 2,55 4,34 Signifikan A2B1- A1B2 25,283 2,55 4,34 Signifikan Keterangan :


(3)

48

A1B1 = Kelompok mahasiswa dengan Strategi pembelajaran tutor sebaya yang mempunyai Motivasi Berprestasi tinggi.

A1B2 = Kelompok mahasiswa dengan Strategi pembelajaran tutor sebaya yang mempunyai Motivasi Berprestasi rendah.

A2B1 = Kelompok mahasiswa dengan Strategi pembelajaran ekspositori yang mempunyai Motivasi Berprestasi Belajar tinggi.

A2B2 = Kelompok mahasiswa dengan Strategi pembelajaran ekspositori yang mempunyai Motivasi Berprestasi rendah.


(4)

49

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Mahasiswa Program Studi Pgsd Fip Unimed

Bidang Ilmu : Pendidikan Ketua Peneliti

a.Nama Lengkap : Dra. Eva Betty Simanjuntak, M.Pd b.NIP/NIK : 196110261987032001

c.NIDN : 0026106107

d.Pangkat/Golongan : IV/a

e.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala f. Fakultas/Jurusan : FIP/PGSD

g.Pusat Penelitian : Fakultas Ilmu Pendidikan

h.Alamat Institusi : Jl.Williem Iskandar Psr. V Medan Estate

i. Telpon/Faks/E-mail : 061-6636757/evabetty simanjuntak@yahoo.co.id Biaya yang diusulkan : Rp.10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah).

Medan, Oktober 2012

Mengetahui: Ketua Peneliti

Dekan Fakultas

(Drs. Nasrun, MS) (Dra. Eva Betty Simanjuntak, M.Pd) NIP. 195705141984031001 NIP. 196110261987032001

Menyetuji:

Ketua Lembaga Penelitian

(Prof. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D) NIP. 19600804 198601 1 001


(5)

..

·.

Lampiran 8

LEMBAR

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW

KARYA ILMIAH : HASIL PENELmAN

Judul Kegiatan

Penulis

Identitas Hasil Penelitian

Kategori Publi kasi Ilmiah

: Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Mahasiswa Program Studi PGSD FIP·UNIMED.

: Ora. Eva Betty Simanjuntak, M.Pd a Dibiayai Oleh

b Edisi (Bulan/Tahun) c Penerbit

d Jumlah halaman

Universitas Negeri Medan 27 April 2012

PGSD UNIMED 84 Halaman

(Beri Tanda

v

pada kategori yang tepat) :

D

Hasil Penelitian Internasional

Hasil Penilaian Peer Review

Komponen yang dinilai

a. Kelengkapan Unsur isi

( 10%)

b. Ruang Lingkup dan kedalaman pembahasan

(30%)

c. Kecukupan dan Kemutahiran data/Informasi dan metodoloqi ( 30%)

d. Kelengkapan unsur dan kualitaspenerbit (30%)

Total

=

( lOOO/o)

D

Hasil Penelitian Nasional

EJ

Hasil Penelitian Lokal

Nilai Maksimal

Nilai akhir Internasional

Nasional Lokal yang

0

D

~

diperoleh

1-

)C\0

0,1

'\"cP

w

--

)C\0

,.,L,

\uO

v4 Q..~

---

')C \ 0

\eN

2--Y ¥:\0

2.ti

~

T'

~

ffrs. Khai rul Anwar, M.Pd NIP. 19580709 1985011 001 NIDN. 0009075808


(6)

·

-Lampiran 8 LEMBAR

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW

KARYA ILMIAH : HASIL PENELITIAN

Judul Kegiatan

Penulis

Identitas Hasil Penelitian

Kategori Publi kasi Ilmiah

: Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Mahasiswa Program Studi PGSD FIP-UNIMED.

: Ora. Eva Setty Simanjuntak, M.Pd a Dibiayai Oleh

b Ed!si (Bulan/Tahun) c Penerbit

d Jumlah halaman

Universitas Negeri Medan 27 April 2012

PGSD UNIMED 84 Halaman

(Beri Tanda

v

pada kategori yang tepat)

: 0

Hasil Penelitian Internasional

0

Hasil Penelitian Nasional Hasil Penilaian Peer Review

Komponen yang dinilai

a. Kelengkapan Unsur isi (10%)

b. Ruang Lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)

c. Kecukupan dan Kemutahlran data/Informasi dan metodologi ( 30% ) d. Kelengkapan unsur dan

kualitaspenerbit_(30%)

Total = (1000/o)

GZJ

Hasil Penelitian Lokal

lnternasional

0

Nilai Maksimal Nasional

0

I

Nilai akhir

Lokal yang

[2)

diperoleh

v

X<o o ,~

L(tV

~

---

\V\) Y:!O 2../y

'2.'-1

Z.t

'Lj

-cw

~co

')-.L.I

?CIC>

2,y

"'}o-V

I

lt<3

Medan,

Revieb

Ora . Herawati Bukit, M.Pd NIP. 19540818 197903 2 001 NIDN.0018085409

Unit Kerja : FIP UNIMED