commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap manusia yang dipengaruhi oleh seluruh aspek kehidupan
dan kepribadian seseorang. Dengan kedinamisannya, pendidikan selalu menuntut adanya perubahan-perubahan dan perbaikan secara terus-menerus.
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan output atau lulusan yang memiliki kemampuan dasar yang dapat menjadi pelopor
dalam pemahaman. Matematika adalah salah satu pelajaran mendasar yang diajarkan di
sekolah. Matematika sebagai ilmu yang bersifat deduktif, dalam hal ini sebagai ilmu eksakta, untuk mempelajarinya tidak cukup hanya dengan
hafalan dan membaca, tetapi memerlukan pemikiran dan pemahaman. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan Ignacio 2006: 16, “Learning mathematics
has become a necessity for an individual’s full development in today’s complex society”. Belajar matematika sudah menjadi kebutuhan bagi
kemajuan seseorang di masyarakat kita yang kompleks sekarang ini. Sudah sejak dulu rendahnya prestasi belajar matematika siswa
menjadi salah satu kekhawatiran di banyak negara termasuk Indonesia.
commit to user 2
Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah. Menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science
Study TIMMS tahun 2007 matematika Indonesia berada di peringkat 36 dari 48 negara data UNESCO. Sementara berdasarkan hasil Programme for
International Student Assesment PISA 2006, kualitas pembelajaran Indonesia berada pada peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang matematika
www.sampoerna foundation.org. Menurut data yang diperoleh dari UPTD Pendidikan Kecamatan
Grobogan, hasil ujian nasional SD Negeri se kecamatan Grobogan pada tahun ajaran 20072008 dan 20082009 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
Matematika berada pada posisi ketiga setelah Bahasa Indonesia dan IPA. Pada tahun ajaran 20072008 nilai rata-rata Bahasa Indonesia sebesar 7,25,
IPA sebesar 6,91 dan Matematika sebesar 6,11. Pada tahun ajaran 20082009 nilai rata-rata Bahasa Indonesia sebesar 7,15, IPA sebesar 6,87 dan
Matematika sebesar 5,91. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam matematika dibandingkan dengan pelajaran
lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar
matematika siswa adalah ketakutan siswa terhadap matematika. Murat Peker 2008 mengatakan bahwa: “Students’ low success level in mathematics has
been a worry for a long time in many countries. There are a lot of factors affecting success in mathematics. One of these factors is students’
mathematical anxiety, in other words, their mathematical fear”. Sudah sejak
commit to user 3
dulu rendahnya prestasi belajar matematika siswa menjadi salah satu kekhawatiran di banyak negara. Banyak faktor yang mempengaruhi
kesuksesan belajar matematika. Salah satu dari faktor tersebut adalah ketakutan pada matematika.
Guru juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam prestasi belajar siswa. Kualifikasi pendidikan guru, kemampuan guru
dalam mengajar sangatlah penting. Pemilihan pendekatan pembelajaran dalam pembelajaran matematika oleh guru juga sangat menentukan
keberhasilan proses pembelajaran. Pada dasarnya pendekatan pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa mengerti dan memahami secara optimal
dalam suatu pembelajaran. Banyak guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas yang lalu,
memberikan pelajaran baru, dan memberikan tugas lagi kepada siswa. Pembelajaran tersebut dapat dikategorikan sebagai hal yang membosankan,
membahayakan dan merusak minat siswa. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif akan menjadi titik
awal keberhasilan pembelajaran yang muaranya akan meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya matematika. Di era baru terdapat berbagai
pendekatan pembelajaran di mana akan menempatkan kegiatan pembelajaran sebagai sesuatu yang identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak
cukup dengan mendengar dan melihat, tetapi harus dengan hands-on, minds- on, konstruktivistik, dan daily life kontekstual.
commit to user 4
Dari banyak pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini diantaranya adalah dengan CTL Contextual Teaching and Learning dan
Problem Posing. CTL adalah pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan process of
doing mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri student inventing
sebagai kebalikan dari teacher telling dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun
kelompok. Sedangkan Problem Posing adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika dimana siswa diminta untuk merumuskan,
membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situsi yang disediakan. Situasi dapat berupa gambar, cerita, atau informasi lain yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Poincare 1948 dalam Silver 1997 mengemukakan,
Mathematicians may solve problems that have been posed for them by others or may work on problems that have been identified as
important problem in the literature, but it is more common for them to formulate their own problems, based on their personal
experience and interest.
Dalam matematika, siswa biasanya memecahkan soal-soal yang
diberikan oleh guru atau yang sudah terdapat di dalam buku. Akan tetapi siswa akan lebih memahami suatu materi apabila mereka memformulasikan
soal sendiri berdasarkan pengalaman mereka. Selain dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, keaktifan siswa
selama proses pembelajaran juga perlu mendapat sorotan. Sistem kurikulum
commit to user 5
sekarang ini menuntut siswa aktif baik rohani maupun jasmani. Jadi dalam belajar matematika agar bermakna tidak cukup hanya dengan mendengar dan
melihat tetapi harus melakukan aktivitas membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi.
Dengan pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa diharapkan dapat mempengaruhi cara berfikir siswa sehingga berujung pada peningkatan
prestasi belajarnya. Salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika yang
dipelajari siswa SD kelas V adalah operasi hitung bilangan bulat. Pada pokok bahasan ini siswa akan belajar tentang membaca dan menulis bilangan bulat,
menjumlah dan mengurang, mengali dan membagi dan pengerjaan hitung campuran. Kesulitan yang dialami siswa dalam pokok bahasan ini biasanya
adalah mereka sukar mengerjakan operasi bilangan yang menyertakan bilangan negatif, baik pada penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun
pembagian karena biasanya guru mengajarkan materi ini dengan memberikan rumus-rumus sebagai patokan dalam mengerjakan operasi-operasi bilangan
sementara siswa tidak memahami maknanya. Kesulitan lain yang dialami siswa adalah mereka cenderung menghafal rumus dan contoh soal, sehingga
apabila diberi soal yang berbeda dengan contoh soal, mereka akan merasa kesulitan. Maka diperlukan pendekatan yang tepat agar siswa lebih mudah
mempelajari pokok bahasan ini.
commit to user 6
B. Identifikasi Masalah