commit to user 18
Dalam pembelajaran secara umum Granstrom mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berbeda berpengaruh pada hasil
belajar siswa. Suasana pembelajaran dimana siswa diperkenankan dan didorong untuk bekerjasama dengan teman sekelas dan guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih mengerti dan lebih berhasil. Dari berbagai uraian tersebut dapat dipastikan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan hal yang sangat penting yang harus dikuasai oleh seorang guru untuk membuat pembelajaran matematika menjadi lebih
efektif. Ketika memilih suatu pendekatan yang sesuai, guru harus memperhatikan tingkat perkembangan psikologis dan kemampuan siswa
sehingga materi akan sampai pada siswa secara maksimal.
4. Contextual Teaching and Learning CTL
Konsorsium Pusat Washington untuk pembelajaran kontekstual The State Consortium for CTL, yaitu sebuah proyek yang dibiayai
Departemen Pendidikan Amerika Serikat untuk meningkatkan perhatian pada pengajaran kontekstual dalam program persiapan guru-guru,
mendefinisikan pembelajaran kontekstual sebagai pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa sekolah dari tingkat pra-sekolah sampai
menengah atas mendapat penguatan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademiknya dalam berbagai macam situasi
di sekolah maupun diluar sekolah agar mampu memecahkan masalah di kelas maupun di dunia nyata Tatag Yuli, 2002.
commit to user 19
Belajar kontekstual akan terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang telah diajarkan yang berkaitan dengan masalah nyata
dengan peranan dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan pekerja. Pembelajaran kontekstual menekankan pada
tingkat berpikir yang tinggi, transfer pengetahuan yang lintas disiplin akademik, pengumpulan, analisis dan sintesis infomasi dan data dari
berbagai sumber dan sudut pandangan. Menurut John Dewey 1916 dalam Tatag Yuli 2002 Contextual
Teaching and Learning CTL adalah suatu teori pembelajaran berakar dari filosofi pendidikan yang menganjurkan suatu kurikulum dan metode
belajar yang mendasarkan pada pengalaman-pengalaman dan minat anak. Definisi operasional pembelajaran kontekstual berakar dari teori
progresivisme Dewey dan hasil-hasil temuan riset yang menunjukkan bahwa siswa akan belajar dengan baik, ketika apa yang dipelajarinya
dikaitkan dengan apa yang mereka ketahui dan ketika mereka secara aktif belajar sendiri.
Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan Lynch dalam Predmore 2005, “Ninety-four percent of students said that they learned a
lot more in CTL-aprroach classes than in other traditional courses in that same subject area”. Sembilan puluh empat persen siswa mengatakan
bahwa pada mata pelajaran yang sama, mereka belajar lebih banyak di kelas yang menerapkan pendekatan CTL daripada di kelas yang
menggunakan pendekatan tradisional. Lebih lanjut Predmore 2005
commit to user 20
mengungkapkan, “Some students learn best through CTL approaches and they really need more hands on real world experience”. Beberapa siswa
belajar sangat baik dengan pendekatan CTL dan mereka benar-benar membutuhkan lebih banyak belajar tentang pengalaman di dunia nyata.
Menurut Johnson 2002: 86 terdapat tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu :
a. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-tergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa
bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya.
b. CTL mencerminkan prinsip differensiasi. Differensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang siswa untuk saling
menghormati keunikan
masing-masing, untuk
menghormati perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerjasama, untuk
menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan
menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian
autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-
commit to user 21
kegiatan yang berpusat pada siswa yang membut hati mereka bernyanyi.
Sistem CTL mencakup delapan komponen berikut ini : a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.
b. Melakukan pekerjaan yang berarti. c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.
d. Bekerjasama. e. Berpikir kritis dan kreatif.
f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.
g. Mencapai standar tinggi. h. Menggunakan penilaian autentik.
Johnson, 2002: 86 Belajar secara kontekstual adalah belajar yang akan terjadi bila
dihubungkan dengan pengalaman nyata sehari-hari. Blanchard 2001 menjelaskan sebuah hasil penelitian kognitif yang menunjukkan bahwa
sekolah-sekolah yang pengajarannya dikelola secara tradisional tidak membantu siswa dalam menerapkan pemahamannya terhadap bagaimana
seseorang itu harus belajar dan bagaimana menerapkan sesuatu yang dipelajari pada situasi baru. Selain itu dijelaskan juga perbedaan
pembelajaran konvensional dan pembelajaran yang kontekstual sebagai berikut.
commit to user 22
Tabel 2.1 Perbedaan Pengajaran Konvensional dan Kontekstual
Pengajaran Konvensional Pengajaran Kontekstual
1. Mengandalkan pada hafalan 1. Mengandalkan pada berpikir
spasial 2. Mengfokuskan secara khusus
pada satu subjek materi pelajaran
2. Memadukan secara khusus materi-materi pelajaran yang
lain multiple subjects 3. Nilai-nilai informasi ditentukan
oleh guru 3. Nilai informasi didasarkan pada
kebutuhan siswa sendiri individual siswa
4. Memberikan kepada siswa semua informasi-informasi
yang ada, tanpa menghubungkan dengan
pengetahuan awalnya. 4. Menghubungkan dengan
pengetahuan awal
5. Penilaian dalam belajar hanya bersifat formal akademis,
seperti ujian 5. Penilaian autentik melalui
kegiatan-kegiatan aplikasi atau memecahkan masalah nyata.
Tatag Yuli, 2002: 66 Secara umum penerapan pembelajaran kontekstual melibatkan
bermacam langkah pembelajaran sebagai berikut. a. Pembelajaran aktif: Siswa diaktifkan untuk mengkonstruksikan
pengetahuan dan memecahkan masalah. b. Multi konteks: Pembelajaran dalam konteks yang ganda multi
konteks memberikan siswa pengalaman yang dapat digunakan untuk mempelajari dan mengidentifikasi ataupun memecahkan masalah
dalam konteks yang baru terjadi transfer.
commit to user 23
c. Kooperasi dan diskursus penjelasanceramah: Siswa belajar dari orang lain melalui kooperasi kerjasama, diskursus penjelasan-
penjelasan, kerja tim dan mandiri self reflection. d. Berhubungan
dengan dunia
nyata: Pembelajaran
yang menghubungkan dengan isu-isu kehidupan nyata melalui kegiatan
pengalaman di luar kelas dan simulasi. e. Pengetahuan prasyaratawal: Pengalaman awal siswa dan situasi
pengetahuan yang didapat mereka akan berarti atau bernilai dan nampak sebagai dasar dalam pembelajaran.
f. Ragam nilai: Pengajaran yang fleksibel menyesuaikan kebutuhan dan
tujuan-tujuan dari siswa-siswa yang berbeda. g. Kontribusi pada masyarakat: Suatu cara yang dapat meningkatkan
pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran atau akibat prosesnya harus diutamakan.
h. Penilaian autentik: Proses belajar siswa perlu dinilai dalam konteks ganda yang bermakna.
i. Pemecahan masalah: Berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam
memecahkan masalah
nyata harus
ditekankan dalam
hal kebermaknaan memorisasi dan pengulangan-pengulangannya.
j. Mengarahkan
sendiri self-direction:
Siswa ditantang
dan dimungkinkan
diperbolehkan membuat
pilihan-pilihan, mengembangkan alternatif-alternatif dan diarahkan sendiri, berbagi
commit to user 24
dengan guru. Dengan demikian mereka bertanggung jawab sendiri dalam belajarnya.
k. Melibatkan kerjasama: Melibatkan kerjasama antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa di kelas sangat membantumendukung
proses pembelajaran. Secara sederhana pembelajaran dengan pendekatan CTL
digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan tujuan, pokok-pokok materi pelajaran dan
melakukan apersepsi. b. Guru memberikan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil.
d. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan.
e. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
f. Guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap kejadian, aktivitas atau
pengetahuan yang baru diterima. g. Guru memberikan kesimpulan, penguatan dan tes kepada siswa.
5. Problem Posing