Reliabilitas Karakteristik Butir Soal 1 Daya Pembeda

hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada, dalam arti memiliki kesejajaran dengan kriteria yang sudah ada. e Validitas prediksi Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas prediksi atau vailiditas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dapat mengenai hal yang sama. Validitas prediktif ini biasanya digunakan untuk menguji validitas instrumen bentuk tes.

b. Reliabilitas

Suprananto 2012: 82 menyatakan bahwa reliabilitas mengacu pada konsistensi dari suatu pengukuran. Menurut Sudjana 2009: 16 reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilainya. Sementara itu, Sulistyorini 2009: 166 berpendapat bahwa reliabilitas adalah tes yang dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sedangkan Widoyoko 2012: 157 mengemukakan bahwa instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg apabila diteskan berkali-kali. Dari pendapat para ahli diatas dapat dirumuskan bahwa reliabilitas merupakan suatu tes yang berhubungan dengan konsistensi atau ketetapan hasil tes. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Karakteristik Butir Soal 1 Daya Pembeda

Suwarto 2013: 108 mengatakan bahwa daya pembeda suatu butir tes berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok itu. Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah. Menurut Arikunto 2012: 226 daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Sementara itu, Sudjana 2009: 141 menyatakan bahwa analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa analisis daya pembeda adalah analisis yang berfungsi untuk menentukan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang tergolong berprestasi dan siswa yang tidak berprestasi. 2 Tingkat Kesukaran Arikunto 2012: 222 berpendapat bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak teralalu sulit. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Sementara itu, Surapranata 2004: 11 juga menyatakan bahwa sangat penting untuk melihat tingkat kesukaran soal untuk menyediakan berbagai macam alat diagnostik kesulitan peserta didik atau meningkatkan penilaian berbasis kelas. Tingkat kesukaran soal bisa saja ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas atau hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan yang akan diukur. Menurut Sudjana 2009: 135 tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut pandang pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Perbandingan proporsi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3, 30 soal dengan kategori mudah, 40 soal dengan kategori sedang dan 30 soal dengan kategori sukar. Widoyoko 2014: 165 menyatakan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25 mudah, 50 sedang, dan 25 sukar. Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal dilihat dari kemampuan peserta didik dalam menjawab soal. Jika dari 50 peserta didik, semua dapat menjawab soal dengan benar maka soal dapat dikatakan mudah, namun jika dari 50 peserta didik, hanya satu yang menjawab benar maka dapat dikatan bahwa soal tersebut masuk kedalam kategori sukar. 3 Analisis Pengecoh Purwanto 2009: 108 mengemukakan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila paling tidak ada siswa yang terkecoh memilih. Pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami materi Arikunto 2011: 233. Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang dibuat agar siswa yang kurang memahami materi terkecoh oleh pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh dapat dikatakan berfungsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan baik apabila paling tidak ada siswa yang memilih pengecoh sebagai kunci jawaban.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar