Metode Penelitian Sosial
21 suku bangsa Austro-Melanesoid tersebut dapat dipelajari dalam kehidupan suku Dayak di
pedalaman Kalimantan, suku Toraja di pedalaman Sulawesi, suku Nias di pantai barat Sumatera, suku Kubu di pedalaman Sumatera, dan suku Sasak di Lombok.
Sekitar tahun 300 SM terjadi lagi gelombang migrasi yang berasal dari daerah Tonkin. Pendatang baru tersebut dikenal dengan sebutan bangsa Deutro-Melayu yang berarti bangsa
Melayu Muda. Kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Deutro-Melayu setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Proto-Melayu. Bangsa Deutro-
Melayu tersebut membawa kebudayaan Dongson, yakni kebudayaan perunggu yang ber- pusat di Dongson. Bangsa Deutro-Melayulah yang memperkenalkan kehidupan menetap
sambil bercocok tanam dan beternak. Selain itu bangsa Deutro Melayu juga telah mengenal adanya organisasi sosial dengan mengangkat orang yang terkuat sebagai pimpinan mereka.
Untuk mendukung kegiatan bercocok tanam, mereka didukung dengan pengetahuan ten- tang perbintangan astronomi. Selain itu, suku bangsa Deutro-Melayu juga telah menge-
nal kehidupan religius, yakni dalam bentuk animisme, dinamisme, dan totemisme. Untuk keperluan pemujaan mereka mengembangkan kebudayaan megalitikum, yakni membangun
tempat-tempat pemujaan dengan menggunakan batu-batu yang sangat besar.
Dr. Brandes, seorang ahli purbakala mengklasi ļ¬kasikan 10 sepuluh unsur kebudayaan
asli nenek moyang bangsa Indonesia, yaitu: 1 mengenal kehidupan bercocok tanam dengan menanam padi di sawah, 2 mengenal dasar-dasar pertunjukan seni wayang, 3 mengenal
seni gamelan yang terbuat dari perunggu, 4 mengenal seni batik dengan lukisan hias, 5 dapat membuat barang-barang yang berasal dari bahan logam, 6 mengenal kehidupan
masyarakat yang tersusun secara rapih dengan, yakni sistem macapat, 7 mengenal alat tukar dalam kehidupan perdagangan, 8 memiliki kemampuan dalam pelayaran, 9
mengenal ilmu pengetahuan tentang perbintangan astronomi, dan 10 sudah mengenal pembagian kerja sehubungan dengan susunan masyarakat yang teratur.
3. Kedatangan dan Pengaruh Agama HinduBudha
Sekitar abad ke-4 Masehi ajaran agama Hindu-Budha mulai berpengaruh dalam ke- hidupan bangsa Indonesia. Diperkirakan sejak permulaan tarikh masehi, ajaran agama
Hindu-Budha sudah memasuki wilayah Indonesia. Terdapat beberapa teori tentang proses masuknya agama Hindu-Budha, yakni teori ksatria, teori waisya, dan teori arus balik. Te-
ori ksatria mengatakan bahwa yang menyebarkan ajaran agama Hindu-Budha di Indonesia adalah kaum ksatria dari India. Teori waisya mengatakan bahwa yang menyebarkan agama
Hindu-Budha di Indonesia adalah kaum pedagang India. Sedangkan teori arus balik menga- takan bahwa yang menyebarkan agama Hindu-Budha di India adalah orang Indonesia sen-
diri yang sengaja memperdalam agama Hindu-Budha di Indonesia untuk kemudian kembali ke Indonesia untuk mengembangkan ajaran agama Hindu-Budha.
Sejak awal abad ke-5 Masehi pengaruh agama Hindu-Budha mulai terasa dalam ke- hidupan bangsa Indonesia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.
Beberapa kerajaan yang bercorak Hindu-Budha pun bermunculan, seperti: kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Tarumanegara di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, Kanjuruhan
di Jawa Timur, Mataram Kuno di Jawa Tengah, Medang di Jawa Timur, Sriwijaya di Pa- lembang, Kediri di Jawa Timur, Singosari di Jawa Timur, Majapahit di Jawa Timur, dan lain
sebagainya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
22
Sosiologi SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
4. Kedatangan dan Pengaruh Agama Islam
Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa agama Islam mulai masuk ke wilayah Indo- nesia sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didukung oleh berita Cina dari zaman Dinasti
Tang yang menjelaskan tentang adanya serangan orang-orang Ta-shih terhadap kerajaan Ho-ling yang pada saat itu diperintah oleh Ratu Simha. Orang-orang Ta-shih ditafsirkan
sebagai orang-orang Arab. Pada abad ke-13 agama Islam semakin berkembang di Indone- sia. Hal tersebut sesuai dengan berita Marcopolo yang singgah di kerajaan Samudera Pasai
1292 M, berita Ibnu Batutah yang berkunjung di kerajaan Samudera Pasai awal abad ke- 14 M, penemuan batu nisan makan Sultan Malik Al-Saleh meninggal tahun 1297 M.
Secara umum sejarawan sepakat bahwa agama Islam dibawa ke Indonesia oleh para pedagang Muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat India. Dengan demikian,
awal penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan melalui perdagangan. Selain melalui perdagangan, terdapat pula saluran-saluran lain yang digunakan dalam menyebarkan agama
Islam, antara lain adalah melalui perkawinan, melalui pendidikan, melalui dakwah secara terbuka, melalui kesenian dan kebudayaan, dan melalui tasawuf. Melalui cara-cara seperti
itulah agama Islam berkembang di Indonesia secara damai.
Puncak perkembangan agama Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya kerajaan- kerajaan yang bercorak Islam sehingga kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan diwarnai dengan ajaran agama Islam. Adapun ker- ajaan-kerajaan Islam yang dimaksud antara lain adalah kerajaan Samudera-Pasai di Aceh,
kerajaan Aceh di Aceh, kerajaan Demak di Jawa Tengah, kerajaan Pajang di Jawa Tengah, kerajaan Mataram-Islam di Yogyakarta, kesultanan Cirebon di Jawa Barat, kesultanan Bant-
en di Banten, kerajaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan, kerajaan Ternate-Tidore di Maluku, kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan, dan lain sebagainya.
5. Kedatangan dan Pengaruh Bangsa Barat