dilaksanakan tindakan siklus I, persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 59, pada siklus II meningkat menjadi 73,6 dan
siklus III meningkat menjadi 88,3. Kesimpulan penelitian ini adalah 1 langkah-langkah penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV
SDN 1 Kabekelan meliputi menyajikan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan, 2
penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Kabekelan. Berdasarkan keempat
penelitian diatas dapat diketahui bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Metode inkuiri
terbimbing juga layak digunakan untuk proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPA.
2.3 Skema Penelitian yang Relevan
“Efektifitas pembelajaran IPA pada Materi Pokok Proses Pembentukan Tanah Karena
Pelapukan pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan Melalui Metode Inkuiri
Terbimbing dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar
”, disusun oleh Yuli Widyaningsih, PGSD USD, 2010
“Efektivitas Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode
Inquiry Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kalasan dalam Hal
Pencapaian Hasil Belajar”, disusun oleh Wiyan Purbatin, PGSD USD,
2010
“Peningkatan Pemahaman Tentang Materi Sifat-Sifat Benda dan Perubahan Wujud
dengan Metode penemuan Terbimbing Siswa Kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping
pada Semester 1 Tahun Pelajaran 20102011
”, disusun oleh Clara Prahestu Dwi Utami, PGSD USD, 2011
Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing
“Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan
Keatifan belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD
”, disusun oleh Retno Megawati, Suripto dan Kartika
Chrysti Suryandari, PGSD UNS, 2013
2.4 Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA di sekolah dasar pada umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran IPA di sekolah
dasar umumnya masih mengandalkan ceramah dari guru, gurulah yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa mendengarkan ceramah dari
guru di depan kelas, mereka duduk mendengarkan guru mereka mengajar dengan ceramah, itulah yang terjadi pada pembelajaran IPA. Sedangkan
Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis.
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi IPA juga merupakan
suatu proses penemuan dan pemaknaan. Pendidikan IPA khususnya di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari tentang alam, meliputi dirinya sendiri maupun lingkungannya dan proses lebih lanjut untuk kehidupan sehari-harinya. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Metode
inkuiri terbimbing
merupakan proses
dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran untuk melakukan penemuan yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka dan dengan melalui interaksi
bersama orang-orang dan lingkungan belajar mereka. Sehingga pada
akhirnya siswa akan lebih memaknai pembelajaran yang berproses melalui perkembangan mentalnya sendiri. Dengan melibatkan siswa sebagai
pemeran utama, maka siswa akan lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan
ceramah dari guru, khususnya pelajaran IPA. Inkuiri terbimbing menempatkan siswa sebagai individu yang telah mempunyai pengetahuan
awal yang nantinya akan mereka bangun sendiri selama berproses dalam inkuiri, yaitu berbasis kontruktivis. Hal inilah yang diharapkan dapat
merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA, yang diharapkan pula nantinya akan berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa.
2.5 Hipotesis Tindakan