belajar dan konten belajar. Pengintegrasian ketiga hal tersebut diharapkan mampu memberikan pembelajaran bermakna yang utuh kepada peserta didik.
Pembelajaran tematik integratif memiliki ciri-ciri antara lain, 1berpusat pada anak, 2memberikan pengalaman langsung, 3pemisahan antar mata
pelajaran tidak begitu jelas, 4menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran, 5bersifat fleksibel, 6hasil pembelajaran
berkembang sesuai minat dan kebutuhan peserta didik. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tematik integratif yaitu, 1memilih atau menetapkan
tema, 2melakukan analisis SKL, KI, KD, dan membuat indikator, 3melakukan pemetaan KD, indikator, dan tema, 4membuat jaringan KD, 5menyusun
silabus, dan 6menyusun RPP tematik terpadu Modul Guru Kelas SD, 2013: 197-199.
Berdasarkan beberapa penjelasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran tematik terpadu yang
memadukan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu dengan mengintegrasikan konteks hasil belajar, pengalaman belajar, dan konten
belajar, sehingga dapat memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik.
d. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah sebuah pendekatan yang berbasis ilmiah dengan merujuk pada kegiatan menginvestigasi atas sesuatu atau
beberapa fenomena, gejala dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pendekatan
saintifik menekankan kegiatan berbasis metode ilmiah yang meliputi mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan ilmiah ini mempunyai ciri tertentu yang terdiri dari dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan
dengan menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah Modul guru Kelas SD,2013.
Barringer dalam Abidin, 2014: 125 mengemukakan bahwa “pembelajaran
saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah
dilihat. Abidin 2014: 127 juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya
adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah
melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman
siswa. Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan
saintifik antara lain: 1
Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata. 2
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran menyimpang
dari alur berpikir logis.
3 Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan
masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran. 4
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5 Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6 Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan. 7
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah
pembelajaran dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
“apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik soft skill dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak
hard skill dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Kemendikbud, 2013.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:
1 Mengamati
Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2 Menanya
Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan , guru
sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
3 Menalar
Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yang dapat
diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan
antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun
memperoleh pelajaran baru. 4
Mencoba Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait
materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung
guru ikut membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan
masalah-masalah yang
akan menghambat
kegiatan pembelajaran.
5 Membentuk jejaringmengkomunikasikan
Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha
demi mencapai tujuan bersama. Berdasarkan uraian dan penjelasan para ahli di atas, pendekatan saintifik
dalam pembelajaran dapat mengembangkan dan mengasah dimensi keterampilan siswa dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring
atau dapat menghubungkan keterkaitan pada semua mata pelajaran. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan atau menyeimbangkan
antara kemampuan dalam berinteraksi sosial soft skill, dan manusia yang memiliki kecakapan intelektual atau pengetahuan hard skill, yang meliputi aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Penilaian Otentik