Televisi B Televisi C Televisi A Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep

menyebabkan kerusakan sel darah, kerusakan hati, dan ginjal bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.

B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep

Pengambilan keputusan untuk memakai suatu produk obat seringkali dilakukan berdasarkan iklan Zahir, 1996. Obat dengan frekuensi iklan yang tinggi menunjukkan tingkat konsumsi obat yang lebih tinggi dibandingkan obat dengan frekuensi iklan yang lebih rendah. Gambaran distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D ditampilkan berdasarkan jenis acara, golongan obat, jenis obat, kelas terapi, sasaran konsumen, dan produsen. Penyajian dilakukan untuk masing-masing stasiun televisi maupun gabungan dari keempat stasiun televisi.

1. Jenis Acara

Jenis acara televisi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tayangan acara untuk anak-anak, yang meliputi sinetron anak, reality show, serial anak, film anak, dan film kartun. Tayangan acara untuk anak-anak dipilih karena anak-anak lebih mudah dipengaruhi oleh tayangan di televisi, padahal anak-anak belum mempunyai daya pikir yang cukup untuk menyaring informasi yang didapatnya. Tabel III . Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan jenis acara S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C

S. Televisi D No.

Jenis Acara Σ F Σ F Σ F Σ F 1 Film Anak 5 55.6 2 Kartun 4 44.4 4 66.7 3 Reality show 4 Serial Anak 2 33.3 5 Sinetron 21 100.0 6 100.0 Total 9 100.0 6 100.0 21 100.0 6 100.0 Dari tabel di atas diketahui bahwa frekuensi iklan obat tanpa resep yang paling banyak terdapat pada acara sinetron di stasiun televisi C dan D masing- masing 100. Pada keempat stasiun televisi lihat Gambar 1 , iklan obat tanpa resep juga tertinggi frekuensi iklannya pada acara sinetron 27,64, sedangkan yang terendah adalah program reality show 0.Hal ini menunjukkan acara sinetron anak dinilai para produsen lebih efektif untuk menarik para konsumen karena ditayangkan pada jam tayang utama yang pada umumnya anak-anak menonton televisi bersama seluruh anggota keluarga. Pada acara yang lain frekuensi iklannya relatif lebih sedikit karena penayangannya pada pagi atau sore hari, yang sangat memungkinkan anak-anak menonton televisi tanpa pendampingan, sehingga produsen beranggapan kurang efektif untuk berpromosi pada tayangan acara anak-anak yang lain karena bagaimanapun juga pengambilan keputusan penggunaan obat pada anak-anak tetap menjadi wewenang orang tua ataupun orang dewasa dalam sebuah keluarga. PERSENTASE IKLAN OTR PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI BERDASARKAN JENIS ACARA 5, 12 8, 19 0, 0 2, 5 27, 64 Film Anak Kartun Reality show Serial Anak Sinetron Gambar 1. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan jenis acara

2. Kelas Terapi

Obat-obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi A, B, C, D dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas terapi. Persentase frekuensi iklan obat tanpa resep berdasarkan kelas terapi pada masing-masing stasiun televisi, disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel IV. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan kelas terapi

S. Televisi A

S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D No. Kelas Terapi Σ F Σ F Σ F Σ F 1 Obat analgesik sakit kepala, demam 4 44.4 6 100.0 7 33.3 2 Obat gizi dan darah 1 4.8 3 Obat saluran cerna diare 1 4.8 4 Obat saluran cerna maag 1 4.8 5 Obat saluran nafas asma 3 14.3 6 Obat saluran nafas batuk 6 28.6 7 Obat saluran nafas batuk, pilek 4 44.4 8 Obat saluran nafas flu 1 4.8 9 Obat saluran nafas flu, batuk 6 100.0 10 Obat topikal kulit infeksi jamur 1 11.1 1 4.8 Total 9 100.0 6 100.0 21 100.0 6 100.0 Obat tanpa resep yang paling banyak diiklankan di stasiun televisi A, B, dan C adalah kelas terapi obat analgesik sakit kepala, demam, sedangkan di stasiun televisi D adalah obat saluran nafas flu, batuk. Obat-obat tersebut mempunyai frekuensi iklan yang paling tinggi, karena sakit kepala, demam, batuk, dan flu merupakan penyakit-penyakit ringan yang sering diderita oleh masyarakat, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sangat membutuhkan pengobatan dengan segera karena mengganggu aktivitas kerja sehari-hari, sehingga obat analgesik dan obat saluran nafas untuk penyakit- penyakit inilah yang paling banyak diiklankan oleh para produsen. Pembagian kelas terapi seluruh obat tanpa resep di keempat stasiun televisi A, B, C, D disajikan dalam grafik berikut ini:

4.9 14.6

2.4 14.6

9.8 7.3

2.4 2.4

2.4 40.5

0.0 5.0

10.0 15.0

20.0 25.0

30.0 35.0

40.0 45.0

P e r se n ta se Kelas Terapi PERSENTASE KELAS TERAPI PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI Obat analgesik sakit kepala- demam Obat gizi dan darah Obat saluran cerna diare Obat saluran cerna maag Obat saluran nafas asma Obat saluran nafas batuk - pilek Obat saluran nafas batuk Obat saluran nafas flu Obat saluran nafas flu- batuk Obat topikal kulit infeksi jamur Gambar 2. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan kelas terapi Dari grafik diketahui seluruh obat tanpa resep yang diiklankan di keempat stasiun televisi terbagi menjadi 10 macam kelas terapi. Obat analgesik sakit kepala, demam, frekuensi iklannya paling tinggi. Hal ini menunjukkan obat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI analgesik dengan indikasi sakit kepala, demam adalah obat-obat yang paling banyak dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat.

3. Golongan Obat

Obat tanpa resep terdiri dari golongan obat bebas dan obat bebas terbatas. Berdasarkan grafik Gambar 3 , frekuensi iklan obat bebas di stasiun televisi B 100,0.Hal ini menunjukkan stasiun televisi B paling banyak menayangkan iklan obat bebas. Sebaliknya stasiun televisi D paling banyak menayangkan iklan obat bebas terbatas 100,0.

44.44 55.56

100.00

0.00 42.86

57.14 0.00 100.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 A B C D Stasiun Televisi PERSENTASE GOLONGAN OBAT PADA MASING- MASING STASIUN TELEVISI Obat bebas Obat bebas terbatas Gambar 3. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan golongan obat Persentase frekuensi total pada keempat stasiun televisi A, B, C, D disajikan dalam Tabel V . Obat tanpa resep golongan obat bebas terbatas lebih banyak diiklankan daripada obat bebas. Frekuensi iklan obat bebas terbatas lebih tinggi daripada obat bebas, karena jenis obat bebas kebanyakan namanya sudah sangat terkenal di masyarakat sehingga beberapa di antaranya sudah tidak diiklankan lagi oleh produsennya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel V. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan golongan obat No. Golongan Obat Jenis Obat Σ Frek. Persentase 1. Obat bebas Biogesic Anak, Laserin, Neo Entrostop, Neo Ultracap, Panadol Extra. 19 45,2 2. Obat bebas terbatas Anakonidin, Bodrex Migra, Canesten, Mixagrip Flu Batuk, Neo Napacin, Neo Ultrasiline, Neosanmag Fast, Ultraflu, Vicks Formula 44, 23 56,8 Total 42 100,0 Berdasarkan tingkat keamanan obat, obat bebas lebih aman daripada obat bebas terbatas. Pemakaian obat bebas terbatas memang tidak memerlukan pengawasan dokter, tetapi penggunaanya harus sesuai dengan aturan yang tercantum pada kemasannya. Kenyataan bahwa lebih banyak ragam obat bebas terbatas yang beredar di masyarakat menuntut kecermatan lebih tinggi dari konsumen, penggunaannya harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan.

4. Jenis Obat

Frekuensi iklan obat tanpa resep berdasarkan jenis obat ditampilkan dalam Tabel VI . Jenis obat di stasiun televisi C paling banyak, sedangkan di stasiun televisi B dan D paling sedikit. Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan kondisi ini adalah pada stasiun televisi B acara anak-anak yang ditayangkan memang khusus untuk anak film kartun, dan serial anak, sehingga bila produsen mengiklankan produknya pada acara tersebut akan kurang efektif karena yang memutuskan membeli atau tidak suatu produk adalah orang dewasa dalam keluarga, terutama ibu-ibu. Pada stasiun D, biarpun acara yang ditayangkan juga sinetron, tetapi karena penayangannya hanya satu minggu sekali maka jenis obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi ini relatif lebih sedikit dibandingkan acara sinetron di stasiun televisi C yang ditayangkan setiap hari. Tabel VI. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan jenis obat A B C D No. Jenis Obat ∑F ∑F ∑F ∑F 1 Anakonidin 4 44.4 2 Biogesic Anak 2 22.2 6 100.0 3 14.3 3 Bodrex Migra 4 19.0 4 Canesten 1 11.1 5 Laserin 4 19.0 6 Mixagrip Flu Batuk 6 100.0 7 Neo Entrostop 1 4.8 8 Neo Napacin 3 14.3 9 Neo Ultracap 1 4.8 10 Neo Ultrasiline 1 4.8 11 Neosanmag Fast 1 4.8 12 Panadol Extra 2 22.2 13 Ultraflu 1 4.8 14 Vicks Formula 44 2 9.5 Total 9 100.0 6 100.0 21 100.0 6 100.0 Berdasarkan jenis obatnya, obat yang paling sering diiklankan di stasiun televisi A, B, C, dan D secara berurutan adalah Anakonidin, Biogesic Anak ® , Bodrex Migra dan Laserin, serta Mixagrip Flu Batuk. Adapun pada keempat stasiun televisi, jenis obat yang tertinggi frekuensi iklannya adalah Biogesic Anak ® . Berdasarkan pengamatan penulis, pada saat penelitian ini dilakukan obat ini merupakan produk baru dari produsen untuk mengatasi demam pada anak, sehingga wajar jika produsen berusaha semaksimal mungkin untuk menarik perhatian konsumen terutama orang tua agar menggunakannya bila anaknya menderita demam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel VII. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan jenis obat No. Jenis Obat Σ Frekuensi Persentase 1 Anakonidin 4 9.5 2 Biogesic Anak 11 26.2 3 Bodrex Migra 4 9.5 4 Canesten 1 2.4 5 Laserin 4 9.5 6 Mixagrip Flu Batuk 6 14.3 7 Neo Entrostop 1 2.4 8 Neo Napacin 3 7.1 9 Neo Ultracap 1 2.4 10 Neo Ultrasiline 1 2.4 11 Neosanmag Fast 1 2.4 12 Panadol Extra 2 4.8 13 Ultraflu 1 2.4 14 Vicks Formula 44 2 4.8 Total 42 100.0

5. Sasaran Konsumen

Sasaran konsumen obat tanpa resep meliputi konsumen dewasa dan anak- anak. Anak-anak memerlukan dosis obat yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Pemberian obat dengan dosis untuk dewasa pada anak-anak dapat berbahaya bagi tubuh, sedangkan pemberian dosis anak-anak untuk orang dewasa akan menyebabkan terjadinya dosis too low atau substandard. Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan Anonim, 1997b. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66.67 33.33 100.00 0.00 14.29 85.71 0.00 100.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 P e rs e n ta s e A B C D Stasiun Televisi PERSENTASE SASARAN KONSUMEN PADA MASING-MASING STASIUN TELEVISI Anak-anak Dewasa Gambar 4. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periodeJuli 2006 berdasarkan sasaran konsumen Obat tanpa resep di stasiun televisi A dan B lebih banyak ditujukan untuk konsumen anak-anak, bahkan pada stasiun televisi B tidak terdapat iklan obat tanpa resep untuk konsumen dewasa. Pada stasiun televisi C dan D, iklan obat tanpa resep justru lebih banyak ditujukan untuk konsumen dewasa, bahkan di stasiun televisi D tidak ditemukan iklan obat tanpa resep untuk anak-anak. Hasil total dari keempat stasiun televisi menunjukkan frekuensi iklan obat tanpa resep untuk konsumen dewasa jauh lebih besar daripada anak-anak lihat Gambar 5 . Kondisi ini terjadi karena sebenarnya obat untuk konsumen dewasa juga dapat diberikan untuk anak-anak asal diberikan dalam dosis yang sesuai. Aturan dosis pemakaian untuk anak-anak biasanya dicantumkan juga dalam kemasan obat-obat tanpa resep untuk dewasa yang beredar di pasaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSENTASE SASARAN KONSUMEN PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI 36 64 Anak-anak Dewasa Gambar 5. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan sasaran konsumen

6. Produsen

Produsen-produsen obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi A, B, C, D dapat dilihat persentase frekuensinya pada Tabel VIII. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua produsen mengiklankan produknya di semua stasiun televisi. Seperti terlihat pada tabel, terdapat 4 produsen yang mengiklankan produknya di stasiun televisi A, 1 produsen di stasiun televisi B, 8 produsen di stasiun televisi C, dan 1 produsen di stasiun televisi D. Produsen yang paling banyak iklan obat tanpa resepnya di stasiun televisi A adalah Konimex, Medifarma di stasiun televisi B, Mecosin dan Tempo Scan Pasific di stasiun C, dan Dankos di stasiun televisi D. Produsen obat mempunyai penilaian dan alasan tersendiri mengapa lebih memilih stasiun televisi tertentu untuk mengiklankan produknya, dan yang paling banyak mengiklankan produknya tentu yang dinilai paling tepat untuk menjadi media iklan produk mereka. Hasil keseluruhan pada keempat stasiun televisi memperlihatkan produsen-produsen obat tanpa resep yang frekuensi penayangan iklannya di atas 10 meliputi Medifarma, Konimex, dan Dankos, sedangkan yang lainnya di bawah 10 Hal ini menunjukkan bahwa Medifarma, Konimex, dan Dankos adalah produsen-produsen obat tanpa resep dalam negeri yang paling banyak mengiklankan produknya di televisi. Dan hal tersebut terjadi, karena pangsa pasar untuk produk obat tanpa resep dikuasai oleh produsen pabrik dalam negeri terutama untuk pasar yang hak patennya tidak ada lagi Herdiawan, Wicaksono, Ratnasari, Febryanto, dan Darmawan, 2005. Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihat iklan tersebut dan dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat, dengan demikian tingkat konsumsi masyarakat terhadap obat-obat produksi Medifarma tentunya diharapkan lebih tinggi dibandingkan obat tanpa resep lain dalam penelitian ini. Tabel VIII. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan Produsen obat No. Produsen Σ Frekuensi Persentase 1 Bayer Indonesia Tbk, PT 1 2.4 2 Dankos Laboratories Tbk, PT 6 14.3 3 Darya Varia Laboratoria Tbk, PT 2 4.8 4 Henson Farma, PT 3 7.1 5 Kalbe Farma, PT 1 2.4 6 Konimex Pharm. Laboratories, PT 7 16.7 7 Mecosin Indonesia, PT 4 9.5 8 Medifarma Laboratories, PT 11 26.2 9 Sanbe Farma, PT 1 2.4 10 Sterling Products Indonesia, PT 2 4.8 11 Tempo Scan Pacific Tbk, PT Bode 4 9.5 Total 42 100.0

C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep

Salah satu komponen kebutuhan utama dalam memilih obat adalah informasi. Informasi tersebut biasanya berasal dari industri farmasi, yang bersifat komersiil dalam bentuk iklan Suryawati, 2003. Waktu yang singkat dan biaya yang tinggi tidak memberikan kesempatan pada sebuah iklan untuk dapat menampilkan informasi yang cukup mengenai obat tersebut Zahir, 1996. Pendeknya durasi tayang dari iklan tersebut membuat informasi yang diperlukan dalam pemilihan obat tanpa resep seringkali sulit ditangkap oleh konsumen pengguna obat. Untuk itu perlu ketrampilan dan pengetahuan dari konsumen dalam memilih obat dan menganalisis secara kritis informasi obat yang ditayangkan, sehingga tidak terjadi penggunaan obat secara keliru. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria iklan WHO 1988 dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Iklan obat tanpa resep dinilai rasional bila terdapat semua informasi yang harus dicantumkan, dan tidak rasional bila ada salah satu informasi yang tidak dicantumkan. Menurut kriteria etik promosi obat – WHO 1988, iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam harus mencantumkan informasi zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, serta nama dan alamat industri farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, iklan obat di media televisi harus mencantumkan informasi indikasi, informasi keamanan obat, nama dagang, dan nama industri farmasi. Dijabarkan lebih lanjut bahwa informasi obat harus lengkap, yaitu harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping. Iklan obat juga harus mencantumkan spot peringatan perhatian BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, salah satunya hanya disebutkan bahwa iklan obat harus mencantumkan informasi keamanan obat. Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai klasifikasi informasi yang harus dicantumkan sebagai informasi keamanan obat. Pada umumnya, informasi keamanan obat meliputi peringatan-perhatian, kontraindikasi, dan efek samping. Dalam penelitian ini, informasi keamanan obat diasumsikan hanya meliputi peringatan-perhatian dan efek samping. Iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini sudah dinilai rasional meskipun tidak mencantumkan kontraindikasi, dengan pertimbangan biaya iklan yang tinggi sehingga membuat durasi tayang iklan obat di televisi menjadi relatif singkat sehingga kurang memungkinkan untuk dapat mencantumkan semua informasi. Selain itu informasi yang penting mengenai keamanan obat sudah diwakili dengan spot peringatan perhatian BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER. Dengan demikian, iklan obat tanpa resep dinilai rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 bila mencantumkan indikasi, peringatan-perhatian, efek samping, nama dagang, dan nama industri farmasi. Tabel IX. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 Kerasionalan No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO 1988 Kep.Men.Kes No.386 1994 1. Anakonidin nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi, efek samping tidak rasional rasional 2. Biogesic Anak nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 3. Bodrex Migra zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 4. Canesten zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 5. Laserin zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 6. Mixagrip Flu Batuk zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 7. Neo Entrostop nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 8. Neo Napacin nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 9. Neosanmag Fast zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 10. Neo Ultracap zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 11. Neo Ultrasiline nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian tidak rasional tidak rasional 12. Panadol Extra nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian tidak rasional tidak rasional 13. Ultraflu nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional 14 Vicks Formula 44 nama dagang, indikasi, peringatan- perhatian, nama industri farmasi tidak rasional tidak rasional Secara keseluruhan, informasi-informasi yang harus dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep berdasarkan kriteria iklan WHO 1988 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 terdiri dari komposisi zat aktif, nama dagang, indikasi, kontraindikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi dan alamatnya, serta efek samping obat. Semua informasi-informasi tersebut sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dibutuhkan masyarakat pengguna obat tanpa resep, agar dapat melakukan pengobatan sendiri yang aman dan efektif atau pengobatan yang rasional. Zat aktif adalah komponen obat yang mempunyai efek farmakologis atau mempunyai khasiat pengobatan. Sebuah obat tanpa resep dapat memiliki satu atau lebih zat aktif. Informasi komposisi zat aktif perlu dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep agar masyarakat bisa membandingkan antara klaim indikasi yang disampaikan oleh iklan dengan indikasi yang sebenarnya dari zat aktif yang terkandung dalam obat tersebut. Hampir semua iklan yang ada di televisi, tidak pernah menampilkan isi bahan berkhasiatnya, sehingga masyarakat kehilangan informasi penting, yaitu mengenai jenis obat yang diperlukan untuk mengobati penyakitnya Sudarwanto, 1996. Padahal, apa yang disampaikan dalam iklan sangat berperan dalam pemilihan penggunaan obat tanpa resep di kalangan masyarakat Zahir, 1996. Menyadari begitu pentingnya informasi zat aktif bagi konsumen, sangat disayangkan apabila Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 hanya mewajibkan pencantuman informasi zat aktif obat pada iklan di media cetak saja. Dari 14 jenis obat tanpa resep yang dievaluasi kerasionalan kelengkapan iklannya, Bodrex Migra ® , Neo Ultracap ® , Neosanmag Fast ® , Laserin ® , Mixagrip Flu Batuk ® , dan Canesten ® , sudah mencantumkan informasi zat aktif dalam iklannya di media televisi . Nama dagang perlu dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep, agar konsumen dapat mengingat dengan baik produk obat tanpa resep yang diiklankan. Beberapa jenis obat dapat mempunyai komposisi zat aktif yang sama, karena itu lebih mudah bagi masyarakat untuk mengingat nama dagang daripada mengingat nama obat yang dikandungnya apalagi bila dalam sebuah obat tanpa resep terkandung beberapa macam obat sekaligus. Nama dagang sebuah obat tanpa resep biasanya langsung dapat mengingatkan konsumen tentang indikasi atau khasiat obat, oleh sebab itu banyak masyarakat yang membeli obat tanpa resep hanya berdasarkan nama dagang merek obatnya saja. Semua iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini mencantumkan informasi nama dagang. Indikasi atau petunjuk kegunaan obat secara spesifik dalam pengobatan penyakit merupakan informasi yang selalu dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep. Indikasi obat perlu dicantumkan dalam iklan karena agar konsumen dapat memilih obat yang tepat untuk mengobati penyakitnya. Pemilihan obat yang tepat sangat penting, karena obat sebenarnya adalah racun, sehingga penggunaan obat yang tidak sesuai dengan indikasinya, akan membuat penyakitnya tidak sembuh dan malah bisa menimbulkan keracunan bagi pengguna obat tersebut. Seringkali kita temui dimasyarakat adanya penggunaan obat di luar indikasinya seperti penggunaan yang salah maupun penyalahgunaan obat. Padahal perilaku seperti itu dapat membahayakan kesehatan mereka sendiri. Sebagai contoh adalah menggunakan obat antihistamin yang efek sampingnya dapat meningkatkan nafsu makan untuk menambah berat badannya. Kontraindikasi merupakan peringatan pada orang tertentu yang tidak bolah menggunakan obat tersebut Sudarwanto, 1996. Kontraindikasi juga penting disampaikan dalam iklan obat tanpa resep, karena kondisi tiap orang berbeda-beda. Pengobatan dengan obat tertentu yang cocok untuk seseorang belum tentu cocok juga untuk orang lain dan bila hal tersebut dilanggar maka akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bisa memperparah kondisi penyakitnya atau timbul komplikasi dengan penyakit lain yang dideritanya. Sebagai contoh adalah penggunaan obat tanpa resep yang mengandung asetosal pada seseorang yang memiliki gangguan maag maka akan memperparah kondisi kondisi penyakitnya. Dalam penelitian ini, tidak terdapat iklan obat tanpa resep yang mencantumkan informasi kontraindikasi. Durasi tayang iklan obat tanpa resep di televisi yang begitu singkat menjadi faktor penyebab sulitnya menginformasikan kontraindikasi. Faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak dicantumkannya kontraindikasi adalah adanya kekhawatiran produsen akan munculnya ketakutan masyarakat secara berlebihan untuk mengkonsumsi suatu obat tanpa resep bila mengetahui kontraindikasinya lebih dulu. Selain itu juga karena sebenarnya informasi kontra indikasi yang merupakan informasi keamanan obat sudah diwakili dengan adanya tulisan BACA ATURAN PAKAI yang menginformasikan agar konsumen membaca terlebih dahulu aturan pakai di kemasan obat sekaligus mengetahui kontra indikasi dari obat tersebut. Bagaimanapun juga kontraindikasi perlu disampaikan dalam iklan, dan informasi sebaiknya diberikan dalam bentuk yang ringkas dan dengan istilah bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh masyarakat awam. Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER, dan ditayangkan minimal tiga detik untuk iklan media televisi. Semua iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini sudah mencantumkan spot peringatan perhatian pada akhir penayangan iklan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa berdasarkan pengamatan penulis penayangan spot peringatan perhatian iklan obat tanpa resep PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI di media televisi rata-rata kurang dari tiga detik, sehingga hampir tidak dapat teramati oleh pemirsa. Peringatan- perhatian perlu disampaikan dalam sebuah iklan obat tanpa resep untuk memberi petunjuk kepada konsumen agar sebelum mengkonsumsi obat mereka harus membaca dulu aturan pakai yang tertera pada kemasan obatnya. Peringatan-perhatian juga mengingatkan konsumen bahwa apabila setelah pemakaian obat tanpa resep dalam kurun waktu tertentu tidak terjadi perubahan kondisi tubuh penurunan gejala-gejala sakit seperti yang diharapkan, maka konsumen pemakai obat harus segera pergi ke dokter untuk mendapatkan diagnosa dan peresepan yang tepat sesuai penyakit yang dideritanya. Pencantuman peringatan-perhatian berkaitan erat dengan perilaku membaca aturan pakai pada kemasan obat, sebuah perilaku yang sangat menentukan keberhasilan terapi. Aturan pakai memberikan informasi mengenai dosis dan cara pemakaian. Setiap obat mempunyai dosis dan cara pemakaian yang berbeda untuk mencapai efek terapi. Suatu obat yang digunakan pada dosis yang lebih besar dari seharusnya berlebihan dapat mengakibatkan keracunan bagi penggunanya, sedangkan obat yang digunakan pada dosis lebih kecil dari yang diperlukan menyebabkan penyakit yang diderita menjadi tidak sembuh dan dapat menimbulkan resistensi terhadap obat yang digunakan, Hal seperti ini harus mendapatkan perhatian penting dari konsumen, terutama bila pemakaiannya untuk anak-anak, maka tata cara aturan pakainya harus benar-benar diperhatikan. Cara pemakaian obat juga berbeda-beda, misalnya ada obat-obat yang harus ditelan tablet, kapsul dan ada pula obat tetes yang pemakaiannya diteteskan pada mata, hidung, atau telinga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Nama industri farmasi produsen atau distributor dan alamatnya juga informasi yang penting untuk dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep karena industri farmasi adalah pihak yang bertanggung jawab atas kualitas kerja sebuah obat. Dalam penelitian ini, semua iklan obat tanpa resep tidak mencantumkan alamat industri farmasi, tetapi sebagian besar mencantumkan nama industri farmasi kecuali iklan Panadol Extra ® , dan Neo Ultrasiline ® . Informasi lain yang penting untuk dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep adalah efek samping yaitu efek-efek yang tidak diinginkan yang dapat muncul seiring dengan penggunaan obat. Efek samping obat merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam upaya mewujudkan pengobatan yang rasional. Hampir semua obat memiliki efek samping seperti mual, muntah, diare, mengantuk, dan sebagainya. Obat-obat tanpa resep dengan zat aktif para amino fenol misalnya mempunyai efek samping antara lain menyebabkan kerusakan sel darah, kerusakan hati dan ginjal. Pengguna dalam memilih obat tanpa resep seharusnya mencermati efek samping yang dapat muncul sehingga dapat memilih obat yang mempunyai rasio manfaat lebih besar daripada efek sampingnya. Iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini yang sudah menginformasikan efek samping hanya iklan Anakonidin ® . Iklan tersebut hanya memberikan informasi efek samping tentang menyebabkan atau tidak menyebabkan kantuk. Obat-obat tanpa resep yang mengandung antihistamin memang dapat menyebabkan mengantuk, tetapi ada juga beberapa antihistamin yang tidak menimbulkan efek samping mengantuk. Informasi tentang menyebabkan atau tidak menyebabkan kantuk perlu disampaikan dalam iklan obat yang mengandung antihistamin, karena berbahaya jika seseorang yang meminum obat dengan kandungan antihistamin yang dapat menyebabkan kantuk melakukan aktivitas yang berisiko tinggi seperti mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin produksi. Tetapi pada beberapa obat, efek samping ada yang memang disengaja, misalnya pada obat flu untuk anak biasanya disertakan antihistamin, yang selain untuk pengobatan juga dimanfaatkan efek sampingnya untuk membuat anak-anak istirahat dengan tenang. Tabel X. Persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 Ada Tidak ada Total No. Informasi Iklan Σ F Σ F Σ F 1 Zat aktif 6 42.9 8 57.1 14 100.0 2 Nama dagang 14 100.0 0.0 14 100.0 3 Indikasi 14 100.0 0.0 14 100.0 4 Kontraindikasi 0.0 14 100.0 14 100.0 5 Peringatan-perhatian 14 100.0 0.0 14 100.0 6 Nama industri farmasi 12 85.7 2 14.3 14 100.0 7 Alamat industri farmasi 0.0 14 100.0 14 100.0 8 Efek samping 1 7.1 13 92.9 14 100.0 Berdasarkan tabel tersebut, dari 14 jenis obat tanpa resep yang diiklankan, hanya 6 jenis obat menayangkan informasi zat aktif, tidak satu jenis obat pun yang menginformasikan kontraindikasi dan alamat industri farmasi, 14 jenis obat menampilkan informasi peringatan-perhatian, 12 jenis obat menginformasikan nama industri farmasi, dan 1 jenis obat menayangkan informasi efek samping obat. Informasi nama dagang dan indikasi juga tercantum pada 14 jenis obat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi zat aktif, kontraindikasi, alamat industri farmasi, dan efek samping obat, perlu ditingkatkan lagi penayangannya Kriteria penilaian iklan obat tanpa resep idealnya mengacu pada aturan WHO karena sudah ada pembagian kriteria berdasarkan target iklan, dan klasifikasi informasi yang harus dicantumkan dalam iklan juga jelas. Hasil evaluasi kerasionalan kelengkapan iklan dari Tabel XI menunjukkan bahwa iklan obat tanpa resep di televisi yang beredar saat ini, semuanya tidak rasional berdasarkan kriteria iklan WHO 1988, tetapi 1 jenis obat dari 14 jenis obat tanpa resep yang dievaluasi rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 Tabel XI. Persentase kerasionalan kelengkapan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 Rasional Tidak Rasional Total No. Kriteria Iklan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1. WHO 1988 0,0 14 100,0 14 100,0 2. Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 1 7,1 13 92,9 14 100,0 Pada umumnya iklan-iklan obat tanpa resep yang ada hanya mencantumkan nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, dan nama industri farmasi produsen atau distributor. Hal ini menunjukkan iklan-iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di televisi semata, tidaklah cukup untuk dijadikan acuan informasi agar dapat melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep secara aman dan efektif. Informasi iklan harus disertai dengan penelusuran ke kemasan obat, karena informasi yang terdapat pada kemasan obat tidak semuanya ditampilkan dalam iklan, seperti halnya informasi tentang kontraindikasi yang tidak dicantumkan dalam semua iklan obat tanpa resep pada penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Membaca informasi yang terdapat pada label kemasan obat sebelum menggunakan obat sangat diperlukan supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat. Kenyataan yang sering terjadi, beberapa masyarakat membeli obat tanpa resep tanpa disertai kemasannya karena berdasarkan pengalamannya cukup satu kali saja mengkonsumsi obat sudah merasa sembuh. Budaya membaca masyarakat kita juga masih sangat kurang, sehingga kadang mereka tidak membaca informasi penting yang tercantum dalam kemasan obat yang dibelinya Secara keseluruhan dapat dikatakan iklan-iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di media televisi sekarang ini belum memberikan informasi yang memadai untuk masyarakat pengguna obat. Berkaitan dengan kondisi tersebut, perlu dilakukan tindakan tertentu terhadap ketidaklengkapan informasi yang seharusnya dicantumkan dalam iklan obat di media televisi. Tindakan ini dapat berupa campur tangan dari pihak pemerintah untuk selalu meninjau secara berkala iklan yang dibuat, sehingga iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di televisi diharapkan sungguh-sungguh berisi informasi yang ideal. Hal ini dilakukan agar masyarakat luas dapat menggunakan iklan sebagai sarana bantuan dalam pemilihan obat tanpa merasa khawatir tersesatkan oleh iklan, juga supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat tanpa resep di kalangan masyarakat karena tidak semua konsumen memiliki pengetahuan yang cukup tentang obat- obatan.

D. Evaluasi Kerasionalan Klaim Indikasi Iklan Obat Tanpa Resep