Anak dan Televisi PENELAAHAN PUSTAKA

tepat dan sesuai dengan kondisi pasien, dosis dan cara pemberian obat secara tepat, informasi untuk pasien secara tepat, serta evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat Anonim, 2000. Penilaian kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep, dapat ditinjau dari komponen rasional dan tidak rasional. Pengobatan yang rasional menganut 4 asas tepat ditambah 1 asas waspada, yaitu: tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada efek samping obat. Tepat indikasi, obat yang digunakan didasarkan pada diagnosis penyakit yang akurat. Tepat penderita yaitu tidak ada kontraindikasi. Tepat obat, pemilihan obat didasarkan pada pertimbangan rasio keamanan-kemanjuran yang terbaik. Tepat dosis, yaitu takaran, jalur, saat dan lama pemberian sesuai dengan kondisi penderita Donatus, 1997. Upaya penggunaan obat tanpa resep secara rasional tentunya harus melibatkan peran aktif tenaga farmasi, yang terutama berfungsi untuk memberikan informasi serinci mungkin mengenai obat-obat yang dibutuhkan oleh masyarakat Anonim, 2002a.

B. Anak dan Televisi

Anak dapat begitu terikat dengan televisi, bahkan seperti bisa menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan TV ini, hanyalah satu dari begitu banyak efek yang diberikan oleh kemajuan teknologi TV. Kita semua tahu, betapa besar kemajuan dan perubahan yang terjadi semenjak TV ditemukan. Kita dapat menyaksikan liputan berita tentang berbagai peristiwa dari seluruh dunia, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kita dapat menyaksikan berbagai jenis film, dari film kartun, drama, biografi, aksi, edukasi, musik dan lain sebagainya, dari dalam dan luar negeri Martin, 2000. Menurut data AC Nielsen, rata-rata anak-anak menonton televisi selama dua puluh satu sampai dua puluh tiga jam setiap pekan atau kurang lebih tiga sampai tiga setengah jam per hari Marfu’ah 2006 Solusinya adalah orangtua harus bersedia duduk bersama mereka sekalipun program yang tengah ditontonnya adalah acara anak-anak. Orangtua harus turut menjelaskan setiap gambar yang muncul, apalagi jika gambar itu mengandung sesuatu yang tidak logis atau tidak bisa diterima oleh akal sehat anak-anak. Bukan tidak mungkin dalam program tayangan anak sekalipun, ketidaklogisan bisa saja muncul baik dalam bentuk gambar-gambar, maupun dalam bentuk tema cerita yang ditampilkan. Posisi anak-anak atas tayangan televisi memang sangat lemah. Hal ini berkaitan dengan sifat anak yang di antaranya pertama, anak- anak sulit membedakan mana tayangan yang baik atau buruk, mana yang pantas ditiru atau diabaikan. Kedua, anak-anak belum memiliki self- censorship dan belum memiliki batasan nilai. Ketiga, anak-anak bersifat pasif dan tidak kritis terhadap tayangan televisi. Akibatnya, semua yang ditayangkan televisi akan dianggap sebagai sebuah kewajaran. Lebih-lebih kualitas tayangan yang ditayangkan televisi umumnya tidak berpihak kepada anak-anak Mulkan, 2006. Hal lain lagi, adalah masalah pengaruh iklan di TV yang semakin hari semakin berlebihan. Ada begitu banyak iklan yang menawarkan berbagai barang, dari mainan anak, makanan, minuman, dan lain sebagainya. Iklan-iklan begitu gencarnya memberikan janji-janji kesenangan dan kebahagiaan keluarga yang akan diperoleh bila membeli produk tersebut. Secara tidak sadar hal tersebut dapat menanamkan kepada anak nilai-nilai konsumerisme dan bahwa kebahagiaankesuksesan sebuah keluarga diukur dari kemampuan memiliki produk terbaru yang ditawarkan. Sekali lagi kita bandingkan dengan diri kita sendiri. Orang dewasa saja banyak yang terpengaruh oleh iklan-iklan yang ada di TV Martin, 2000.

C. Obat Tanpa Resep OTR