Produsen Televisi B Televisi C Televisi

PERSENTASE SASARAN KONSUMEN PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI 36 64 Anak-anak Dewasa Gambar 5. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan sasaran konsumen

6. Produsen

Produsen-produsen obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi A, B, C, D dapat dilihat persentase frekuensinya pada Tabel VIII. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua produsen mengiklankan produknya di semua stasiun televisi. Seperti terlihat pada tabel, terdapat 4 produsen yang mengiklankan produknya di stasiun televisi A, 1 produsen di stasiun televisi B, 8 produsen di stasiun televisi C, dan 1 produsen di stasiun televisi D. Produsen yang paling banyak iklan obat tanpa resepnya di stasiun televisi A adalah Konimex, Medifarma di stasiun televisi B, Mecosin dan Tempo Scan Pasific di stasiun C, dan Dankos di stasiun televisi D. Produsen obat mempunyai penilaian dan alasan tersendiri mengapa lebih memilih stasiun televisi tertentu untuk mengiklankan produknya, dan yang paling banyak mengiklankan produknya tentu yang dinilai paling tepat untuk menjadi media iklan produk mereka. Hasil keseluruhan pada keempat stasiun televisi memperlihatkan produsen-produsen obat tanpa resep yang frekuensi penayangan iklannya di atas 10 meliputi Medifarma, Konimex, dan Dankos, sedangkan yang lainnya di bawah 10 Hal ini menunjukkan bahwa Medifarma, Konimex, dan Dankos adalah produsen-produsen obat tanpa resep dalam negeri yang paling banyak mengiklankan produknya di televisi. Dan hal tersebut terjadi, karena pangsa pasar untuk produk obat tanpa resep dikuasai oleh produsen pabrik dalam negeri terutama untuk pasar yang hak patennya tidak ada lagi Herdiawan, Wicaksono, Ratnasari, Febryanto, dan Darmawan, 2005. Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihat iklan tersebut dan dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat, dengan demikian tingkat konsumsi masyarakat terhadap obat-obat produksi Medifarma tentunya diharapkan lebih tinggi dibandingkan obat tanpa resep lain dalam penelitian ini. Tabel VIII. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006 berdasarkan Produsen obat No. Produsen Σ Frekuensi Persentase 1 Bayer Indonesia Tbk, PT 1 2.4 2 Dankos Laboratories Tbk, PT 6 14.3 3 Darya Varia Laboratoria Tbk, PT 2 4.8 4 Henson Farma, PT 3 7.1 5 Kalbe Farma, PT 1 2.4 6 Konimex Pharm. Laboratories, PT 7 16.7 7 Mecosin Indonesia, PT 4 9.5 8 Medifarma Laboratories, PT 11 26.2 9 Sanbe Farma, PT 1 2.4 10 Sterling Products Indonesia, PT 2 4.8 11 Tempo Scan Pacific Tbk, PT Bode 4 9.5 Total 42 100.0

C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep

Salah satu komponen kebutuhan utama dalam memilih obat adalah informasi. Informasi tersebut biasanya berasal dari industri farmasi, yang bersifat komersiil dalam bentuk iklan Suryawati, 2003. Waktu yang singkat dan biaya yang tinggi tidak memberikan kesempatan pada sebuah iklan untuk dapat menampilkan informasi yang cukup mengenai obat tersebut Zahir, 1996. Pendeknya durasi tayang dari iklan tersebut membuat informasi yang diperlukan dalam pemilihan obat tanpa resep seringkali sulit ditangkap oleh konsumen pengguna obat. Untuk itu perlu ketrampilan dan pengetahuan dari konsumen dalam memilih obat dan menganalisis secara kritis informasi obat yang ditayangkan, sehingga tidak terjadi penggunaan obat secara keliru. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria iklan WHO 1988 dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Iklan obat tanpa resep dinilai rasional bila terdapat semua informasi yang harus dicantumkan, dan tidak rasional bila ada salah satu informasi yang tidak dicantumkan. Menurut kriteria etik promosi obat – WHO 1988, iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam harus mencantumkan informasi zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, serta nama dan alamat industri farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, iklan obat di media televisi harus mencantumkan informasi indikasi, informasi keamanan obat, nama dagang, dan nama industri farmasi. Dijabarkan lebih lanjut bahwa informasi obat harus lengkap, yaitu harus mencantumkan tidak