BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Sendiri
Pengobatan sendiri adalah suatu tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep yang dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab. Hal tersebut
merupakan salah satu upaya seseorang untuk mencapai kesehatan yang optimal. Pengobatan sendiri merupakan upaya pertama yang dilakukan masyarakat untuk
menjaga kesehatannya sendiri. Sukasediati, 1996. Pengobatan sendiri sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, tradisi,
kepercayaan seseorang, dan juga yang paling menentukan adalah tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan berperan penting dalam
menentukan pengobatan yang terbaik untuk dirinya sendiri Sukasediati, 1996. Dari survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan oleh departemen kesehatan
RI, didapatkan data kuantitatif, yaitu sebanyak 63 masyarakat menggunakan obat bebas, 18 pergi ke dokter atau puskesmas, 9 masyarakat akan
mengkonsumsi jamu untuk menanggulangi penyakitnya, 5 diobati dengan cara sendiri dan sisanya sebanyak 5 tidak melakukan apapun Sartono, 1993. Data
tersebut tidak jauh berbeda dengan data yang ada di negara maju seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, setiap tahun ada 75 dari jumlah penduduknya
mengeluh atau menderita sakit. Dari jumlah tersebut diketahui 65 masyarakat mengobati sendiri penyakitnya, 25 masyarakat akan pergi ke dokter untuk
mengobati penyakitnya sedangkan 10 masyarakat tidak melakukan tindakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apapun untuk menanggulangi penyakitnya. Dari data di atas, ternyata persentase masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri cukup besar, sehingga kenyataan
tersebut dijadikan salah satu dasar kebijakan dalam membina kesehatan masyarakat pada umumnya Sartono, 1993.
Pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep hendaknya dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab, biasanya untuk kasus-kasus:
1. perawatan simtomatik minor, misalnya: rasa tidak enak badan, cidera ringan
2. penyakit self-limiting atau paliatif: flu, sakit kepala
3. pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan: mabuk perjalanan, kutu air
4. penyakit kronis, yang sebelumnya sudah pernah didiagnosis dokter atau
tenaga medis profesional lainnya: arthritis, asma 5.
keadaan yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan dengan segera Holt dan Hall, 1990.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kebiasaan pengobatan sendiri. Pertama, setiap obat selain memiliki khasiat menyembuhkan
atau meningkatkan taraf sehat, juga memberikan risiko efek samping. Efek samping obat bisa saja ringan dan akan hilang jika obat dihentikan, tetapi bisa
juga berat sehingga memerlukan pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Kedua, setiap obat pasti memiliki efek farmakologi spesifik, yaitu untuk
mengatasi suatu gejala atau penyakit tertentu. Ketiga, setiap obat memiliki aturan pemakaian yang khusus, antara lain dosis, frekuensi pemberian, apakah harus
diminum sesudah makan, pada saat makan, atau sebelum makan dan lama pemakaian.. Pengobatan sendiri umumnya dilakukan untuk 1 penyakit saluran
pernafasan; 2 demam; 3 sakit kepalanyeri; 4 diare; 5 gangguan pada lambung; dan 6 penyakit kulit Dwiprahasto, 1999.
Saat ini penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas masih sering menimbulkan masalah bagi kesehatan. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan
masyarakat tentang obat dan permasalahannya masih rendah. Pada umumnya dasar penggunaan obat bebas untuk pengobatan sendiri bersumber pada
pengalaman menggunakan obat bebas tertentu pada waktu yang lampau atau karena diberitahu oleh orang lain, baik keluarga, tetangga, maupun teman. Atau
bisa juga bersumber dari iklan obat melalui media cetak seperti surat kabar dan majalah, atau dapat juga melalui media elektronik seperti radio dan televisi. Iklan
obat sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat cenderung menyesatkan. Hampir semua iklan obat yang beredar di media televisi tidak pernah
menampilkan isi bahan berkhasiatnya maupun efek samping dan kontra indikasi dari obat tersebut, sehingga masyarakat kehilangan informasi penting mengenai
jenis obat yang diperlukan untuk mengobati penyakitnya dan efek samping dari obat yang dikonsumsinya tersebut, padahal tidak ada obat yang benar-benar aman
untuk dikonsumsi Sudarwanto, 1996. Obat tanpa resep mempunyai batas keamanan yang cukup baik, tetapi
pemakaiannya tanpa pengawasan ketat sangat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penggunaan Sudarwanto, 1996. Berkaitan dengan hal tersebut,
pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep harus tetap memperhatikan prinsip- prinsip penggunaan obat yang rasional Anonim, 2002a. Prinsip pengobatan
rasional meliputi: indikasi tepat, penilaian kondisi pasien tepat, pemilihan obat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tepat dan sesuai dengan kondisi pasien, dosis dan cara pemberian obat secara tepat, informasi untuk pasien secara tepat, serta evaluasi dan tindak lanjut
dilakukan secara tepat Anonim, 2000. Penilaian kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep, dapat
ditinjau dari komponen rasional dan tidak rasional. Pengobatan yang rasional menganut 4 asas tepat ditambah 1 asas waspada, yaitu: tepat indikasi, tepat
penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada efek samping obat. Tepat indikasi, obat yang digunakan didasarkan pada diagnosis penyakit yang akurat. Tepat
penderita yaitu tidak ada kontraindikasi. Tepat obat, pemilihan obat didasarkan pada pertimbangan rasio keamanan-kemanjuran yang terbaik. Tepat dosis, yaitu
takaran, jalur, saat dan lama pemberian sesuai dengan kondisi penderita Donatus, 1997.
Upaya penggunaan obat tanpa resep secara rasional tentunya harus melibatkan peran aktif tenaga farmasi, yang terutama berfungsi untuk
memberikan informasi serinci mungkin mengenai obat-obat yang dibutuhkan oleh masyarakat Anonim, 2002a.
B. Anak dan Televisi