Stasiun televisi C mempunyai frekuensi iklan obat tanpa resep lebih tinggi karena tayangan acara yang diambil adalah sinetron anak pada jam tayang utama yang
umumnya tidak hanya ditonton oleh anak-anak saja tetapi juga bersama orang tuanya, sehingga produsen meningkatkan frekuensi iklan pada tayangan acara
tersebut karena yang mengambil keputusan dalam membeli suatu kebutuhan di dalam keluarga adalah orang tua.
Tabel I. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006
No. Jenis Iklan
A B
C D
1 Obat tanpa resep obat bebas dan obat bebas terbatas
1.1 1.5
7.5 1.2
2 Obat tradisional jamu dan fitofarmaka
0.6 0.0
2.1 1.0
3 Vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga
1.8 0.0
6.1 0.6
4 Makanan dan minuman
59.0 71.7
28.2 51.7
5 Kosmetika
7.5 7.0
8.9 9.1
6 Lain-lain
30.0 19.8
47.1 36.5
Total
100.0 100.0
100.0 100.0
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 yang memuat pengaturan iklan tentang obat bebas, obat tradisional, alat kesehatan,
kosmetika, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan makanan minuman dinyatakan bahwa
iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisor orang dewasa atau memakai
narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat. Iklan obat tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak
Anonim, 1994.
2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada keempat stasiun televisi
Jumlah total frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi adalah 42 dengan persentase 2,1 lihat
Tabel II
. Memang bukan yang paling tinggi jika dibandingkan jenis iklan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain. Hal ini disebabkan dalam perundang-undangan, penayangan iklan obat untuk anak-anak diatur lebih detail, termasuk bahwa iklan obat untuk anak-anak tidak
boleh ditujukan langsung kepada anak-anak. Pemilihan obat untuk anak-anak yang menjadi wewenang orang tua terutama kaum ibu, juga menyebabkan para
produsen tidak memasang iklan obat tanpa resep terlalu banyak pada tayangan acara anak-anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh K. Yunari menyatakan
bahwa iklan obat tanpa resep lebih banyak pada acara untuk ibu-ibu yaitu sebesar 6,4 dan jenis obat untuk anak-anaknya juga lebih banyak K. Yunari, 2007.
Meskipun demikian, televisi diakui merupakan media paling sering ditemukannya iklan obat, terpaut cukup banyak dengan media iklan lainnya Zahir, 1996.
Tabel II. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk anak-anak pada
keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu periode Juli 2006
No. Jenis Iklan
Σ Frekuensi Persentase
1 Obat tanpa resep obat bebas dan obat bebas terbatas
42 2.1
2 Obat tradisional jamu dan fitofarmaka
16 0.8
3 Vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga
35 1.7
4 Makanan dan minuman
1130 55.5
5 Kosmetika
163 8.0
6 Lain-lain
651 32.0
Total 2037
100.0
Frekuensi iklan makanan dan minuman 55,5, jauh lebih tinggi dibandingkan iklan obat tanpa resep. Kondisi ini terjadi karena makanan dan
minuman relatif lebih aman dikonsumsi oleh anak-anak dibandingkan obat tanpa resep, karena biarpun obat tersebut diperuntukkan bagi anak-anak, tetapi bila
dikonsumsi tidak sesuai aturan maka obat tersebut bisa membahayakan. Obat tanpa resep memang sebaiknya hanya digunakan pada saat tubuh benar-benar
membutuhkan, karena penggunaan obat tanpa resep dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, misalnya parasetamol dapat
menyebabkan kerusakan sel darah, kerusakan hati, dan ginjal bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.
B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep