4. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat walaupun
seringkali mengalami kegagalan akan terus berusaha dengan meningkatkan motivasi belajarnya sehingga tidak akan mengalami
kegagalan untuk kesekian kalinya. Siswa yang memiliki motivasi tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut Imron, 1998:88: a tekun dalam
menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama; b ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa; c
tidak cepat puas dengan prestasi yang diperoleh; d menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar; e lebih suka
bekerja sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain; f tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin; g tidak mudah melepaskan apa yang
diyakini; h senang mencari dan memecahkan masalah.
D. Hasil Belajar
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan,
atau keadaan-keadaan sesaat seseorang, misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya Hilgard dan Bower dalam Purwanto, 1984:80.
Pengertian hasil belajar menurut Anni 2004:4 merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Sudjana 1990:22 merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Setelah itu dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa
tersebut mengalami aktivitas belajar. Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat
digolongkan menjadi dua yaitu Dimyati dan Mujiono, 1999:236-254: 1. Faktor internal
a. Sikap terhadap belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu,
yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan
kesempatan belajar tersebut.
b. Motivasi belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus
menerus. Agar siswa memiliki hasil belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
c. Konsentrasi belajar Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian
pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan
istirahat.
d. Mengolah bahan belajar Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk
menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi
bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh
ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika. Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan
tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran.
e. Menyimpan perolehan hasil belajar Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan
menyimpan isi pesan dan cara memperoleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang pendek
hasil belajar cepat dilupakan dan waktu yang lama hasil belajar tetap dimiliki siswa. Proses belajar terdiri dari proses penerimaan,
pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan
sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.
f. Menggali hasil belajar yang tersimpan Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan
pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau
mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman
lama untuk suatu unjuk hasil belajar.
g. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang
membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi
terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
h. Rasa percaya diri siswa Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui
bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil
menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
i. Intelegensi dan keberhasilan belajar Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan
untuk dapat bertindak terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila
siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
j. Kebiasaan belajar Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang
kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar,
bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar
tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin
membelajarkan diri.
k. Cita-cita siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
emansipasi siswa.
2. Faktor eksternal a. Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik
generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan
belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah.
Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: pembangunan hubungan baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian dan
memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat,
mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang tuawali siswa.
b. Prasarana dan sarana pembelajaran Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya sarana dan prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses
belajar dengan baik.
c. Kebijakan penilaian Penilaian adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga,
bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka
penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
d. Lingkungan sosial siswa di sekolah Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap
kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-
21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa
akan menjadi malas untuk belajar.
e. Kurikulum sekolah Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum.
Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh
suatu yayasan pendidikan dan disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi tujuan yang
akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi
guru, siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.
E. Mata Pelajaran Akuntansi