Menurut Hamzah 2010:138 pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaran tidak hanya dapat digunakan secara stand alone tetapi dapat pula
dimanfaatkan dalam suatu jaringan. Jaringan komputer computer network telah memungkinkan proses belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif, dan
lebih fleksibel. Pembelajar dapat melakukan proses belajar tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya jika ada fasilitas jaringan, pembelajar dapat
melakukan proses belajar di mana saja dan kapan saja. Kelebihan lain dari jaringan komputer sebagai media pendidikan atau
pembelajaran bahasa adalah adanya kemungkinan bagi peserta didik untuk melakukan interaksi dengan sesama pembelajar, dan dengan pengajar di luar
ruang kelas. Kemampuan interaktif ini mampu membuat proses belajar menjadi lebih efektif yang memberi kemungkinan kepada pengajar untuk memberikan
umpan balik terhadap proses dari hasil belajar peserta didik. Pemanfaatan komputer dapat digunakan secara bervariasi, pemebelajaran
dapat dilakukan secara penuh melalui komputer, namun dapat pula dikombinasikan dengan tatap muka yang telah menjadi bagaian dari proses
pembelajaran.
2.8 Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing BIPA
Permasalahan-permasalahan tentang pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing memberikan gambaran betapa penting upaya peningkatan
jumlah dan mutu pembelajaran bahasa Indonesia dalam persiapan memasuki global. Menurut Iskandarwassid 2011:266, diperlukan kebijakan nasional
tentang pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing. Kebijakan itu adalah, 1 menyangkut kurikulum, 2 bahan ajar, 3 tenaga pengajar, dan 4 sarana.
2.8.1 Kurikulum Kurikulum merupakan landasan berpijak dalam pelaksanaan
pengajaran bahasa Indonesia. Berbagai perkembangan telah terjadi dalam dunia pengajaran, baik dalam pendekatan, metode, teknik, bahan ajar
maupun perkembangan perilaku kehidupan masyarakat penutur Indonesia. Untuk itu diperlukan kurikulum mutakhir yang dapat menampung berbagai
perkembangan tersebut. Pada kenyataannya sampai saat ini belum ada kurikulum BIPA
yang bersifat standar. Selama ini penyelenggaraan pendidikan memiliki kebebasan untuk menyusun kurikulumnya sendiri.
2.8.2 Bahan Ajar Menurut Iskandarwassid 2011:271, ada dua jenis penggunaan
bahasa resmi dan penggunaan bahasa tak resmi. Bahan ajar yang lebih tepat ialah bahasa Indonesia sebagai satu keseluruhan berdasarkan konteks
penggunaannya yang ditunjukan untuk penguasaan dan kemampuan berbahasa Indonesia secara baik dengan tidak mengabaikan berbagai
ragam bahasa Indonesia yang hidup di masyarakat. Maryanto dalam Iskandarwassid 2011:271, mengemukakan
bahwa keruntutan topik dan sistematika tatabahasa sekaligus dalam suatu
bahan ajar amat diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat penguasaan bahasa Indonesia bagai pembelajar BIPA. Hal ini mengingat
keterbatasan waktu belajar mereka.
2.8.3 Tenaga Pengajar Bulletin Pengajaran
BIPA Volume I1
1999:1 dalam
Iskandarwassid 2011:272 , “ pokok permasalah BIPA adalah sumber daya
manusia SDM yang tidak terlatih. Kita belum memiliki tenaga pengajar BIPA yang memiliki kualifikasi karena program BIPA memang belum
menjadi salah satu program studi di LPTK. Pengajar-pengajar BIPA yang ada sekarang tidak pernah mengenal lelah untuk belajar dan mencoba
berbagai kiat pengajaran. Mereka itu seperti seorang bayi yang hendak belajar berjalan
– tidak pernah lelah untuk bangkit kembali setelah kaki mereka terpeleset ”.
2.8.4 Sarana Keberhasilan penguasaan bahasa Indonesia dalam proses belajar
terlihat dari hasil tes yang mereka jalani. Untuk mengetahui tingkat tingkat keberhasilan itu, diperlukan sarana uji kemahiran berbahasa. Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia UKBI sebagai salah satu sarana pengukur keberhasilan dalam belajar bahasa Indonesia. UKBI ini dapat
dijadikan standar evaluasi dalam bahan ajar BIPA.