6
2. Bagaimanakah sikap para suster yunior SSpS Provinsi Jawa pada saat melaksanakan bimbingan rohani?
3. Apakah para suster yunior SSpS Provinsi Jawa mempunyai kesetiaan dalam melaksanakan bimbingan rohani?
4. Sejauh mana para suster yunior SSpS Provinsi Jawa matang emosinya selama melaksanakan bimbingan rohani?
5. Seberapa besar peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior SSpS Provinsi Jawa?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat waktu yang terbatas dan penelitian yang dilakukan dapat mendalam penulis membatasi permasalahan pada “Peranan Bimbingan Rohani
Terhadap Kematangan Emosi Para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus SSpS Provinsi Jawa”.
D. Rumusan Masalah
Berdasar pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses bimbingan rohani dalam komunitas khususnya Kongregasi SSpS Provinsi Jawa?
2. Bagaimana proses kematangan emosi para suster yunior dalam komunitas khususnya Kongregasi SSpS Provinsi Jawa?
3. Seberapa besar peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi bagi para Suster Yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa?
7
E. Tujuan Penulisan
Dengan melihat beberapa rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini ialah:
1. Menguraikan proses bimbingan rohani dalam komunitas khususnya Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.
2. Memaparkan proses kematangan emosi dalam komunitas khususnya Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.
3. Untuk mengetahui seberapa besar peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para Suster Yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi para yunior Memberikan sumbangan berupa informasi, pengetahuan dan pemahaman
akan pentingnya mengupayakan bimbingan rohani dalam hidup religius yang dapat memberikan peranan terhadap kematangan emosi bagi para suster yunior.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mendorong para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa untuk membina diri dengan setia melaksanakan
bimbingan rohani untuk mencapai kematangan emosi. Dengan demikian dapat menjadi seorang suster misionaris Abdi Roh Kudus yang tangguh dalam tugas
perutusan yang dipercayakan Kongregasi. 2. Bagi Para PendampingPembimbing
Memberikan wawasan yang dapat membantu para pendampingpembimbing yunior dalam usaha memberikan bimbingan rohani kepada para suster yunior yang
berkaitan dengan kematangan rohani dan emosi.
8
3. Bagi Kongregasi SSpS Provinsi Jawa Semakin meneguhkan Kongregasi untuk terus berupaya memberikan
dukungan dan pembinaan kepada para pendampingpembimbing yunior untuk mengambil bagian dalam karya kongregasi.
4. Bagi penulis Menambah pemahaman akan pentingnya mengusahakan bimbingan rohani
dalam hidup religius yang berperan bagi kematangan emosi para suster yunior. 5. Bagi Ilmu Kateketik
Memberikan sumbangan berupa pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya peranan bimbingan rohani sebagai landasan utama dalam kematangan
emosi para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.
G. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan metode deskriptif analitis yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta
sifat populasi atau daerah tertentu Suryabrata, 1983: 75, sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat dalam membantu para suster yunior untuk mencapai
kematangan emosi.
H. Sistematika Penulisan
Supaya memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini.
BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
9
BAB II berisi Bimbingan Rohani dan Kematangan Emosi yang meliputi: tahap pembinaan religius, bimbingan rohani, kematangan emosi dan kerangka
berpikir. Tahap pembinaan religius terdiri dari: pembinaan postulant, pembinaan novisiat dan pembinaan yuniorat. Bimbingan rohani terdiri dari: pengertiaan
bimbingan rohani, faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan rohani dan dampak dari bimbingan rohani. Kematangan emosi terdiri dari: pengertian emosi,
kematangan emosi, faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, dampak dari kematangan emosi dan kedewasaan pribadi, dan kempat menerangkan
kerangka berpikir. BAB III mengenai Peranan Bimbingan Rohani terhadap Kematangan Emosi
Para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus SSpS Provinsi Jawa yang meliputi sejarah Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus dan metodologi penelitian.
Sejarah Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus yang meliputi identitas Kongregasi SSpS, spiritualitas dan kharisma Kongregasi SSpS. Metodologi penelitian yang
meliputi jenis penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian dan variabel penelitian. Tahap
berikutnya penulis akan mengkaji hasil penelitian dan membahas hasil penelitian. BAB IV Meningkatkan Peranan Bimbingan Rohani Terhadap Kematangan
Emosi Para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus SSpS Provinsi Jawa BAB V penulis ingin menegaskan kembali intisari dari skripsi ini dengan
memberikan usul dan saran.
10
BAB II BIMBINGAN ROHANI DAN KEMATANGAN EMOSI
Pada bab ini akan diuraikan tentang peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa. Bagian
pertama menerangkan dinamika pembinaan yuniorat. Bagian kedua membahas bimbingan rohani, yang terdiri dari: pengertian bimbingan rohani, faktor-faktor
yang mempengaruhi bimbingan rohani, dan dampak bimbingan rohani. Bagian ketiga menguraikan tentang kematangan emosi yang terdiri dari: pengertian emosi,
kematangan emosi, faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, dampak dari kematangan emosi, dan kedewasaan pribadi. Bagian keempat mengenai
kerangka pikir.
Para anggota muda Kongregasi SSpS Provinsi Jawa adalah kaum muda yang lahir dalam arus jaman globalisasi. Kaum muda ini banyak dipengaruhi oleh situasi
jaman dan berdampak pula dalam kehidupan bersama. Berhadapan dengan pembinaan hidup religius itu sendiri, Kongregasi SSpS juga berupaya untuk
memberikan pembinaan bagi para yuniornya. Karena pembinaan itu merupakan proses yang terjadi seumur hidup, maka pendampingan bagi para religius muda
perlu mendapat perhatian.
A. Tahap Pembinaan Religius
Setiap calon yang masuk dalam salah satu Lembaga Hidup Bakti tertentu harus memasuki melalui beberapa tahap pembinaan. Mereka ditempa dalam proses
pengenalan Kongregasi yang mereka masuki. Kongregasi SSpS yang termasuk