45
Konsekuensi menjadi seorang suster SSpS, ialah harus bersedia untuk berkarya di daerah misi ke mana saja diutus. Dalam perutusan misi harus berani mengorbankan
tanah air, bahasa ibu dan lingkungan kebudayaan. Kesediaan ini adalah ciri khas panggilan misioner sebagai SSpS Konst. SSpS. art. 104.
Kesediaan dalam perutusan misi menuntut suatu pengosongan diri, suatu kebebasan batin dari setiap suster yang diutus. Dengan pengosongan diri akan
membentuk dalam diri seorang misionaris sikap rela menerima, serta memungkinkan orang untuk menghargai kebudayaan lain. Dengan pengosongan
diri akan membuat seseorang SSpS matang emosinya, mampu mendengarkan dengan hati, memiliki empati dan peduli dengan lingkungannya, sehingga dapat
menyentuh hati umat di tempat para suster SSpS hidup di antara mereka. Suster SSpS mempunyai tugas yang utama yaitu mewartakan kabar
Gembira. Maka diharapkan dimana para suster diutus tetap menyadari bahwa mereka adalah suster-suster misi. Dengan demikian dimana mereka berada
senantiasa berusaha untuk membangkitkan dan memelihara tanggungjawab misioner bagi Gereja Universal Konst. art. 104. Pelayanan misioner dapat tumbuh
subur hanya dalam mengikuti Yesus dan dalam kelekatan dengan pribadi-Nya. Karena itu hanya terang dan kekuatan Roh Kuduslah yang menyanggupkan para
suster untuk melayani dalam karya penyelamatan Allah, dalam segala hal yang dikerjakan. Bentuk konkrit hidup mengikuti Yesus dalam Kongregasi SSpS
ditentukan oleh kaul keperawanan, kemurnian dan kemiskinan. Ketiga nasihat Injil itu mengungkapkan cinta kepada Kristus satu-satunya dan kepada
sesama.Pengabdian misioner para suster SSpS berdasarkan relasi Allah Tritunggal dicintai Bapa, diutus Putera dan dikuatkan oleh Roh Kudus Konst. SSpS. art. 122.
46
Sebagai Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus, SSpS juga mengharapkan setiap anggotanya memiliki jiwa misioner yang besar, supaya dapat menjadi misionaris
yang tangguh dizaman sekarang. Hal ini sangat penting bagi misionaris SSpS dimanapun mereka diutus. Untuk mencapai ini dibutuhkan pembinaan yang mampu
menciptakan kondisi bagi seseorang untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman dan matang emosinya seperti yang diharapkan oleh Tuhan maupun Kongregasi agar
mampu menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira yang tangguh dan berpijak pada nilai-nilai hidup yang diyakini.
B. Metodologi Penelitian
Pada bagian ini, penulis akan menguraikan desain metodologi penelitian, meliputi: jenis penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian,
responden penelitian, dan instrumen penelitian yang menggunakan Skala Likert serta pembahasan tentang variabel penelitian.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yangakan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan prinsip dasar penelitian ex post facto.
Riduwan 2010: 50 mengutip pendapat Sugiyono bahwa penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti atau mengkaji suatu kejadian
atau peristiwa yang telah ada dengan melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan yang dapat menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut. Logika dasarnya
sama dengan penelitian eksperimen, yaitu jika X maka Y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi terhadap variabel bebas. Moleong juga
menekankan kembali pemikiran Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian
47
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati Moleong,
1989: 3. Alasan penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif karena penelitian ini
menekankan kualitas dengan mementingkan proses daripada hasil penelitian.
2. Metode Penelitian
Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analistis dan metode penelitiannya adalah survei. Riduwan 2010: 49 mengutip pendapat
Kerlinger bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah sampel yang diambil dari
populasi tersebut.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di komunitas Kongregasi SSpS Provinsi Jawa. Adapun pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan bulan
Juli 2012- bulan Agustus 2012.
4. Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah seluruh yunior Kongregasi SSpS Provisi Jawa dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang respresentatif dari populasi Riduwan, 2010: 57. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling
dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik
48
sampling pertimbangan yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel
untuk tujuan tertentu Riduwan 2010: 63. Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian Riduwan 2010: 55. Populasi dalam penelitian ini adalah yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.
Jumlah populasi yaitu 43 orang. Penelitian ini adalah penelitian populasi, seluruh yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dapat diwujudkan dalam benda misalnya: angket, daftar cocok, dan lain-lain. Instrumen adalah alat bantu bagi
peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data Arikunto, 1990: 134. Untuk memperoleh data penelitian ini, penulis menggunakan instrumen
pengumpulan data tertutup dengan metode Skala Likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian seperti sikap,
pendapat dan persepsi sosial. Bentuk instrumen berupa pernyataan dan jawaban setiap item instrumen ini memiliki gradasi tertinggi sampai terendah yang
dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk checklist
Hasan, 2002: 72. Skala Likert ini biasanya menggunakan lima tingkatan. Dengan model ini responden diminta untuk membubuhkan tanda check
√ pada salah satu dari tiga kemungkinan jawaban yang tersedia Arikunto, 1990: 140-249.
Skala Likert dapat dilihat pada lampiran 1.
49
6. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun dalam tingkatan Hadi, 2004: 250. Variabel yang akan diteliti sehubungan
dengan peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa.
Tabel 1. Variabel Penelitian Proses Bimbingan Rohani No
Variabel yang Diungkap No. Item
Jumlah
1 2
3 4
1 Pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan
1 sd 10 10
2 Kepercayaan, relasi dan menghargai
pembimbing 11 sd 20
10
3 Suasana dalam melaksanakan bimbingan untuk
terbimbing 21 sd 30
10
4 Metode dalam bimbingan
31 sd 40 10
Jumlah Soal 40
Tabel 2. Variabel Penelitian Proses Kematangan Emosi No
Variabel yang Diungkap No. Item
Jumlah
1 2
3 4
1 Mengenali emosi diri
41 sd 46 6
2 Mengelola emosi
47 sd 52 6
3 Memotivasi diri
53 sd 58 6
4 Mengenali emosi orang lain
59 sd 64 6
5 Membina hubungan dengan orang lain
65 sd 70 6
Jumlah Soal 30
50
C. Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengumpulan data dengan Skala Likert penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh. Skala Likert dibagikan kepada
para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa yang berjumlah 43 orang. Dari 43 lembar Skala Likert yang dibagikan terdapat 1 yang tidak dikembalikan,
sehingga hanya ada 42 lembar Skala Likert yang terjawab dengan lengkap dan layak untuk dianalisis. Setelah data terkumpul penulis membuatnya dengan tabel
frekuensi relatif yang diperoleh dengan cara yang sederhana yaitu untuk mendapatkan jumlah prosentasi caranya: 100 dibagi dengan jumlah responden
N=42 dikalikan dengan hasil dari responden yang diperoleh yaitu F frekuensi.
1. Proses Bimbingan Rohani
a. Pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan
Tabel 3: Pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan N=42 No
Pernyataan Jumlah
Sll SR
KD
1 Saya melihat suara pembimbing
merupakan suara Tuhan 9
21,42 17
40,47 15
35,71 2
Saya dituntun untuk menemukan Tuhan dalam panggilan keseharian
24 57,14
18 42,85
3 Saya menemukan kehendak Tuhan
dalam pengalaman yang menyakitkan sekalipun
22 52,38
16 38,09
4 9,52
4 Kehendak Tuhan bagi saya yang masih
samar-samar menjadi jelas dalam bimbingan
4 9,52
27 64,28
11 26,19
5 Sebelum menemukan kehendak Tuhan
dalam pengalaman tertentu hati saya 14
33,33 16
38,09 12
28,57
51
belum tenteram 6
Saya bahagia misteri Tuhan yang tak terpahami dapat saya cerna dalam
bimbingan 12
28,57 17
40,47 12
28,57
7 Saya semakin mengagungkan Tuhan
setelah bimbingan rohani 16
38,09 20
47,61 6
14,28 8
Saya merasa kosong kalau tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam
karya saya yang sukses 8
19,04 16
38,09 17
40,47
9 Saya merasa sulit menemukan Tuhan
dalam pembimbing yang sulit mengampuni kesalahan saya
4 9,52
12 28,57
26 61,90
10 Ketika hidup rohani saya kering saya sulit menemukan kehadiran Tuhan
dalam hidup saya 8
19,04 15
35,71 19
45,23
Dari data di atas, responden menyatakan bahwa selalu dituntun untuk menemukan Tuhan dalam panggilan keseharian dengan jumlah 57,14. Responden
juga mengungkapkan sering merasakan bahwa kehendak Tuhan yang masih samar- samar menjadi jelas dalam bimbingan sebesar 64,28. Dan responden
mengungkapkan bahwa kadang-kadang merasa sulit menemukan Tuhan dalam pembimbing yang sulit mengampuni kesalahan dengan jumlah 61,90 .
b. Kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing
Tabel 4: Kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing N= 42 No
Pernyataan Jumlah
Sll SR
KD
11 Saya malas melakukan bimbingan karena pembimbing tidak menarik
2 4,76
6 14,28
34 80,95