13
pembangunan Gereja serta keselamatan dunia mereka dilengkapi dengan alasan baru dan khusus mengejar kesempurnaan cintakasih dalam pelayanan
Kerajaan Allah, dan sebagai tanda unggul dalam Gereja mewartakan kemuliaan surgawi.
Bertitik tolak dari kita Kitab Hukum Kanonik di atas, diharapkan suster yunior SSpS dapat menemukan dan merasakan suasana rohani dengan
meningkatkan kematangan emosinya dalam mempertanggungjawabkan terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Konstitusi SSpS tentang yuniorat menuliskan: Yuniorat berlangsung dari kaul pertama sampai kaul kekal.Selama waktu ini,
suster mengambil bagian dalam hidup dan perutusan Kongregasi. Selama tahun yuniorat para suster melanjutkan perkembangan dalam iman, kesediaan
untuk pengabdian misioner kesetiaan pada Kongregasi. Mereka diharapkan berkembang dalam tingkat kematangan manusiawi dan religius yang
memampukan mereka untuk mengambil keputusan dalam penyerahan diri kepada Kristus lewat kaul kekal Konst. SSpS. art. 528.
Pendampingan untuk para yunior tetap didampingi oleh pemimpin komunitas dan pembimbing khusus yunior serta diusahakan secara integral dan intensif untuk
membantu mereka dalam meningkatkan kematangan emosi dalam
bertanggungjawab sebagai anggota SSpS dan semakin siap melibatkan diri dalam tugas perutusan lainnya yang dipercayakan oleh Kongregasi. Pendampingan para
suster yunior hendaknya dilakukan dengan empati dan integral agar yunior mampu membina diri dan meleburkan dirinya serta menerima, menghayati kharisma dan
hidup kerohanian kongregasinya, sehingga semakin menjadi religius yang matang dan dewasa dalam melaksanakan tugas perutusannya dengan penuh dedikasi.
14
B. Bimbingan Rohani 1. Pengertian Bimbingan Rohani
Dewasa ini, istilah bimbingan rohani masih tetap digunakan meskipun zaman terus berkembang dan mengalami kemajuan yang cepat, sebab bimbingan rohani itu
sendiri digunakan untuk menunjukkan isi dari sebuah pengalaman hidup manusia dalam menghayati hubungan dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta.
Penghayatan tersebut merupakan sebuah usaha menuju pada sebuah kepenuhan hidup.
Dalam konteks bimbingan rohani dalam Gereja, kerohanian Kristiani selalu berkaitan erat dengan peranan Roh Kudus. Roh Kudus hadir dalam setiap diri orang
kristiani. Maka setiap orang kristiani diharapkan mengikuti bimbingan Roh Kudus dalam dirinya. Ia diharapkan semakin mampu berelasi dengan Allah. Bimbingan
rohani merupakan sarana yang memungkinkan agar orang semakin memperdalam relasinya dengan Allah dalam Roh Kudus Darminta, 2006: 33.
Bimbingan rohani merupakan usaha untuk menyadari dan menghayati bimbingan roh dalam hidup seseorang. Usaha tersebut akan tampak ketika
seseorang mencari pribadi lain yang dimintai bantuan untuk membimbingnya dalam mengikuti bimbingan Roh dalam hidupnya Darminta, 2006: 16.
Dengan demikian, bimbingan rohani merupakan usaha untuk menumbuhkan hidup iman, sebab dasarnya hidup merupakan penyerahan diri secara penuh pada
Allah. Adapun arah bimbingan rohani adalah hidup sesuai dengan bimbingan Roh dalam menghayati hidup panggilan sehari-hari. Istilah bimbingan rohani juga
biasanya merupakan suatu usaha untuk menghayati hidup sesuai dengan bimbingan Roh Kudus.
15
Proses menyadari bimbingan Roh tersebut dapat terjadi dengan mendengarkan panggilan Allah secara konkret. Proses ini sedikit demi sedikit
memberikan sebuah jawaban atas panggilan untuk melakukan suatu tindakan atau tingkah laku yang konkret. Bimbingan rohani lebih mengarah pada usaha untuk
memahami bagaimana bimbingan Roh bekerja dalam diri seseorang dan bagaimana bimbingan Roh itu hidup dalam diri orang tersebut Darminta, 2006: 17.
Banyak orang yang mendalami hidup rohani mencoba merumuskan pengertian bimbingan rohani. Beberapa rumusan akan dikemukakan di bawah ini
antara lain: Menurut St. Ignatius Loyola 1993: 215, seperti yang diungkapkan oleh
Darminta, SJ., dalam bukunya Latihan Rohani, merumuskan bimbingan rohani sebagai berikut: “Bimbingan rohani merupakan usaha untuk membantu sesama
masuk dalam pengalaman rohani yaitu pengalaman akan anugerah rahmat dalam peristiwa hidup konkret. Fokus bimbingan rohani adalah mengalami kehadiran
Allah dalam segala peristiwa hidup yang tidak lain dan tidak bukan menyadari secara mendalam arah hidup sesuai dengan kehadiran Allah yang dinamis.
Bimbingan rohani bergerak dalam hidup manusia seutuhnya, pikiran, kecenderungan, perasaan dan emosi, peristiwa hidup dalam menjawab kehadiran
Allah. Bimbingan rohani merupakan usaha untuk mengarahkan hidup konkret dan aktual sesuai dengan orientasi hidup kristiani yaitu kesempurnaan”.
Menurut Frans Harjawiyata 1993: 138-141 bimbingan rohani adalah hubungan antara seorang Bapa rohani guru, pembimbing yang berilmu dan
berpengalaman dalam hidup rohani dan seorang murid yang ingin memanfaatkan ilmu dan pengalaman guru tersebut. Dalam hal ini pembimbing bertindak sebagai
16
alat Roh Kudus. Inisiatif biasanya datang dari pihak murid. Karena dorongan Roh Kudus, ia mencari seorang bapa rohani untuk minta bimbingan.
Menurut Barry dan Connoly 1982: 8 bimbingan rohani adalah bantuan yang diberikan oleh sesama orang beriman kristiani pada yang lain agar ia
memperhatikan komunikasi pribadi dengan Tuhan, dan menjawab secara pribadi, menumbuhkan kedekatan relasi dengan Tuhan serta menghayati konsekuensi-
konsekuensi dari relasi dengan Tuhan tersebut. Ketiga rumusan di atas mempunyai unsur-unsur yang sama yaitu segi
pelayanan, pembimbing, orang yang dibimbing, hubungan, proses dan tujuan bimbingan. Dari ketiga pendapat di atas dapat dikatakan bimbingan rohani adalah
hubungan antara seorang pembimbing dengan orang yang dibimbing dalam rangka pelayanan pastoral agar orang yang dibimbing berkembang menuju kedewasaan
hidup rohani. Dengan melakukan bimbingan rohani diharapkan seseorang dapat juga menyadari dan mengalami bahwa Allah hadir dalam peristiwa hidup sehari-
hari. Sebagai seorang religius bimbingan rohani merupakan suatu hal yang tidak asing, karena setiap pribadi pasti punya dan pernah melakukan bimbingan rohani.
Dalam melakukan bimbingan rohani tersebut juga diharapkan bahwa seorang religius dapat menghayati hidup panggilan dan membentuk emosinya baik dalam
hidup bersama, hidup rohani, kerasulan, maupun dalam hidup berkaul.
2. Faktor yang Mempengaruhi Bimbingan Rohani
Perlu disadari bahwa keberhasilan dalam bimbingan rohani sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu Tuhan, terbimbing dan pembimbing, metode pendekatan
serta beberapa hal lain yang mendukung keberhasilan dalam bimbingan rohani, seperti halnya: relasi antara terbimbing dan pembimbing berperanan penting bagi
17
relasi terbimbing dengan Tuhan demikian juga sebaliknya, serta lingkungan yang kondusif Barry dan Connoly, 1982: 31. Beberapa faktor yang mempengaruhi
bimbingan rohani akan diuraikan di bawah ini:
a. Pembimbing Rohani
1 Pengertian Pembimbing Rohani
Pembimbing Rohani adalah orang yang mendampingi orang yang dibimbing dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup rohaninya. Ia menghantar dan
membantu orang tersebut agar semakin mampu berelasi dengan Allah. Tugasnya adalah menciptakan kemungkinan dan situasi agar relasi tersebut berjalan lancar
Darminta, 2006: 17-18. Seorang pembimbing rohani harus memenuhi syarat tertentu agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Secara khusus, pembimbing rohani para suster yunior harus sesuai dengan kebutuhan para suster yunior.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi menyangkut aspek spiritualitas, kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pembimbing rohani.
Menurut Darminta 2006: 68-71, ada beberapa aspek spiritualitas pembimbing rohani, yaitu:
a Relasi pribadi dengan Yesus Kristus
Pembimbing rohani harus mempunyai relasi dengan Yesus Kristus dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempunyai relasi dengan Yesus Kristus, hidupnya
juga akan berpusat kepada Allah. Dengan demikian seorang pembimbing diharapkan dapat menjadi penopang orang yang dibimbing dan tetap mampu
memusatkan hidupnya kepada Allah.
18
b Hidup dalam bimbingan Roh
Pembimbing harus menyadari bahwa pembimbing utama adalah Roh Kudus. Pembimbing adalah “alat” Roh Kudus dalam mendampingi orang yang dibimbing.
Jelas seorang pembimbing rohani haruslah seorang yang cukup mempunyai pengalaman dalam penghayatan konkrit iman, dekat bergaul dengan Allah, kenal
dengan gerakan Roh dan seorang pendoa sejati. Untuk itu pembimbing rohani perlu mengadakan pembedaan roh atau discernment untuk melihat dorongan dalam
proses bimbingan rohani. c
Pribadi yang beriman dewasa Seorang pembimbing rohani haruslah orang yang mempunyai iman yang kuat
dan dalam. Artinya, ia mampu mengambil tindakan berdasarkan pertimbangan imannya, ia mampu menyerahkan diri dan memercayakan diri kepada Allah,
sekaligus mampu menyerahkan dan memercayakan orang yang dibimbingnya kepada bimbingan Roh. Dia menjadi orang yang diharapkan mempermudah
pertemuan orang yang dibimbing dengan Allah dalam hidupnya yang konkrit sehari-hari.
d Bersemangat mendalami dan menghidupi firman Allah dalam Kitab Suci
Seorang pembimbing rohani dapat mengetahui kehendak Allah, jika ia setia merenungkan firman dalam Kitab Suci. Sabda itu juga merupakan sumber inspirasi
dan kekuatan baginya untuk mendampingi orang yang dibimbingnya. e
Bersemangat doa Seorang pembimbing rohani adalah seorang pendoa. Artinya, ia adalah orang
yang bergaul akrab dengan Allah, kenal akan gerakan-gerakan roh, mempunyai pengalaman dan penegasan rohani. Lebih lanjut dapat dikatakan dia akrab dengan
19
hidup manusia, penuh pengertian dan pemahamam atas lika-liku dan kesukaran dalam hidup rohani.
Beberapa aspek spiritualitas di atas sangat penting dan merupakan dasar dalam bimbingan rohani. Keberhasilan bimbingan rohani sangat ditentukan oleh
keadaan spiritualitas pembimbing. Bimbingan rohani hanya dapat berlangsung dengan baik kalau pembimbing mempunyai kepercayaan yang kuat kepada
penyelenggaraan Allah. Spiritualitas pembimbing akan tampak dalam proses bimbingan rohani, apakah pembimbing mengandalkan Allah atau mengandalkan
dirinya.
2 Kepribadian Pembimbing Rohani
Kepribadian adalah sifat-sifat, sikap-sikap yang tercermin dalam tindak- tanduk seseorang. Seorang pembimbing rohani diharapkan mempunyai kepribadian
yang sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pembimbing rohani. Aspek ini juga menentukan keberhasilan bimbingan rohani. Beberapa aspek kepribadian
pembimbing rohani yang diharapkan adalah: a
Pribadi yang dewasa Seorang disebut dewasa bila mencapai kematangan rohani dan emosinya.
Menurut Mardi Prasetya 1992: 100-104, pribadi yang dewasa adalah: ia mampu menerima kenyataan, menerima dan menghayati apa yang bernilai, mengarahkan
daya-daya hidupnya untuk menghayati nilai-nilai yang dipeluk dan diwartakan dalam hidup, tidak cenderung mengurbankan nilai dan prinsip demi suatu
pragmatisme, memiliki cinta yang tidak egois dan bersikap realistis, mampu mempercayai orang lain dan memiliki kepercayaan serta keyakinan pada diri