Pembahasan Hasil Penelitian Peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa.

64 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan dalam memberikan bimbingan dibutuhkan beberapa metode yang mendukung dan menarik agar para responden senang melaksanakan bimbingan. Metode yang dipakai untuk bimbingan haruslah yang relevan dan sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh responden.

2. Proses Kematangan emosi a. Penilaian, pengenalan dan percaya diri

Berikut ini akan dipaparkan pembahasan proses kematangan emosi para suster yunior mengenai penilaian, pengenalan dan percaya diri: Pada tabel 7 , responden lebih suka mengungkapkan diri apa adanya, responden menjawab selalu 25 59,52, sehingga responden mudah mengepresikan perasaannya kepada siapa saja 17 40,47, dari pernyataan tersebut responden adalah pribadi yang terbuka, mampu mengenal diri, serta orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif, responden juga mengungkapkan apabila marah responden kadang-kadang cenderung bereaksi diam, mengurung diri 34 80,95, hal ini berkaitan dengan jawaban item no. 44 dan 45. Jawaban ini ingin menyatakan bahwa dalam proses kematangan emosi dibutuhkan penilaian, pengenalan dan kepercayaan diri yang positif sehingga responden mampu melihat dan memberi nama pada setiap reaksi yang muncul. Responden juga mengungkapkan kadang-kadang mudah terpancing apabila ada sesama yang menggoda 2764,28. Jawaban ini menunjukkan bahwa responden adalah orang yang mampu menilai, mengenal diri sendiri serta memiliki kepercayaan diri. 65

b. Pengelolaan emosi

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengelolaan emosi. Melalui jawaban responden maka akan diketahui apakah responden mampu mengelola emosinya. Berkaitan dengan pengelolaan emosi, pada pernyataan saya gelisah kalau mempunyai masalah yang belum terselesaikan 17 responden menjawab selalu 40,47. Dari hasil jawaban responden ini dapat diketahui bahwa pengelolaan emosi yang baik dapat membantu responden untuk hidup bahagia, oleh karena itu responden segara mencari solusi bila ketika ada masalah 26 61,90. Pada tabel 8, item no. 49 rata-rata 36 85,71 responden menyatakan kadang-kadang bahwa mudah tersinggung kalau pendapatnya tidak dihargai. Hal ini membuktikan bahwa responden mampu mengelola emosinya. Dengan memiliki kemampuan mengelola emosi maka responden selalu senang karena mampu mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya 28 66,66. Jawaban responden ini berkaitan dengan item no. 51 dan 52, yaitu responden sering berusaha tidak berkecil hati apabila ada sesesama yang mengejeknya 17 40,47, serta responden sering menerima emosi apa adanya 19 45,23.

c. Motivasi Diri

Dari data di atas, diperoleh gambaran mengenai aspek motivasi diri sebagai berikut: Pada tabel 9, responden menyatakan selalu tertarik dengan hal-hal baru ada 25 orang 59,52. Ini membuktikan bahwa responden memiliki motivasi diri untuk berkembang. Jawaban ini ada hubungannya dengan item no. 58 yaitu, responden adalah orang yang sering mengambil inisiatif 24 orang 57,14. 66 Pada item no. 53 mengungkapkan bahwa kalau diberi tanggung jawab saya takut gagal. Dari pernyataan di atas 33 responden menjawab kadang-kadang 78,57, meskipun kadang-kadang takut gagal dalam menjalankan tugas tetapi responden selalu berusaha untuk mensyukuri setiap peristiwa yang dialami 30 71,42, dan melihat kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda 19 45,23. Responden sering berusaha menjalankan tugas pada waktunya 1945,23. Ini membuktikan bahwa responden adalah orang yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk maju dan berkembang.

d. Pengenalan Emosi

Pada bagian ini akan membahas mengenai pengenalan emosi. Dari hasil jawaban yang responden berikan akan diketahui sejauh mana meraka mengenal emosi diri sendiri dan sesama. Berkaitan dengan pengenalan emosi, pada pernyataan saya lebih suka berpikir positif tentang orang lain, 16 38,09 responden menjawab selalu dan dan 19 45,23 responden menyatakan sering. Ini menunjukkan responden mengenal emosi dan mudah memahami perasaan orang lain, sehingga kadang-kadang responden sensitif terhadap perasaan teman waktu memberikan evaluasi 24 57,14. Dalam tabel 10 di item no. 61 Saya menyediakan diri untuk mendengarkan sesama yang mempunyai masalah, 22 52,38 responden dengan yakin menjawab selalu dan 17 40,47 responden menjawab sering pada pernyataan ini. Dalam hal ini responden sungguh-sungguh menjadi seorang yang mampu mendengarkan dengan hati. Tetapi responden juga mengungkapkan kadang-kadang merasa bosan mendengar sharing sesama yang tidak ada ujungnya 28 66,66. 67 Pada item no. 63 menyatakan saya mudah terharu oleh perasaan orang lain. Sebagian besar 15 35,17 responden menjawab sering dan 14 33,33 responden menyatakan selalu, responden juga mengungkapkan bahwa kadang- kadang temannya marah kalau responden memotong pembicaraannya 30 71,42.

e. Membina Hubungan

Dari data di atas, diperoleh gambaran mengenai gambaran membina hubungan sebagai berikut: Berkaitan dengan membina hubungan pada pernyataan saya sulit untuk menyakinkan pendapat saya kalau dikritik. 31 73,80 responden menjawab kadang-kadang dan 10 23,80 responden menjawab selalu, ini menunjukkan bahwa responden mampu membina hubungan dengan orang lain. Hal ini berkaitan dengan jawaban item no. 66 yaitu bahwa saya adalah pribadi yang menyenangkan 25 59,52. Pada item no. 67 menyatakan supaya di sukai saya melakukan apa saja yang diinginkan oleh teman. Sebesar 35 83,33 responden menjawab kadang-kadang dan 5 11,90 responden menjawab sering pada pernyataan ini. Melalui hasil jawaban responden ini dapat diketahui bahwa responden mampu menjalin hubungan yang baik dengan sesama. Hal ini dikuatkan dengan jawaban responden pada item no. 68 dan 69, yaitu responden senang dengan sesama yang saling mendengarkan satu dengan lainnya 29 69,04, dan responden terbuka dengan sessama yang dekat dengannya 29 69,04. Berdasarkan tabel 11 responden menjawab kadang-kadang sulit untuk menyimpan rahasia sesamanya 4197,61. Dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa responden mampu menjalin relasi dan membina hubungan 68 dengan baik dengan sesama namun juga ada yang belum, hal ini karena tingkat kematangan emosi dari masing-masing responden tidak sama banyak faktor yang mempengaruhinya yang sudah dibahas mengenai faktor yang mempengaruhi kematangan emosi di atas. Namun banyak juga yang sudah matang emosinya sehingga mampu membina hubungan dengan orang lain. 3. Rerata Proses Bimbingan Rohani terhadap Proses Kematangan Emosi para Suster Yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus SSpS Provinsi Jawa Untuk mendapatkan rerata bimbingan rohani terhadap proses kematangan emosi para suster yunior Kongregasi SSpS Provinsi Jawa, penulis membuatnya dengan tabel Rerata yaitu yang diperoleh dengan cara yang sederhana yaitu untuk mendapatkan jumlah prosentasinya caranya: 100 dibagi dengan jumlah seluruh nilai dalam item dikalikan dengan jumlah hasil responden yang diperoleh dalam seluruh item yaitu R rerata. Pada umumnya, rerata dapat digunakan bila data memiliki tingkat pengukuran interval atau rasio. Tabel 12: Rerata Sub-sub Variabel Proses Bimbingan Rohani dan Sub-sub Variabel Proses Kematangan Emosi para Suster Yunior Kongrgasi Misi Abdi Roh Kudus SSpS N=42 No Variabel Rerata dalam Sll SR KD I Proses Bimbingan Rohani 1 Pengetahuan dan Pengenalan akan Tuhan 10 item 29 42 29 2 Kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing 10 item 17 28 55 69 3 Suasana dalam melaksanakan bimbingan 10 item 34 35 31 4 Metode dalam bimbingan 10 item 17 30 53 II Proses Kematangan Emosi 1 Penilaian, pengenalan, dan percaya diri 6 item 31 31 37 2 Pengelolaan emosi 6 item 40 30 27 3 Motivasi diri 6 item 42 36 22 4 Pengenalan emosi 6 item 25 33 41 5 Membina hubungan 6 item 25 28 46 Data di atas menunjukkan bahwa proses bimbingan rohani yang telah dijalankan oleh para suster yunior SSpS mempunyai peranan terhadap proses kematangan emosi, khususnya dalam sub variabel penilaian, pengenalan, percaya diri sebesar 31, sub variabel pengelolaan emosi sebesar 40, dan sub variabel memotivasi diri sebesar 42. Berdasarkan pada hasil penelitian terlihat bahwa bimbingan rohani mempunyai peranan yang cukup besar terhadap kematangan emosi para suster yunior SSpS. Jika dilihat dari masing-masing sub variabel diperoleh data sebagai berikut: responden sering menemukan Tuhan dalam panggilan keseharian dan merasakan bahwa kehendak Tuhan yang masih samar-samar menjadi jelas dalam bimbingan sebesar 42. Dari jawaban responden di atas mengenai pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan sangatlah jelas bahwa dengan sering melaksanakan bimbingan rohani secara rutin, mereka mempunyai gambaran yang jelas mengenai keberadaan Tuhan bagi hidup rohani, kaul, karya dan hidup berkomunitas. Dengan memiliki pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan yang baik akan membawa 70 dampak yang baik juga yaitu responden selalu mampu menilai, mengenal emosi yang ada di dalam dirinya sebesar 31. Pada sub variabel ke dua dari proses bimbingan rohani yaitu aspek kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing diperoleh gambaran yang jelas sebagian besar responden menjawab kadang-kadang sebesar 55, responden kadang-kadang malas melakukan bimbingan karena pembimbing tidak menarik, responden takut bimbingan karena pembimbing terlalu kritis, dan takut menceritakan semua masalah kepada pembimbing. Hal ini membuktikan bahwa dalam proses bimbingan rohani dibutuhkan adanya sikap saling percaya, relasi yang baik dan penghargaan kepada pembimbing, dengan adanya kepercayaan, relasi yang baik dan penghargaan pada pembimbing maka proses bimbingan akan berjalan lancar dan responden mampu untuk mengelola emosinya. Dalam bimbingan rohani apabila tidak ada sikap saling percaya, relasi yang baik dan penghargaan kepada pembimbing, maka respondenpun tidak akan selalu mampu mengelola emosi yang sedang bergejolak dalam hatinya sebesar 40 serta tidak selalu bisa memotivasi diri untuk berkembang dalam hidup rohani dan emosi sebesar 42. Pada sub variabel proses bimbingan rohani dari aspek suasana dalam melaksanakan bimbingan responden menjawab sering sebesar 35. Dengan adanya suasana yang baik dalam proses bimbingan akan memampukan responden sering berproses dalam pengenalan emosi-emosi yang ada di dalam dirinya sebesar 33. Dengan mampu mengenali setiap emosi yang muncul dan memberi nama membuat responden semakin peka akan kebutuhan sesamanya. Pada sub variabel proses bimbingan rohani aspek metode dalam bimbingan, hasil rerata dalam responden menjawab kadang-kadang sebesar 33. Pernyataan 71 ini mau menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam bimbingan rohani merupakan salah satu faktor yang juga menentukan lancar dan tidaknya suatu bimbingan. Metode yang cocok dan pas sangat diperlukan dalam bimbingan, agar orang yang dibimbing mengalami kenyamanan karena sesuai dengan situasi yang dihadapi terlebih bagi para yunior yang mempunyai berbagai macam kebutuhan dan permasalahan, apabila metode bimbingan tidak diperhatikan hal tersebut akan mempengaruhi proses dalam bimbingan rohani yaitu akan membuat yunior jenuh, malas, dan merasa enggan untuk melaksanakan bimbingan karena metodenya hanya itu-itu saja dan ini juga akan mempengaruhi hubungan dengan pembimbing sebesar 46.

E. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh lewat Skala Likert, dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani mempunyai peranan terhadap kematangan emosi para suster yunior SSpS Provinsi Jawa. Semakin orang setia melaksanakan bimbingan rohani semakin ia matang dalam emosinya. Selain bimbingan rohani, kematangan emosi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu: situasi dalam bimbingan, kepribadian dan kondisi pembimbing dan yang dibimbing, serta metode dalam bimbingan. Bimbingan rohani yang diberikan oleh Piko dan pendamping yunior kepada para suster yunior SSpS Provinsi Jawa yang dilaksanakan setiap bulan bukanlah bimbingan yang satu kali jadi tetapi merupakan suatu proses pembinaan iman dan pengolahan diri yang terjadi seumur hidup. Untuk itu dibutuhkan kesabaran, ketekunan dan keterbukan serta kepercayaan dari pihak yang membimbing dan yang terbimbing. 72

F. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan dan mengalami tantangan sebagai berikut: 1. Peneliti memiliki keterbatasan waktu dan tenaga sehingga tidak dapat mengawasi responden saat mengisi Skala Likert. 2. Peneliti memiliki keterbatasan dalam pembuatan intrumen Skala Likert sehingga tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. 3. Peneliti memiliki keterbatasan akan pengetahuan dan kemampuan dalam membuat pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Skala Likert, sehingga pernyataan tersebut belum penuh mewakili variabel yang diungkap. 4. Peneliti mempunyai keterbatasan dalam memperoleh buku-buku yang dapat mendukung penelitian ini. 5. Peneliti mengalami tantangan dari diri sendiri maupun dari luar diri dalam pengolahan data dan penyusunan skripsi. 6. Peneliti mengalami tantangan dalam mencari waktu untuk menyusun skripsi. 73

BAB IV USUHA MENINGKATKAN PERANAN BIMBINGAN ROHANI

TERHADAP KEMATANGAN EMOSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI MISI ABDI ROH KUDUS SSpS PROVINSI JAWA Kongregasi SSpS dalam formasi religius mempunyai alternatif pembinaan pendekatan bagi para suster yunior. Salah satunya adalah mengembangkan dan menggali Kharisma dan Spiritualitas pendiri Kongregasi, sebagai upaya untuk membantu setiap suster khususnya yunior SSpS dalam mencapai kematangan emosi. Meskipun hal ini sudah diupayakan, tetapi mungkin belum banyak dalam membantu para suster yunior untuk berproses mencapai kematangan emosi.

A. Peranan Bimbingan Rohani terhadap Kematangan Emosi Para Suster

Yunior Kongrgasi Misi Abdi Roh Kudus SSpS Provinsi Jawa Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa para yunior dalam mengikuti bimbingan rohani untuk mencapai kematangan rohani dan emosi yang selama ini dilaksanakan dengan pemimpin komunitas maupun bersama pendamping yunior tidaklah merasa mudah. Pada uraian itu terungkap bahwa para suster yunior mempunyai masalah dan kebutuhan, khususnya dalam proses bimbingan rohani, para suster yunior membutuhkan bimbingan dan pendampingan. Persoalan yang dihadapi adalah tidak semua pemimpin komunitas atau pendamping yunior berpotensi sebagai pendamping yang berkompeten, dimana mereka sungguh mampu mendampingi para yunior sampai dapat mengambil keputusan yang berhubungan dengan hidup kaul, hidup rohani, hidup bersama dan kerasulan. 74 Masalah yang dihadapi oleh Kongregasi SSpS Provinsi Jawa saat ini adalah kurangnya tenaga pendampingformator khususnya dalam mendampingi para suster yunior yang semakin banyak jumlah dan beraneka ragam latar belakang. Dalam situasi seperti ini, tidak jarang para yunior kurang mendapat bimbingan, dukungan dari pendamping dalam menghayati panggilannya, padahal mereka masih sangat membutuhkan. Para pemimpin komunitas dan pendamping yunior perlu diajak kembali untuk berefleksi diri guna melihat kembali proses dalam mereka melaksanakan bimbingan rohani yang diberikan kepada para suster yunior. Banyak hal perlu dibenahi oleh para pemimpin komunitas dan pendamping yunior dalam melaksanakan bimbingan rohani untuk mencapai kematangan rohani maupun emosi antara lain memiliki spiritualitas, teladan, pengetahuan, metode, ketrampilan dan pendekatan sehingga para yunior semakin berminat dan tertarik dalam mengikuti bimbingan rohani. Bimbingan rohani tidak dirasakan sebagai kewajiban atau paksaan melainkan sesuatu kebutuhan yang dirindukan dan dirasakan bermanfaat untuk berkembangan hidup kaul, hidup rohani, hidup bersama dan kerasulan.

B. Usaha Meningkatkan Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani

1. Latar Belakang Usaha Meningkatkan Proses Pelaksanaan Bimbingan

Rohani Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa bimbingan rohani mempunyai peranan terhadap kematangan emosi para suster yunior SSpS Provinsi Jawa. Hubungan ini ditunjukkan dengan mencari rerata dari masing-masing sub variabel bahwa ada hubungan yang positif berperanan antara proses bimbingan rohani dan proses kematangan emosi. Berdasarkan penelitian ditemukan juga data yang paling 75 rendah, yaitu data sub variabel kepercayaan, relasi dan menghargai pembimbing dalam proses bimbingan rohani sebesar 17 dan sub variabel metode dalam bimbingan sebesar 17. Sub variabel inilah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam meningkatkan pelaksanaan bimbingan rohani bagi para suster yunior SSpS Provinsi Jawa. Berdasarkan hasil Skala Likert yang diisi oleh responden, tampak bahwa sebagian besar responden kadang-kadang malas melakukan bimbingan karena pembimbing tidak menarik sebesar 80,95, responden terkadang juga enggan untuk bimbingan karena pembimbing membesar-besarkan kesalahan sebesar 71,42, responden juga mengungkapkan kadang-kadang dalam bimbingan merasa takut karena pembimbing terlalu kritis, responden juga sering mengungkapkan bahwa lebih berminat bimbingan karena pembimbingnya kompeten sebesar 45,23, dan kadang-kadang kecewa karena proses bimbingannya tidak terarah sebesar 78,57. Seorang yunior SSpS Provinsi Jawa yang dalam kenyataannya tinggal disebuah komunitas juga menjadi tanggungjawab dari pemimpin komunitas dari komunitas itu, dan sebagai seorang yunior ia wajib melaksanakan wawanhati atau bimbingan rohani dengan pemimpin komunitas yang bersangkutan. Sering terjadi adalah tidak semua pemimpin komunitas bisa menjadi pembimbing rohani yang kompeten bagi yunior tersebut, tetapi malah menghambat proses perkembangan yunior itu. Hal ini dikarenakan tidak semua pemimpin komunitas dipersiapkan untuk menjadi seorang pembimbing rohani. Oleh karena itu sangat disayangkan kalau pemimpin komunitas tidak bisa menjadi pembimbing yang baik bagi para suster yunior, padahal yunior tersebut masih membutuhkan pendampingan dan bimbingan. 76 Bimbingan rohani merupakan sebuah sarana yang digunakan oleh Kongregasi SSpS untuk para suster yunior dalam menumbuhkembangkan kematangan rohani dan emosi sebagai seseorang yang secara khusus dipanggil Allah untuk menjadi perpanjangan dan penyalur cinta kasih-Nya. Untuk itulah bimbingan rohani menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu dilakukan. Selain penting dan perlu bimbingan rohani juga sangat bermanfaat bagi perkembangan hidup bersama dengan sesama suster dan orang lain. Untuk membantu para suster yunior mencapai kematangan rohani dan emosi tidak cukup hanya dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan, tetapi lebih-lebih dengan pandangan dan sikap yang dapat dikembangkan. Melihat kenyataan tersebut, penulis mengusulkan hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan rohani para suster yunior. Diperlukan pembaharuan diri terus- menerus bagi para pemimpin komunitas dan pendamping yunior khususnya dalam memberikan bimbingan rohani. Dengan pembaharuan diri terus-menerus diharapkan para pemimpin komunitas dan pendamping yunior dapat membantu, mendampingi, membimbing atau mengarahkan, mendukung, menghibur, dan sebagai penghantar orang untuk bergaul dan berwawancara dengan Allah, menjadi sahabat serta teman seperjalanan bagi para suster yunior menuju kematangan rohani dan emosi. Di bawah ini akan dikemukakan profil pembimbing rohani yang baik.

2. Profil Pembimbing Rohani

Pembimbing rohani adalah orang yang mendampingi orang yang dibimbing dalam pertumbuhan dan perkembangan rohaninya. Ia menghantar dan membantu orang tersebut agar semakin mampu berelasi dengan Tuhan. Pembimbing tidak mewakili Roh Kudus, tetapi pembimbing berusaha mendidik orang yang

Dokumen yang terkait

Peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.

0 4 140

Komunikasi efektif antar pribadi untuk membangun semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas para Suster Tarekat Misi Abdi Roh Kudus di Komunitas Roh Suci Yogyakarta.

0 33 135

Peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 189

Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi.

1 11 224

Persepsi para suster yunior kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus di Provinsi Indonesia tahun 2007-2008 tentang relasinya dengan lawan jenis - USD Repository

0 0 90

Peranan ekaristi dalam meningkatkan hidup rohani bagi para Suster PRR di wilayah Jawa - USD Repository

0 0 139

Kematangan emosi tiga suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) yang sedang menjalani studi tahun 2009/2010 - USD Repository

0 0 103

Makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef Provinsi Indonesia tahun 2011 - USD Repository

0 0 179

Peranan bimbingan rohani terhadap kematangan emosi para suster yunior Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) Provinsi Jawa - USD Repository

0 1 111

Pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar - USD Repository

0 0 137