0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14
20 00
M3 20
00 M
7 20
00 M1
1 20
01 M3
20 01M
7 20
01 M
11 20
02 M
3 20
02 M7
20 02
M 11
20 03
M3 20
03 M
7 20
03 M
11 20
04 M3
20 04
M 7
20 04
M 11
20 05
M3 20
05 M7
aktu Ni
la i P
an d
in
W e
rb g
an
vtkdvtatm vtkkvtatm
Sumber: Bank Indonesia 2006
a
diolah
Gambar 5.2. Perkembangan Perbandingan Volume Transaksi APMK di Indonesia
Maret 2000 – Agustus 2005
5.2.2. Pengaruh Variabel-Variabel Makroekonomi
Variabel makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan GDP, elastisitas dari nilai tukar, inflasi, dan suku bunga SBI 30 hari.
Hasil estimasi pada Tabel 5.4, menunjukkan gejala yang cukup menarik dari pengaruh variabel makroekonomi terhadap permintaan uang di Indonesia. Dengan
taraf nyata sebesar 10 persen, hanya pendapatan nasional saja yang merupakan indikator yang mempengaruhi permintaan uang M1 riil dan uang tunai riil. Dalam
jangka panjang indikator makroekonomi yang mempengaruhi permintaan uang M1 adalah pendapatan nasional, SBI, serta inflasi. Sedangkan indikator
makroekonomi yang mempengaruhi pemintaan uang tunai hanya pendapatan nasional saja.
Pendapatan nasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang M1 dan uang tunai. Peningkatan 1 persen GDP akan meningkatkan
permintaan uang M1 riil sebesar 1,05 persen. Sedangkan peningkatan 1 persen GDP akan meningkatkan permintaan uang tunai riil sebesar 1,57 persen. Kondisi
ini sesuai dengan teori kuantitas permintaan uang. Peningkatan GDP akan meningkatkan daya beli masyarakat dan agen ekonomi terhadap barang-barang
kebutuhannya. Implikasinya, jumlah uang yang mereka minta akan semakin besar. Kondisi ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini
M x V = P x Y 5.2
dimana: M
= permintaan uang riil di masyarakat V
= perputaran uang yang beredar P
= tingkat harga Y
= pendapatan nasional Apabila suku bunga SBI meningkat sebesar 1 persen akan menurunkan
permintaan uang M1 sebanyak 0.01 persen. Keadaan ini sesuai dengan teori kuantitas permintaan uang. Peningkatan SBI akan meningkatkan biaya imbangan
masyarakat untuk memegang uang. Masyarakat akan lebih cenderung untuk menyimpan uangnya di bank tabungan, giro, dll atau dalam bentuk aset
keuangan lainnya seperti obligasi, reksadana, dll. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi tentang permintaan uang. Peningkatan
suku bunga akan membuat tiap individu dalam perekonomian berekspektasi bahwa suku bunga akan menurun di masa yang akan datang. Sehingga mereka
lebih senang untuk menyimpan uangnya di bank.
Peningkatan inflasi sebesar 1 persen akan mengakibatkan peningkatan permintan uang M1 sebesar 0,79 persen. Kondisi ini bisa dijelaskan dari efek
konsumsi masyarakat. Peningkatan inflasi menunjukkan semakin tinggi indeks harga, sehingga semakin kecil daya beli uang Rachmat, 2005. Peningkatan
harga-harga secara serentak berimplikasi pada meningkatnya uang tunai yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk membeli barang-barang kebutuhan
konsumsi yang sama dengan sebelum inflasi terjadi.
5.3. Hasil Estimasi Jangka Pendek