dalam menggunakan uang untuk menyimpan kekayaan. Perilaku masyarakat ini juga dipengaruhi oleh penerimaan yang diharapkan dari penggunaan
penyimpan kekayaan lain seperti saham dan obligasi Sriram, 1999.
2.2.5. Teori Neo-Klasik
Analisis ekonom neo-klasik lebih memperkuat analisis Adam Smith ekonom mazhab klasik. Menurut pandangan mereka uang lebih bersifat netral.
Komoditas ini secara ekonomis menarik ketika disimpan dan disirkulasikan dalam perekonomian melalui transaksi barang dan jasa. Menurut Sriram 1999 teori
neo-klasik berpendapat bahwa tidak ada pengaruh dari tingkat suku bunga. Meskipun demikian, masih terdapat perbedaan sudut pandang dalam mazhab ini,
letak perbedaannya ialah pada faktor lain yang merupakan pelengkap dalam penelitian mereka, seperti ketidakpastian di masa yang akan datang Marshall dan
Pigou, antisipasi inflasi Marshall. Lain halnya dengan ekonom Cambridge seperti Lavington dan Hicks, yang menyatakan bahwa suku bunga merupakan
faktor kunci yang mempengaruhi money demand, ceteris paribus.
2.2.6. Teori Keynessian
John Maynard Keyness melakukan pengkajian yang jauh lebih mendalam dalam teori money demand dengan sudut pandang analisis yang berbeda. Apabila
ekonom dari mazhab klasik dan neo-klasik menganalisis permintaan uang dengan mengasumsikan uang berfungsi netral, Keyness menekankan besarnya pengaruh
tingkat suku bunga. Keyness memformulasikan tiga motif permintaan uang, yaitu
motif transaksi, motif berjaga-jaga, serta motif berspekulasi. Adapun penjelasan ketiga motif tersebut ialah sebagai berikut.
1. Motif transaksi. Sama dengan teori kuantitas uang, Keyness dalam hal ini
berpendapat bahwa uang merupakan alat pertukaran dan money demand dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Sebab, dia meyakini
transaksi di tingkat individu dan juga tingkat masyarakat berhubungan dengan tingkat pendapatan masyarakat Sriram, 1999.
2. Motif berjaga-jaga. Bermula dari asumsi bahwa individu tidak menentu dalam
melakukan pembelanjaan, Keyness berpendapat bahwa masyarakat akan memegang uang untuk kebutuhan yang tidak bisa diekspektasi sebelumnya
untuk berjaga-jaga. Uang dalam hal ini tetap berfungsi netral sebagai alat pertukaran dan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat.
3. Motif spekulasi Liquidity Preference. Keyness mempertegas teori
Cambridge, bahwa ketidakmenentuan di masa datang mempengaruhi masyarakat untuk meminta uang. Uang bersifat sebagai penyimpan kekayaan,
dan masyarakat kadangkala akan menggunakan uang untuk kepentingan spekulasi. Biaya imbangan dari seseorang memegang uang adalah tingkat
suku bunga dan interest jika dananya disimpan dalam bentuk portofolio. Dalam hal ini beliau memfokuskan pada variabel ekonomi, tingkat suku bunga
di masa yang akan datang, yield dari obligasi di masa yang akan datang. Keyness memformulasikan pendapatnya tentang pengaruh pendapatan serta
suku bunga terhadap permintaan uang melalui persamaan liquidity preference yang mendefinisikan permintaan uang riil seperti di bawah ini
,
d
M f y i
+
−
=
2.4 dimana y adalah pendapatan dan i adalah tingkat suku bunga
Implikasi dari persamaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut. Jika tingkat suku bunga sangat rendah, maka tiap individu dalam perekonomian akan
berekspektasi bahwa suku bunga akan meningkat di masa yang akan datang. Sehingga mereka lebih senang untuk memegang uang berapapun penawarannya.
Dalam keadaan ini, permintaan agregat dari uang akan elastis sempurna terhadap tingkat suku bunga Sriram, 1999. Keadaan ekonomi demikian disebut dengan
“liquidity trap” .
2.2.7. Teori Permintaan Uang Pasca-Keyness Neo-Keynessian