pembayaran dan bunga kredit di kemudian hari sebagaimana dalam kartu kredit. Gambaran empiris lengkap dari hal tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.3 di
bawah ini. Tabel 3.3. Perkembangan Kartu Debet di Indonesia 1998-2004
Tahun NT
Pertumbuhan NT VT Pertumbuhan
VT 1998 2.579,82
-
11.934,96 - 1999
3.211,79 24
16.000,00 34
2000 4.662,62
45 19.383,49
21 2001
6.680,59 43
23.185,22 20
2002 8.392,23
26 24.891,27
7 2003
11.677,03 39
29.172,14 17
Sumber : Bank Indonesia 2006
a
diolah Keterangan : NT = Nilai transaksi Rp. Milyar
VT = Volume transaksi ribu
Selain ATM dan kartu debet, fasilitas pembayaran dengan pendebetan secara langsung di tempat penjualan EFT-POS semakin digemari, terutama di Jakarta
dan kota-kota besar lainnya. Beberapa bank menawarkan kartu debet dalam rangka kerjasama program Maestro dan Visa Electron. Sedangkan bank-bank lain
menawarkan kartu atas nama bank sendiri, sehingga berkembang berbagai jenis terminal yang beragam di tempat merchant. Visi “satu terminal untuk setiap
gerai” menghadapi kendala besar dikarenakan kurang adanya kesepakatan usaha antar berbagai pihak, serta adanya kekurangan pada penyediaan infrastruktur
bersama untuk melakukan switching transaksi. Saat ini ada dua puluh tiga lembaga keuangan yang menawarkan layanan kartu debet kepada nasabahnya.
3.4.3. Smart Cards
Ada beberapa bank yang telah merintis sistem smart card secara terbatas, yang dapat digunakan pada mesin ATM atau POS didalam jaringannya.
Sementara itu, bank-bank lain juga sudah memiliki rencana peluncuran produk smart card
dalam waktu dekat. Beberapa waktu yang telah lampau PT Telekomunikasi Indonesia PT Telkom telah menjual kartu telepon prabayar
untuk penggunaan telepon umum. Pemakaian kartu telepon ini sudah cukup meluas di Indonesia. Melalui kerjasama yang terjalin dengan sebuah perusahaan
swasta, PT Telkom juga telah meluncurkan kartu telpon dalam bentuk smart card memori yang dilindungi.
3.4.4. Warkat Pos
Salah satu layanan yang cukup penting di sektor lembaga keuangan bukan bank adalah layanan giro yang disediakan oleh kantor pos PT Pos Indonesia.
Badan usaha milik negara ini menyediakan “Buku Giro” untuk pengiriman uang dan menyediakan layanan pos wesel baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada
umumnya wesel pos digunakan untuk mengirimkan uang kepada perorangan yang belum memiliki rekening bank.
Selain warkat pos, PT Pos Indonesia menyediakan layanan rekening Cek Pos bagi perusahaan dan perorangan dan Postal Traveler’s Cheques. Rekening
giro digunakan terutama oleh instansi pemerintah untuk menerima penyetoran berbagai jenis pajak, melaksanakan pembayaran gaji dan pensiun pegawai negeri,
membayar tagihan listrik dan telepon, dan berbagai transaksi pembayaran lain yang dilaksanakan oleh perorangan.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai litelatur yang bersumber dari Bank Indonesia dan
International Financial Statistic IMF Database. Sedangkan, keseluruhan data- data yang digunakan merupakan data time series bulanan dengan sampel waktu
dari 2003:1 sampai 2005:8. Penggunaan data pada periode ini diharapkan dapat membantu dalam
mencapai tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh penggunaan APMK terhadap permintaan uang dalam jangka panjang dan jangka pendek. Keterangan
yang lebih lengkap mengenai data yang digunakan sebagai variabel pada penelitian ini diuraikan dalam Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1. Nama, Simbol, dan Sumber Data Jenis Data Variabel
Satuan Simbol
Sumber Permintaan Uang riil
Rp M M
t
BI Pendapatan nasional
Rp M Y
t
BI SBI 30 hari
r
t
IFS Nilai tukar
Rp E
IFS Inflasi
CPI IFS
Volume Transaksi Kartu Kredit Transaksi
VTKK BI
Volume Transaksi Kartu Debet Transaksi
VTKD BI
Volume Transaksi Kartu ATM Transaksi
VTATM BI