Tabel 5.5. Hasil Uji Kointegrasi Kedua Model Penelitian Nilai Kritis MacKinnon
Variabel Nilai ADF
t-Statistics 1 persen
5 persen 10 persen
Keterangan U_1 -4.400224
-3.661661 -2.960441
-2.619160 Stasioner
U_2 -5.202494 -3.661661
-2.960441 -2.619160
Stasioner
Keterangan: data stasioner pada tingkat kepercayaan 1 persen, 5 persen, 10 persen. data stasioner pada tingkat kepercayaan 5 persen, 10 persen.
data stasioner pada tingkat kepercayaan 10 persen.
Pada Tabel 5.5 di atas terbukti bahwa semua residu dalam model persamaan
dengan proxy volume transaksi telah stasioner pada tingkat level dengan taraf nyata
sebesar 10 persen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ADF t-Statistic yang lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnonnya. Dengan demikian, hasil tersebut
semakin menguatkan bahwa diantara variabel-variabel yang digunakan dalam model persamaan dengan proxy volume transaksi telah terkointegrasi pada derajat
satu. Adapun hasil estimasi regresi lengkap persamaan jangka panjang dari kedua model penelitian ini dapat dilihat dalam Lampiran 2 dan Lampiran 3.
5.2.1. Pengaruh Variabel Volume Transaksi APMK
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, inovasi teknologi sistem pembayaran yang menghasilkan APMK ternyata berpengaruh negatif terhadap indikator moneter
seperti permintaan uang di Indonesia pada taraf nyata 10 persen. Penggunaan
kartu ATM oleh masyarakat tenyata berpengaruh negatif dan signifikan baik terhadap M1 maupun uang tunai. Adapun kartu debet dan kartu kredit ternyata
berhubungan negatif juga, namun tidak signifikan Hal ini ditunjukkan dengan nilai mutlak t-Statistic dari estimasi kedua variabel yang lebih kecil dari t-Tabel
1,645.
Nilai koefisien pada kedua regresi di atas menunjukkan elastisitas penggunaan APMK terhadap permintaan uang M1 dan uang tunai. Peningkatan
penggunaan kartu ATM oleh masyarakat sebesar 1 persen akan menurunkan permintaan uang M1 riil sebesar 0.106 persen. Sementara itu, peningkatan
penggunaan kartu ATM oleh masyarakat sebesar 1 persen akan menurunkan permintaan uang tunai riil sebesar 0.286 persen.
Hubungan negatif antara pertumbuhan penggunaan ATM dengan permintaan uang dalam perekonomian dapat terjadi karena beberapa alasan.
Keberadaan kartu ATM memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan uang yang mereka simpan di bank secara cepat dan mudah. Selain
itu, dengan adanya kartu ATM masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan uangnya dalam rekening bank, dan mempergunakan uangnya sewaktu-waktu.
Dengan menyimpan uang di bank maka masyarakat akan merasa lebih aman dalam memegang uang terutama dalam nominal yang besar.
Hal ini sesuai dengan teori permintaan uang. Penggunaan kartu ATM dapat menurunkan permintaan uang, karena masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan
uangnya di bank dan perputaran uang lebih cepat Rinaldi, 2001 dan Yilmazkuday, 2006. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu faktor determinan
dari perputaran uang adalah inovasi dari sistem pembayaran Thornton, 1983. Semakin meningkat perputaran uang, maka permintaan uang riil akan semakin
menurun. Kondisi ini secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. kY
P M =
dengan v
k 1
= 5.1
dimana: M
= permintaan uang riil di masyarakat. P
= tingkat harga. v
= perputaran uang yang beredar. k
= konstanta yang menunjukkan tingkat perputaran uang yang beredar. Sebagaimana diuraikan di atas ternyata penggunaan kartu kredit dan kartu
kredit ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang riil baik M1 maupun uang tunai. Hal ini cukup beralasan, sebab berdasarkan data dari
Bank Indonesia 2006
a
, nilai transaksi dari kartu kredit ntkk dan kartu debet ntkd yang menggambarkan permintaan uang untuk transaksi sangat kecil jika
dibandingkan dengan peredaran uang riil di masyarakat baik dalam bentuk M1 maupun uang tunai. Gambaran mengenai hal ini dapat dilihat dalam Gambar 5.1
di bawah ini
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
20 00M
3 20
00 M
8 20
01 M
1 20
01M 6
20 01M
11 20
02 M
4 20
02 M9
20 03
M2 200
3M 7
20 03
M1 2
20 04M
5 20
04 M
10 20
05 M
3 20
05M 8
ntkkm1 ntkdm1
ntatmm1 ntkktunai
ntkdtunai ntatmtunai
Sumber: Bank Indonesia 2006
a
diolah
Gambar 5.1. Perkembangan Perbandingan Nilai Transaksi APMK
dengan Peredaran Uang di Indonesia Maret 2000 – Agustus 2005
Kondisi masyarakat Indonesia belum mengarah kepada less-cash society yang ditandai dengan antara substitusi uang tunai dengan APMK di Indonesia
belum terjadi seperti yang diharapkan oleh Bank Indonesia. Penggunaan kartu debet dan kartu kredit oleh masyarakat Indonesia untuk transaksi masih sebagai
komplementer dari penggunaan uang tunai. Contoh kongkretnya, apabila masyarakat tidak memiliki uang cukup untuk membeli barang kebutuhannya,
maka pada saat itu masyarakat baru menggunakan kartu kredit atau debet. Pengaruh kartu debet dan kartu kredit yang tidak signifikan juga bisa terjadi
karena pengguna kedua kartu tersebut jika dibandingkan dengan pengguna kartu ATM sangat kecil. Kepemilikan dan penggunaan ATM telah memasyarakat,
sebab kartu ini menjadi kebutuhan penting bagi setiap nasabah yang berasal dari seluruh lapisan masyarakat untuk mengamankan uangnya dan atau menarik uang
mereka dari tabungan apabila dibutuhkan. Pengguna kartu kredit dan kartu debet hanya terbatas pada segmentasi masyarakat tertentu saja, yaitu masyarakat yang
memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas. Sebagaimana diketahui, bahwa kartu debet maupun kartu kredit lazim dipergunakan dalam melakukan
pembelanjaan barang-barang konsumsi tertentu sekunder dan tersier. Selain itu, penggunaan kartu kredit harus memperhatikan unsur bunga
kredit. Semakin tinggi bunga kredit konsumsi maka masyarakat cenderung menurukan penggunaan kartu kredit. Sebagaimana diketahui, sifat penggunaan
kartu kredit ialah bank membayar terlebih dahulu transaksi yang dilakukan pengguna. Selanjutnya, pengguna tersebut harus membayar “utang”-nya ditambah
bunga kredit yang ditetapkan kepada bank atau lembaga penerbit.
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14
20 00
M3 20
00 M
7 20
00 M1
1 20
01 M3
20 01M
7 20
01 M
11 20
02 M
3 20
02 M7
20 02
M 11
20 03
M3 20
03 M
7 20
03 M
11 20
04 M3
20 04
M 7
20 04
M 11
20 05
M3 20
05 M7
aktu Ni
la i P
an d
in
W e
rb g
an
vtkdvtatm vtkkvtatm
Sumber: Bank Indonesia 2006
a
diolah
Gambar 5.2. Perkembangan Perbandingan Volume Transaksi APMK di Indonesia
Maret 2000 – Agustus 2005
5.2.2. Pengaruh Variabel-Variabel Makroekonomi