oleh pihak manajemen. Hal itu disebabkan karena BMI Cabang Bogor memiliki target perolehan bagi hasil yang selanjutnya
diamanahkan kepada sejumlah Kru Marketing yang ada. Semakin besar marjin keuntungan usaha mudharib yang ditangani oleh Kru
Marketing tertentu, maka semakin besar pula bagi hasil yang akan
diterima bank melalui perantara Kru Marketing tersebut. Dengan demikian, target bagi hasil BMI Cabang Bogor pun akan dengan
mudah dan cepat tercapai. Kuatnya pertimbangan kru terhadap kriteria PMKU
diakibatkan juga oleh sifat prudent kru dalam menyalurkan pembiayaan berskema bagi hasil. Hal ini dilakukan guna
menghindari risiko bisnis yang terlampau besar mengingat pembiayaan ini merupakan jenis pembiayaan yang berisiko tinggi
risk return mode. Oleh karena itu, pertimbangan terhadap kriteria PMKU menjadi prioritas utama kru dalam menetapkan
nisbah bagi hasil. Pertimbangan yang lemah terhadap kriteria TBBK
mengindikasikan perhatian kru yang sangat rendah terhadap besarnya tingkat suku bunga kredit. Keadaan ini didasari oleh
suatu prinsip bahwa pada dasarnya tingkat suku bunga kredit tidak ada kaitannya dengan penentuan besarnya nisbah bagi hasil
dalam pembiayaan mudharabah. Sehingga, selama nisbah bagi hasil sudah disepakati bersama, maka tidak ada kekhawatiran bagi
kru terhadap tidak rasionalnya besarnya nisbah tersbut
2. Kru BMI Kantor Pusat
Responden yang berada dalam kelompok ini berjumlah empat orang kru yang terdiri dari tiga orang kru pada Divisi Financing
and Settlement Group FSG dan seorang kru pada Divisi
Treasury . Urutan prioritas kriteria ditentukan berdasarkan
besarnya bobot yang dihasilkan dari perhitungan gabungan pendapat responden-responden yang bersangkutan. Urutan
prioritas beserta bobot kriteria penetapan nisbah bagi hasil
pembiayaan mudharabah yang dimiliki Kru BMI di kantor pusat terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15. Bobot Kriteria Berdasarkan Gabungan Pendapat Kru di Kantor Pusat
Kriteria Bobot Prioritas
Tingkat Marjin Bagi Hasil Perbankan Syariah TBBS
0.06 IV
Tingkat Suku Bunga Perbankan Konvensional TBBK
0.04 V
Bagi Hasil untuk InvestorDeposanPenabung BHI
0.19 III
Perkiraan Marjin Keuntungan Usaha Mudharib
PMKU
0.45 I
Jangka Waktu Pembiayaan JWP 0.26
II
Pertimbangan terhadap marjin keuntungan usaha mudharib PMKU merupakan prioritas utama bagi kru tersebut dalam
menentukan nisbah bagi hasil. Hal tersebut tidak terlepas dari salah satu tugas Kru FSG sebagai penentu target pendapatan bagi
BMI dan tugas Kru Treasury sebagai salah satu penentu besarnya marjin bagi hasil BMI. Karena pendapatan yang diperoleh bank
berasal dari keuntungan usaha mudharib yang sesuai dengan besarnya nisbah bagi hasil, maka jika usaha mudharib semakin
profitable , pendapatan bank pun semakin tinggi. Pada akhirnya,
target pendapatan bank yang telah ditetapkan akan dengan mudah tercapai.
Sama seperti seluruh kru yang lainnya, kriteria Tingkat
Marjin Bagi Hasil Perbankan Syariah TBBS dan Tingkat Suku Bunga Perbankan Konvensional TBBK dipertimbangkan secara
lemah oleh kru di kantor pusat. Marjin bagi hasil lebih diprioritaskan daripada suku bunga karena instrumen tersebut
merupakan salah satu ciri yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional dalam memberikan imbalan kepada debitur
mudharib. Sedangkan suku bunga hanya dipertimbangkan sebagai faktor pembanding marjin bagi hasil untuk menghasilkan
besaran imbalan yang kompetitif bagi para mudharib.
Sistem bunga pada kenyataannya masih menjadi acuan sebagian besar masyarakat dalam melakukan transaksi
pembiayaan kredit. Oleh karena itu, bank syariah pada umumnya berusaha menetapkan marjin bagi hasil yang lebih
kompetitif dibandingkan dengan suku bunga kredit. Sehingga, suku bunga seharusnya lebih dipertimbangkan oleh kru BMI
dalam menetapkan nisbah bagi hasil untuk berkompetisi dengan bank konvensional dalam memenangkan pangsa pasar perbankan
nasional.
5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kriteria dan Atribut
Berdasarkan bobot kriteria yang dimiliki responden diketahui bahwa terdapat perbedaan penetapan urutan prioritas kriteria dalam menentukan
besarnya nisbah bagi hasil baik pada responden mudharib maupun responden kru BMI. Pada mudharib, terdapat perbedaan urutan prioritas
yang cukup signifikan antara mudharib dalam organisasi pemerintah dengan mudharib
dalam organisasi swasta. Sedangkan pada responden kru BMI, tidak terdapat perbedaan urutan prioritas yang signifikan antara kru BMI di
kantor Cabang Bogor dengan kru BMI di kantor pusat.
5.5.1. Mudharib BMI Cabang Bogor
1. Tingkat Marjin Bagi Hasil Perbankan Syariah TBBS
Baik mudharib pada organisasi pemerintah maupun mudharib
pada organisasi swasta memiliki preferensi yang kuat terhadap kriteria TBBS. Mudharib pada organisasi pemerintah
menetapkan kriteria ini sebagai prioritas pertama dengan bobot sebesar 0,397 dan mudharib
pada organisasi swasta menetapkannya pada prioritas kedua dengan bobot sebesar 0,22.
Faktor yang membedakan kedua preferensi tersebut diduga terletak pada cara pandang kedua mudharib terhadap sistem bagi
hasil. Mudharib yang menetapkan kriteria TBBS sebagai prioritas pertama memandangnya dari sudut pandang agama.
Sehingga menurutnya, sistem bagi hasil yang diperintahkan oleh