Berbeda dengan
responden mudharib
yang tidak semuanya memberikan bobot pada kriteria dan atribut penetapan nisbah bagi
hasil, setiap responden kru BMI memberikan bobot pada kriteria dan atribut tersebut. Artinya, setiap kru menetapkan prioritas tertentu
pada masing-masing kriteria beserta atribut penetapan nisbah bagi hasil. Dengan demikian, semua kriteria dan atribut yang dirumuskan
oleh peneliti tersebut termasuk ke dalam bahan pertimbangan kru dalam menetapkan besarnya nisbah bagi hasil pada produk
pembiayaan mudharabah.
1. Kru BMI Kantor Cabang Bogor
Responden yang berada pada kelompok ini berjumlah tujuh orang kru yang terdiri dari lima orang kru pada Divisi Marketing
dan dua orang kru pada Divisi Legal Support Pembiayaan. Urutan prioritas kriteria ditentukan berdasarkan besarnya bobot
yang dihasilkan dari perhitungan gabungan pendapat responden- responden yang bersangkutan. Urutan prioritas beserta bobot
kriteria penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah yang dimiliki Kru BMI di kantor cabang Bogor terdapat pada
Tabel 14. Tabel 14. Bobot Kriteria Berdasarkan Gabungan Pendapat Kru
BMI Di Kantor Cabang Bogor
Kriteria Bobot Prioritas
Tingkat Marjin Bagi Hasil Perbankan Syariah TBBS
0.11 IV
Tingkat Suku Bunga Perbankan Konvensional TBBK
0.08 V
Bagi Hasil untuk InvestorDeposanPenabung BHI
0.21 II
Perkiraan Marjin Keuntungan Usaha Mudharib PMKU
0.47 I
Jangka Waktu Pembiayaan JWP 0.13
III
Kuatnya pertimbangan kru pada kelompok ini terhadap kriteria PMKU mengindikasikan harapan kru yang sangat besar
terhadap tercapainya target bagi hasil kru yang telah ditetapkan
oleh pihak manajemen. Hal itu disebabkan karena BMI Cabang Bogor memiliki target perolehan bagi hasil yang selanjutnya
diamanahkan kepada sejumlah Kru Marketing yang ada. Semakin besar marjin keuntungan usaha mudharib yang ditangani oleh Kru
Marketing tertentu, maka semakin besar pula bagi hasil yang akan
diterima bank melalui perantara Kru Marketing tersebut. Dengan demikian, target bagi hasil BMI Cabang Bogor pun akan dengan
mudah dan cepat tercapai. Kuatnya pertimbangan kru terhadap kriteria PMKU
diakibatkan juga oleh sifat prudent kru dalam menyalurkan pembiayaan berskema bagi hasil. Hal ini dilakukan guna
menghindari risiko bisnis yang terlampau besar mengingat pembiayaan ini merupakan jenis pembiayaan yang berisiko tinggi
risk return mode. Oleh karena itu, pertimbangan terhadap kriteria PMKU menjadi prioritas utama kru dalam menetapkan
nisbah bagi hasil. Pertimbangan yang lemah terhadap kriteria TBBK
mengindikasikan perhatian kru yang sangat rendah terhadap besarnya tingkat suku bunga kredit. Keadaan ini didasari oleh
suatu prinsip bahwa pada dasarnya tingkat suku bunga kredit tidak ada kaitannya dengan penentuan besarnya nisbah bagi hasil
dalam pembiayaan mudharabah. Sehingga, selama nisbah bagi hasil sudah disepakati bersama, maka tidak ada kekhawatiran bagi
kru terhadap tidak rasionalnya besarnya nisbah tersbut
2. Kru BMI Kantor Pusat