Tabel 17. Bobot Atribut TBBK Berdasarkan Gabungan Pendapat Seluruh
Mudharib
Kriteria Atribut
Bobot
Suku Bunga Rata-Rata Perbankan Konvensional
SRPK
0.24
Suku Bunga Rata-Rata Beberapa Bank Konvensional
SRBK
0.46
Tingkat Suku Bunga Perbankan Konvensional
TBBK
Suku Bunga Bank Konvensional Tertentu SBKT
0.30
Mudharib pun memiliki pertimbangan yang cukup kuat
terhadap suku bunga pada bank konvensional tertentu SBKT yang dianggap memiliki program atau produk tertentu yang
mendukung usaha koperasi dengan suku bunga yang cukup kompetitif. Hal itu disebabkan karena mudharib merupakan
pengurus koperasi yang harus memperhatikan perkembangan usaha koperasi yang dikelolanya.
Adapun alasan atribut SRPK yang menjadi prioritas terakhir dalam mempertimbangkan kriteria TBBK adalah karena sebagian
besar responden tidak terbiasa dalam memperhatikan fluktuasi suku bunga perbankan yang berlaku secara nasional. Mudharib
diperkirakan lebih terbiasa dengan mencari informasi tentang besarnya suku bunga pada beberapa bank tertentu yang pernah
menjadi krediturnya.
3. Perkiraan Marjin Keuntungan Usaha Mudharib PMKU
Perbedaan pertimbangan pun terjadi dalam menetapkan kriteria PMKU. Mudharib
pada organisasi pemerintah menetapkannya sebagai prioritas ketiga dengan bobot sebesar
0,182. Sedangkan mudharib pada organisasi swasta
menetapkannya pada prioritas pertama dengan bobot sebesar 0,35. Perbedaan ini diduga berhubungan dengan perbedaan
karakteristik yang dimiliki kedua jenis organisasi tersebut dalam hal pencapaian tujuan organisasi.
Telah diketahui sebelumnya bahwa tujuan utama organisasi pemerintah adalah meningkatkan hajat hidup orang banyak,
sehingga keuntungan bukanlah prioritas utama mudharib dalam melakukan transaksi pembiayaan. Sementara itu, organisasi
swasta memiliki tujuan organisasi yang cenderung kepada pencapaian keuntungan bagi organisasi itu sendiri.
Konsekuensinya, pertimbangan mudharib pada kedua organisasi tersebut terhadap kriteria PMKU akan sesuai dengan karakter
dari setiap organisasi tersebut. Mudharib
mempertimbangkan elemen-elemen pembentuk marjin keuntungan profit margin suatu usaha dalam
mempertimbangkan kriteria PMKU. Elemen-elemen yang menjadi atribut dari kriteria PMKU tersebut terdiri dari Taksiran
Volume Penjualan TVP, Taksiran Fluktuasi Harga Barang TFH, Taksiran Laba Bersih TLB, dan Taksiran Harga Pokok
Penjualan THPP Tabel 18. Tabel 18. Bobot Atribut PMKU Berdasarkan Gabungan Pendapat
Seluruh Mudharib
Kriteria Atribut
Bobot
Taksiran Volume Penjualan Usaha Mudharib TVP
0,40
Taksiran Fluktuasi Harga Barang TFH
0,20 Taksiran Laba Bersih Usaha
Mudharib TLB
0,17
Perkiraan Marjn Keuntungan Usaha Nasbah
PMKU
Taksiran Harga Pokok Penjualan THPP
0,23
Berdasarkan sudut pandang pengurus koperasi konsumsi, volume penjualan berkaitan dengan sejumlah produk tertentu
yang berhasil dijual kepada anggota atau ke pasar. Berdasarkan sudut pandang koperasi simpan pinjam, volume penjualan
merupakan sejumlah dana yang dipinjamkan kepada anggota, baik untuk kegiatan produktif ataupun konsumtif. Volume
penjualan juga berkaitan erat dengan besarnya pendapatan yang
akan diperoleh suatu usaha. Semakin tinggi volume penjualan, dengan pricing yang cukup bersaing, akan semakin banyak pula
nominal pendapatan yang masuk ke dalam kas usaha tersebut. Oleh karena itu, atribut ini menjadi prioritas utama dalam
mempertimbangkan kriteria PMKU. Kontrak mudharabah yang dilakukan mudharib dengan BMI
menggunakan sistem revenue sharing, yaitu pembagian keuntungan berdasarkan perhitungan pendapatan yang dihasilkan
mudharib . Oleh karena itu, laba bersih yang dihasilkan koperasi
atau yang disebut dengan Sisa Hasil Usaha SHU tidak menjadi pertimbangan utama mudharib dalam menetapkan nisbah bagi
hasil. Atribut ini hanya dipertimbangkan untuk mengukur kemampuan internal koperasi dalam menjalankan usahanya.
Semakin besar SHU yang diterima koperasi, maka semakin besar kemampuan koperasi untuk dapat mengembangkan usahanya.
4. Jangka Waktu Pembiayaan JWP