Teori Konstruktivisme Teori Belajar Konstruktivisme 1. Teori Belajar

Menurut Slavin 1994;98 belajar diartikan sebagai suatu perubahan pada individu karena pengalaman. Pemahaman ini disebabkan oleh perkembangan yang bertahap dalam belajar. Menurut Benyamin S. Bloom dalam Subiyanto, 1988:51 dinyatakan bahwa belajar bertujuan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif pengetahuan, afektif sikap dan psikomotor keterampilan. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil dari aktivitas belajar berupa respon dalam bentuk reaksi terhadap kondisi lingkungan belajar. Menurut Ausubel dalam Indrawati; 2000:, pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya peserta didik mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala dan percobaan. Salah satu unsur penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membantu siswa untuk membangun pengetahuan di dalam benaknya. Guru membantu proses ini dengan menggunakan strategi pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide untuk belajar. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme dan Ausubel.

2. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dan merevisinya. Teori belajar konstruktivisme dikemukakan oleh Brook, 1990, Leindhardt, 1993 ; Brown , 1989, dalam Nur, 2001 :1, bahwa hakikat dari teori konstruktivisme adalah siswa harus secara individu menemukan dan menerapkan informasi-informasi kompleks ke dalam situasi lain apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Prinsip konstruktivisme menurut Piaget Suparno, 1997:70 yang perlu diperhatikan dalam mengajar, siswa harus mendapat kesempatan untuk menemukan gagasan sendiri, tidak selalu dihadapkan pada pemikiran yang sudah ada. Prinsip konstruktivisme tersebut sesuai dengan teori perkembangan kognitif, Piaget menerangkan proses kognitif dengan istilah asimilasi dan akomodasi. Istilah asimilasi maksudnya adalah informasi yang masuk ke otak, diubah sampai cocok dengan struktur otak sendiri. Proses akomodasi adalah bahwa struktur otak sendiri yang menyesuaikan dengan hasil pengamatan. Devi, 1999:1 Teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky Suparno, 1997: 45 belajar merupakan suatu perkembangan pengertian yaitu spontan dan ilmiah. Spontan adalah pengertian yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari sedangkan ilmiah artinya pengertian diperoleh dari kelas atau dari pelajaran sekolah. Teori Vigotsky menekankan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan prosimal. Zona proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini. Menurut Arifin 2000; 104 teori belajar konstruktivisme adalah : 1. Suatu proses dimana pengetahuan diperoleh dengan cara mengkaitkan informasi baru kepada pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara individual. 2. Pengetahuan baru yang beragam tergantung pada bagaimana pengetahuan itu diperoleh. 3. Internalisasi dari suatu pengetahuan terjadi bila seorang menangkap infomasi baru, dikaitkan dengan pengetahuan yang lama tidak cocok, terjadi miskonsepsi, suatu kondisi disequilibrium ketidakselarasan. 4. Belajar merupakan konteks sosial yang menstimulasi untuk mendapatkan kejelasan. 5. Berbahasa memberi dorongan orang untuk berpikir. Dari beberapa pendapat di atas, guru harus dapat mengungkap pengetahuan awal siswa, sehingga proses belajar mengajar yang dilakukan akan mengacu pada karakteristik siswa untuk menentukan suatu model pembelajaran yang tepat digunakan. Beberapa model pembelajaran IPA dilakukan mengacu pada pandangan konstruktivisme, yaitu diantaranya Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Siklus Belajar, Generative Learning Model, Interactive Approach

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Dan Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Menyelesaikan Soal

0 1 14

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Dan Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Menyelesaikan Soal C

0 3 11

PenGARUH MOdel PeMBelAJARAn kOOPeRATIF TIPe TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TeRHAdAP HASIl BelAJAR IPA

0 0 5