peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan
minimal adalah ada tiga yaitu tingkat kompleksitas, kemampuan daya dukung dan tingkat kemapuan intake peserta didik. Penetapan nilai KKM dibuat skala
penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran. Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata
pelajaran. Berikut ini contoh penentuan nilai KKM suatu mata pelajaran, yang ketentuannya terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Penentuan Nilai KKM
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi
65 Sedang
65-79 Rendah
80-100 Daya Dukung
Tinggi 80-100
Sedang 65-79
Rendah 65
Intake siswa
Tinggi 80-100
Sedang 65-79
Rendah 65
Indikator memiliki kriteria : kompleksitas tinggi : 64 daya dukung sedang : 67
intake sedang : 65
Nilai KKM = 3
65 67
64 +
+ = 65
H. Hasil Belajar
Salah satu penilaian keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar diukur dari hasil belajar yang dicapai siswa. Penilaian kompetensi hasil belajar
siswa dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, jawaban, nilai,
penggorganisasian dan internalisasi nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan seseorang untuk bertindak, seperti bergerak, memanipulasi, mengkomunikasikan dan menciptakan.
Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang dicapai siswa penting diketahui oleh guru, untuk mengevaluasi proses KBM yang telah dilaksanakan.
Beberapa manfaat hasil belajar yaitu : 1.
Mengetahui tingkat ketercapaian Kompetensi Dasar. 2.
Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik. 3.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. 4.
Mendorong peserta didik berlatih.
5. Mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
6. Mengetahui keberhasilan sekolah sehingga mendorong sekolah untuk berkarya
lebih terfokus dan terarah.
I. Aktivitas
Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku behavioral change pada individu yang belajar. Aktivitas
belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak manusia. Dalam perkembangan dan cara berfungsinya, otak manusia sangat dipengaruhi oleh hasil interaksinya
dengan objek belajar atau lingkungan. Meskipun pada waktu anak manusia dilahirkan ia tidak memiliki
ide atau konsep, namun konstitusinya
memungkinkan untuk bereaksi terhadap lingkungan melalui saluran pengalaman yang dibawa sejak lahir Semiawan, 1988:18. Pada tahap awal perkembangan
otak peserta didik, reaksi-reaksi berjalan secara refleks, namun selanjutnya akan
menjadi suatu organisasi mental yang semakin mantap dan terstruktur.
Aktivitas siswa di dalam tugas. Menurut Leiken dan Zaslavsky dalam Suradi; 2002; 191 aktivitas siswa di dalam kelompok kooperatif dibagi menjadi
dua jenis yaitu aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas aktif dalam tugas yang dapat diamati yaitu menjelaskan masalah secara mandiri, membuat catatan
tertulis, memberi penjelasan dan mengajukan pertanyaan. Aktivitas pasif di dalam tugas yaitu mendengarkan penjelasan, membaca materi ajar, dan aktivitas lain
seperti siswa kelihatan berpikir untuk menyelesaikan masalah atau jika mereka memperhatikan apa yang dikerjakan temannya.
Sedangkan aktivitas di luar kelompok, yaitu siswa mengobrol hal-hal yang tidak berkaitan dengan bahan ajar, siswa membaca sumber lain yang tidak
berkaitan dengan tugas yang dihadapi atau siswa bermain, tidur-tiduran atau melamun.
Berkaitan dengan hasil belajar dan aktivitas siswa, beberapa penelitian menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas MIPA diantaranya :
1. Amelia, G. T. W 2003 dalam penelitiannya tentang meningkatkan konsep
siswa melalui praktikum dengan cara belajar kooperatif teknik Two Stay Two Stray
pada konsep pencemaran menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya cara belajar kooperatif TSTS pada siswa SMA terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam merencanakan praktikum. 2.
Dwi Antari Wijayanti 2007, membandingkan pembelajaran kooperatif STAD dengan pembelajaran TSTS dan dengan pembelajaran konvensional,
penelitiannya di kelas VII semester 2. Konsep yang diajarkan adalah pokok bahasan segi empat, hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa
mempengaruhi hasil belajar sebesar 40,2 dan aktivitas siswa selama KBM sangat baik.
J. Bahan Ajar Stoikiometri Larutan