101
peralatan praktik bagi sekolah atau BLK yang memperlihatkan bahwa dengan pemberian tersebut akan dapat meningkatkan pengembangan potensi peserta
didik dengan adanya obyek praktik yang lengkap dan lebih baik.
4. Tahap Pelaksanaan CSR PT. HMSI Di Bidang Pendidikan
Setiap pelaksanaan program CSR memiliki tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan
pelaporan. PT.
HMSI melalui
keempat tahapan
tersebut dalam
mengimplementasikan CSR, akan tetapi menurut Manager Training and Publication Devision semua tahapan itu tidak teraplikasikan dalam semua
program. Dalam beberapa pelaksanaan program bantuan, seperti pemberian bantuan peralatan praktik bagi sekolah hanya terdapat proses perencanaan dan
pelaksanaan saja, sedangkan untuk proses monitoring dan evaluasi tidak dilakukan. Hal ini sebagaimana penjelasan Bapak Roffi Tresmawan selaku
Manager Trianing and Publication Departmen PT. HMSI sebagai berikut : “Nah itukan selama ini kita belum ada tim survey. Meskinya ada orang
minta mesti kita survey dulu, tentang kebenaran penggunaannya, urgenitasnya, kira-kira manfaatnya, apakah di sana sudah ada engine yg
lain apa belum, dari segi efektifitasnya. Itu kita belum ada tim survey. Sifatnya kita mempelajari dari proposal atau dari referensi orang yg kita
percaya. Selama ini orang yg kita percaya adalah orang yg ada diantara di organisasi CSR, misalnya direktur apa, kemudian dia melihat ke suatu
daerah, ada kunjungan melihat ada suatu sekolah.
” Wawancara: Kamis, 8 Mei 2013
Pada tahap perencanaan PT. HMSI telah memiliki kesadaran untuk mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. PT. HMSI
melakukan pertimbangan sebelum menetapkan program CSR apa yang akan dijalankan. Pada pelaksanaan CSR khususnya untuk program bidang
102
pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh Training and Publication Devision.
Tahap evaluasi dilakukan setelah selesai melaksanakan program CSR. Model evaluasi atau monitoring yang dilakukan oleh Hino Indonesia belum
jelas. Setelah pelaksanaan CSR, misalnya pemberian bantuan tidak ada lagi kontrol atau monitoring serta tahap evaluasi yang dilakukan. Sesuai dengan apa
yang telah dijelaskan oleh Manager Training and Publication Devision, bahwa Hino Indonesia belum sepenuhnya memonitor secara langsung setelah program
dilaksanakan. Hasil wawancara dengan Bapak Roffi Tresmawan tersebut adalah sebagai berikut :
“Mekanisme evaluasi belum ada, efektifitas apakah setelah itu benar- benar digunakan, apakah dirawat, apakah ada kerusakan, belum ada feed
back dari penerima. Meskinya etikanya begitu ya orang dikasih kemudian memberikan laporan setelah sekian lama sudah kita gunakan
untuk sekian banyak orang, efeknya seperti apa, bermanfaat apa. Sepertinya ini akan lebih baik, ditambah apa malah, sambil mengusulkan
lagi. belum ada feed back dari si penerima itu belum ada.
” Wawancara: Kamis, 8 Mei 2013
Kemudian untuk proses pelaporan pelaksanaan CSR Hino Indonesia, akan selalu dilaporkan pada CSR Report Hino Indonesia dan akan ditampilkan
di website resmi Hino Indonesia www.hino.co.id
dan melalui majalah yang diterbitkan oleh Hino Indonesia yaitu majalah Halo Hino.
Maka dapat dilihat bahwa strategi pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. HMSI dalam pelaksanaan CSR bidang pendidikan
masih sebatas pada tahap pelaksanaan program saja dan pada tingkat partisipasi. Masyarakat belum dapat memberikan saran secara langsung
terhadap pelaksanaan CSR karena kewenangan memberikan keputusan masih
103
dimiliki perusahaan sepenuhnya. Partisipasi masyarakat tersebut masih semu dan belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pengembangan
masyarakat.
5. Pelaksanaan CSR PT. HMSI Dalam Bidang Pendidikan Terhadap
Kesinambungan Dan Keberlanjutan
Jika dilihat dari semangat yang terkandung dalam program CSR, maka sebetulnya program CSR tidak hanya bergerak dalam aspek pemberian bantuan
yang lebih mengarah ke kegiatan amal corporate charity, melainkan harus merambat naik ke tingkat pembangunan berkelanjutan sustainable
development. Program CSR yang dilakukan PT. Hino Motors Sales Indonesia yang dilaksanakan di bidang pendidikan, dari beberapa program yang dalam
aplikasinya ternyata ada sebagian yang lebih mengarah kepada pemberian sosial atau amal corporate charity dan ada yang sudah mengarah ke tingkat
pembangunan berkelanjutan sustainable development. Program yang bersifat amal seperti pelaksanaan pelatihan kepada tenaga
pendidikan. Program tersebut dilakukan hanya sekali dan tidak ada pelatihan lanjutan. Padahal jika dilihat dari kebutuhannya, tenaga pendidikan khususnya
bidang produktif dan lebih spesifik bidang otomotif sangat membutuhkan adanya kegiatan pelatihan di industri. Seperti hasil wawancara melalui telefon
kepada Bapak Purwanto dari SMK Negeri 4 Tangerang yang menyatakan “jadi
perlulah ada penataran lanjutan itu ya dipilih lah sekolah-sekolah mana yang perlu”. Kemudian Bapak Rahmat Hidayat dari SMK Bangun Nusantara yang
menyampaikan melalui telefon bahwa :