Pembahasan HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Grootaert, 2004, yaitu: 1 Kelompok dan jaringan group and networks, 2 Kepercayaan dan solidaritas trust and solidarit, 3 Tindakan kolektif dan kerjasama collective action and collboration, 4 Informasi dan komunikasi information and communication, 5 Kohesi sosial dan interaksi social cohesion and interaction, 6 Pemberdayaan dan tindakan politik empowerment and politic action. Penelitian ini berusaha untuk memetakan lima dari keenam modal sosial tersenut dalam pelaksanaannya di sekolah- sekolah unggulan di Yogyakarta. Modal sosial yang perlu dikembangkan meliputi: 1. Mutual trust 2. Networking 3. Kerjasama 4. Nilai dan Norma Sekolah 5. Interaksikomunikasi yang Ada di Sekolah Kelima modal sosial ini telah dibangun dan dimanfaatkan oleh tiga sekolah unggulan di Yogyakarta. SMAN 1, SMAN 3 dan SMAN 8 secara tidak langsung telah membangun lima kompenen modal sosial dan memanfaatkan modal sosial tersebut dalam pencapaian target visi dan misi sekolah. Secara umum ketiga sekolah unggulan di Yogyakarta memiliki strategi pengembangan dan penguatan modal sosial yang berbeda, walaupun pada prinsipnya modal sosial yang dikembangkan ini memiliki arah yang sama. Pada SMAN 1 Yogyakarta, modal sosial yang paling menonjol adalah bagaimana menjalin mutual trust antara kepala sekolah dengan guru, tata usaha, siswa dan komite sekolah. Salah satu kepercayaan ini dibangun dengan dibentuknya penilaian kinerja guru dan satuan kinerja pegawai SKP. Guru dan pegawai juga diberikan kewenangan untuk mengkritik dan memberikan masukan kepada kinerja yang dilakukan kepala sekolah. Mutual trust antara guru dengan guru dibangun dengan sikap saling mengontrol dan saling 108 mengingatkan, sehingga dapat meminimalkan kesenjangan kompetensi yang terjadi antara guru dengan guru. Hubungan antara bagian tata usaha sekolah dengan guru serta siswa dimaksimalkan dengan bentuk pemberian pelayanan yang baik kepada seluruh pihak di sekolah. Hal yang hampir serupa juga dilakukan oleh SMAN 3 dan SMAN 8. Strategi pengembangan mutual antara siswa dengan siswa, guru dan staff TU, dilakukan dengan menjaga kepedulian terhadap siswa dan adanya kegiatan khusus untuk mengembangkan rasa kekeluargaan antar siswa. Para guru juga berusaha untuk memberikan kepercayaan terhadap siswa agar dalam proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan di sekolah siswa juga dapat mempercayai guru. Selain itu kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh kepala sekolah menjadi salah satu alat strategi pengembangan modal sosial. Pelaksanaan modal sosial di ketiga sekolah unggulan ini juga dikuatkan dengan membangun hubungan baik antara pihak sekolah dengan orang tuawali siswa dan pelaksanaan norma-norma serta tata tertib sekolah. Hubungan baik antara pihak sekolah dengan oraang tua wali dibangun dengan menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik antara kedua belah pihak. Sementara itu, pelaksanaan norma-norma serta tata tertib sekolah menjadi hal yang dominan pada sekolah-sekolah unggulan tersebut. Sehingga sekolah mengikat setiap warganya untuk melaksanakan norma dan tata tertib yang berlaku. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Francis Fukuyama 2002, bahwa modal sosial merupakan nilai-nilai atau norma- norma yang dimiliki bersama yang meningkatkan kerjasama sosial, tindakan spontan di dalam hubungan sosial yang aktual. Namun demikian, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pelaksanaan modal sosial di sekolah-sekolah unggulan tidak selalu berjalan dengan baik, ada beberapa hambatan yang harus menjadi perhatian seluruh pihak di sekolah sehingga modal sosial yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk membantu sekolah dalam usaha membangun kualitas sekolah agar tercapai mutu sekolah secara maksimal. 109 Hambatan yang sering muncul contohnya dalam penanaman norma- norma yang berlaku di sekolah. Hambatan ini pada umumnya dikarenakan oleh kesibukan dan aktivitas warga sekolah dalam kegiatan sekolah, event dan lomba. Namun demikian, sekolah pada prinsipnya telah menyadari hambatan ini dan mencoba mengatasinya dengan tetap mengusahakan agar norma-norma yang ada dapat terintegrasikan dalam setiap kegiatan yang dilakukan dan sikap yang ditunjukkan warga sekolah. Penekanan pada norma ini menjadi penting karena Norma yang diterapkan berfungsi untuk menjadi kontrol sosial bagi warga sekolah agar tidak melangggar peraturan yang ada. Selain itu hambatan seperti ketidaksetujuan orang tuawali murid terhadap kegiatan tambahan yang diberikan pada siswa di sekolah juga sering kali muncul. Untuk mengatasi hal ini gsekolah menggunakan strategi mutual trust antara orang tua wali dengan guru, khususnya wali kelas. Wali kelas harus berusaha untuk membangun komunikasi efektif dengan orang tua siswa wali untuk dapat menjelaskan manfaat dari kegiatan yang dilakukan dan menunjukkan hasil dari kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di setiap sekolah, secara umum sekolah-sekolah unggulan di Yogyakarta telah memiliki modal sosial yang mantap yang dapat dikembangkan menjadi contoh pedoman bagi sekolah-sekolah lain. Temuan-temuan di setiap sekolah ini pula yang menjadi landasan pengembangan draft model untuk pedoman pelaksanaan modal sosial yang nantinya dapat dipelajari dan diterapkan di sekolah sekolah lain, sehingga pada akhirnya setiap sekolah dapat menggunakan modal sosial yang mereka miliki untuk memaksimalkan tercapainya mutu dan visimisi sekolah. Berdasarkan temuan-temuan modal pelaksanaan modal sosial di tiga sekolah unggulan di Yogyakarta, draft pedoman modal sosial yang dikembangkan berfokus pada lima modal sosial yang telah dilaksanakan di ketiga sekolah tersebut. 110 Gambar. Blue print buku pedoman pengembangan modal sosial Langkah awal, sekolah-sekolah lain diharapkan dapat mempelajari dan mencoba memahami apa yang dimaksud dengan modal sosial, mensosialisasikannya kepada warga sekolah, sehingga pada akhirnya dapat terimplementasikan dengan baik. Implementasi dalam hal ini tetap mengacu pada karakteristik yang dimiliki setiap sekolah. Draft pengembangan modal sosial inilah yang nantinya akan divalidasi dan disempurnakan pada tahapan penelitian berikutnya. 111

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Seluruh tahapan penelitian pada pertama telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan desain penelitian yang telah direncanakan. 2. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, modal sosial telah dimanfaatkan oleh subjek penelitian untuk meningkatkan mutu sekolah dan mencapai tujuan sekolah. 3. Kelima modal sosial yang dipetakan dalam penelitian ini pada prinsipnya telah dilaksanakan oleh ketiga subjek penelitian, namun mutual trust dan pelaksanaan norma serta tata tertip sekolah menjadi modal sosial yang paling dominan muncul dan terimplementasi di sekolah. 4. Draft model pengembangan modal sosial yang dikembangkan mengacu pada pelaksanaan modal sosial yang telah terpetakan. Draft model yang telah dikembangkan ini masih perlu disempurnakan dan divalidasi pada tahapan penelitian berikutnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di hasilkan, maka peneliti memberikan beberapa saran. Saran yang diberikan diharapkan dapat menjadi pertimbangkan oleh semua pihak. Adapun saran yang diberikan peneliti: 1. Perlunya meningkatkan kesadaran semua warga sekolah untuk melaksanakan dan mendukung pelaksanaan modal sosial yang dimiliki oleh setiap sekolah. 2. Perlu untuk melakukan sosialisasi lebih luas terhadap pentingnya modal sosial di sekolah-sekolah, agar setiap sekolah dapat memanfaatkan modal sosial sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. 112 3. Perlu untuk melanjutkan dan menyempurnakan draft pengembangan modal sosial menjadi buku pedoman pelaksanaan modal sosial yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah sekolah untuk tujuan peningkatan mutu dan pencapaian tujuan sekolah. 113