Interaksi yang dibangun oleh Tata Usaha TU

Kemudian strategi membangun interaksi yang harmonis antara TU dengan TU sekolah lain adalah dengan melakukan Studi banding antar sekolah, yang berfungsi sebagai pembanding kinerja antara TU sekolah dengan TU sekolah lain. Perbandingan tersebut digunakan sebagai alat ukur mengenai TU sendiri dan memotivasi TU untuk dapat bekerja lebih baik lagi. Komunikasi juga diadakan melalui KTU dalam perwakilan pertemuan antara kepala tata usaha se kota Yogyakarta. Pertemuan yang dilakukan dimanfaatkan sebagai wadah untuk berdiskusi dan memberikan masukan terkait dengan kinerja TU. 4 Interaksi yang dibangun oleh Siswa Membangun interaksi komunikasi yang harmonis antar siswa memerlukan strategi agar hubungan tersebut dapat tahan lama dan berjalan dengan baik. Adapun strategi tersebut adalah dalam kepanitiaan membuat siswa menjadi lebih dekat dan membangun kekeluargaan. Dalam kegiatan yang dilakukan sekolah terutama pada organisasi maka secara tidak langsung akan semakin mempererat hubungan kekeluargaan didalamnya. Hubungan kekeluargaan ini muncul akibat adanya interaksi yang berlangsung terus menerus yang menimbulkan rasa nyaman sehingga siswa mudah akrab satu sama lain. Selain komunikasi yang dibangun di dalam lingkungan sekolahm siswa SMA N 8 Yogyakarta membangun interaksi dan komunikasi dengan siswa di sekolah lain. Salah satu cara membangun interaksi yang baik dengan siswa sekolah lain adalah melakukan kerja sama dan membangun komunikasi agar tetap berjalan dengan lancar. Kerja sama antara keduanya menjadi penting karena salah satu sekolah dapat menjadi contoh demi kemajuan sekolah yang lainnya. 106 Salah satu strategi dari siswa adalah dengan saling menghargai setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekolah lain. hal tersebut berdasarkan ungkapan salah satu siswa SMA N 8, “…Hubungan dengan sekolah lain di sekitar Jogja dengan cara menghargai setiap event yang diadakan oleh sekolah lain…”

C. Pembahasan

Penelitian modal sosial ini dilaksanakan untuk melihat dan memetakan modal sosial yang telah digunakan di tiga sekolah unggulan di Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya, dapat dilihat bahwa pelaksanaan modal sosial sesungguhnya bukanlah merupakan sesuatu yang dapat dilihat dalam bentuk modal berjalan, keuangan atau investasi material yang dimiliki sekolah. Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh Nan Lin Ikhsan, 2013 bahwa modal sosial secara operasional sebagai sumberdaya yang melekat di dalam jaringan sosial yang dapat diakses dan digunakan oleh aktor untuk bertindak. Dengan kata lain modal sosial itu hanya dapat diakses melalui hubungan-hubungan, tidak seperti modal fisik peralatan, teknologi, dll atau modal manusia seperti pendidikan, keterampilan yang pada dasarnya adalah miliki individu. Untuk memberikan pemahaman modal sosial kepada sekolah, maka diperlukan sosialisasi mengenai modal sosial kepada setiap komponen yang terlibat di sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan, wakil kepala sekolah, tata usaha, guru, siswa, dan termasuk komite sekolah. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, modal sosial bukanlah sesuatu yang berwujud uang atau simpanan modal kekayaan berupa materil, namun modal sosial lebih pada sumber daya penting dalam kehidupan sosial. Modal sosial yang dapat dimanfaatkan dengan baik, mampu meningkatkan hubungan interaksi antara setiap personil yang terlibat di sekolah. Mengacu pada rekomendasi enam modal sosial yang diberikan oleh Bank Dunia 107 Grootaert, 2004, yaitu: 1 Kelompok dan jaringan group and networks, 2 Kepercayaan dan solidaritas trust and solidarit, 3 Tindakan kolektif dan kerjasama collective action and collboration, 4 Informasi dan komunikasi information and communication, 5 Kohesi sosial dan interaksi social cohesion and interaction, 6 Pemberdayaan dan tindakan politik empowerment and politic action. Penelitian ini berusaha untuk memetakan lima dari keenam modal sosial tersenut dalam pelaksanaannya di sekolah- sekolah unggulan di Yogyakarta. Modal sosial yang perlu dikembangkan meliputi: 1. Mutual trust 2. Networking 3. Kerjasama 4. Nilai dan Norma Sekolah 5. Interaksikomunikasi yang Ada di Sekolah Kelima modal sosial ini telah dibangun dan dimanfaatkan oleh tiga sekolah unggulan di Yogyakarta. SMAN 1, SMAN 3 dan SMAN 8 secara tidak langsung telah membangun lima kompenen modal sosial dan memanfaatkan modal sosial tersebut dalam pencapaian target visi dan misi sekolah. Secara umum ketiga sekolah unggulan di Yogyakarta memiliki strategi pengembangan dan penguatan modal sosial yang berbeda, walaupun pada prinsipnya modal sosial yang dikembangkan ini memiliki arah yang sama. Pada SMAN 1 Yogyakarta, modal sosial yang paling menonjol adalah bagaimana menjalin mutual trust antara kepala sekolah dengan guru, tata usaha, siswa dan komite sekolah. Salah satu kepercayaan ini dibangun dengan dibentuknya penilaian kinerja guru dan satuan kinerja pegawai SKP. Guru dan pegawai juga diberikan kewenangan untuk mengkritik dan memberikan masukan kepada kinerja yang dilakukan kepala sekolah. Mutual trust antara guru dengan guru dibangun dengan sikap saling mengontrol dan saling 108