Mutual Trust SMA Negeri 3 Yogyakarta

menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu. Kepercayaan tersebut tidak kemudian menjadikan lemahnya pengawasan Kepala Sekolah terhadap guru, selain kepercayaan yang diberikan kepada guru untuk membimbing peserta didik, Kepala Sekolah masih memegang perang kontrol terhadap guru. Kepala sekolah SMA N 3 mengembangkan mutual trust melalui rasa ingin bekerja bersama sehingga kepala sekolah tidak merasa bekerja sendiri. Strategi pengembangan mutual trust tersebut diwujudkan antara kepala sekolah dengan TU melalui pertemuan bersama Kepala TU untuk membahas permasalahan yang dihadapi sekolah atau untuk memantau administrasi sekolah. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancarabersama kepala sekolah sebagai berikut: “….kepala sekolah mengadakan pertemuan bersama wakil-wakil kepala sekolah dan kepala TU untuk diajak berbicara sehingga kepala sekolah tidak merasa sendirian. Kepercayaan yang diberikan kepada TU dibuat secara struktural dan sistematis melalui Kepala TU yang nantinya akan mendelegasikan tugas tersebut kepada staff TU. Sehingga, kepercayaan yang diberikan sesuai dengan jabatan struktural di dalam sekolah. SMA N 3 Yogyakarta sering mendapat julukan sekolah event oleh masyarakat karena banyaknya acara yang diadakan oleh SMA N 3 Yogyakarta, dimana sebagai panitia pelaksananya adalah siswa. Melalui acara-acara yang dipanitiai oleh siswa tersebut, kepala sekolah memberikan kepercayaannya kepada siswa. Kepercayaan ini ditunjukkan melalui dukungan yang diberikan pada setiap acara. Dukungan tersbut baik berupa dukungan moril dan non-moril. Dukungan moril bisa berupa motivasi untuk menyelenggarakan acara penuh tanggung jawab sedangkan dukungan nonmoril bisa berupa izin untuk menyelenggarakan 66 acara. Hal demikian sesuai dengan pernyataan kepala sekolah pada wawancara tanggal 4 Juni 2015 sebagai berikut: “kepala sekolah sebisa mendukung siswa dalam menyelenggarakan event….” Selain itu pengembangan mutual trust juga dilakukan melalui pembentukan forum yang dilakukan satu semester sekali untuk membahas masalah yang dirasakan bersama. Pada forum ini dibahas berbagai permasalahan kegiatan pembelajaran sehingga adanya sikap keterbukaan antar kepala sekolah dengan siswa. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari peningkatan potensi yang kurang baik. Peran komite sekolah diperlukan untuk memberikan dukungan dan memenuhi kebutuhan sekolah, pertimbangan pengambilan keputusan, pengawasan manajemen sekolah, dan mediator untuk wali murid. Untuk itu perlu adanya kepercayaan terhadap komite sekolah. Startegi pengembangan mutual trust dengan komite sekolah dilakukan melalui keterlibatan komite dalam setiap membuat rencana anggaran, laporan keuangan sekolah, dan penyelesaian permasalahan sekolah. Kepercayaan juga terbangun melalui komunikasi yang baik, keterbukaan dan juga saling membantu antara kepala sekolah dan komite sekolah. Sehingga antara pihak sekolah dengan pihak komite sekolah tidak terjadi salah paham. Hal demikian sesuai dengan pernyataan komite sekolah bapak AEH pada wawancara tanggal 23 Juni 2015: “jadi faktor komunikasi sangat baik, keterbukaan, dan saling membackup dan tidak ada sesuatu yang disembunyikan di 3 Bhe itu.” Kepercayaan yang dibangun antara Kepala Sekolah dengan guru, TU, siswa, komite sekolah merupakan wujud dari tiga aspek utama yaitu: pertama, kekayaan batin, norma, dan nilai individual sebagai karakteristik Kepala Sekolah sendiri, kedua, hal wajib dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama, dan 67 ketiga, nilai kelompok yang perkembangannya difasilitasi oleh sistem sosial yang lain. 2 Pengembangan Mutual Trust Guru Pengembangan mutual trust antar guru berdasarkan kompetensi guru dalam meguasai bidangnya masing-masing. Setiap guru percaya bahwa guru yang mengajar di SMA N 3 Yogyakarta sudah memenuhi kualifikasi sebagai pengajar berdasarkan ijazah yang dimiliki. Kepercayaan antar guru juga dibangun melalui kegiatan- kegiatan yang dilakukan. Kegiatan tersebut berupa kegiatan yang sifatnya formal seperti pertemuan-pertemuan dinas, workshop dan rapat serta pertemuan yang sifatnya nonformal seperti berlibur bersama. Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama menimbulkan rasa kebersamaan yang lebih kuat antar guru. Sehingga mutual trust akan semakin meningkat yang nantinya memiliki dampak pada pengembangan modal sosial di suatu sekolah. Guru-guru SMA N 3 Yogyakarta menunjukkan kepercayaan terhadap siswanya melalui seringnya keterlibatan siswa dalam perlombaan yang dibimbing oleh guru serta keterlibatan siswa dalam penelitian yang dilakukan oleh guru. Hal demikian sesuai dengan pernyataan bapak DD tanggal 3 Juni 2015 sebagai berikut: “kalau dengan siswa saya lebih dekat karena memang fokus saya ke penelitian.” Mutual trust antara guru dengan TU berdasarkan kinerja TU yang konsekuen dan tanggung jawab serta pelayanan TU terhadap kebutuhan administrasi guru. Pelayanan tersebut dilakukan TU terhadap guru sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari TU. 68 Mutual trust guru dengan TU didasarkan pada perasaan yakin bahwa TU akan melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru. Hasil dari kepercayaan yang dibangun tersebut berupa pola tindakan yang saling mendukung antara guru dengan TU. Tindakan ini nantinya menjadi bentuk kerja sama yang efektif antara guru dan TU. Pengembangan mutual trust antara guru dengan orang tua siswa dibangun melalui bentuk koordinasi dengan orang tua. Bentuk koordinasi tersebut berupa pengawasan terhadap peserta didik, koordinasi mengenai keterlibatan siswa dalam kegiatan nonakademik, serta koordinasi mengenai dana atau sponsor yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan siswa. Selain itu kepercayaan yang sama juga diberikan oleh orang tua terhadap pihak sekolah terutama pihak guru. Keyakinan orang tua kepada pihak sekolah mengenai lingkungan yang baik memberikan harapan bagi orang tua bahwa anaknya akan mendapat bimbingan yang baik pula oleh guru. 3 Pengembangan Mutual Trust Tata Usaha TU Mutual trust antara TU dengan siswa dalam bentuk pelayanan yang maksimal yang diberikan oleh TU. Pelayanan tersebut berupa pelayanan dalam segi sikap maupun administrasi. Hal demikian berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SMA N 3 Yogyakarta RN pada tanggal 23 Juni 2015 seperti berikut: “TU sih secara pelayanan bagus, kalo soal pembayaran SPP atau kita Tanya kekurangan sppnya berapa nah itu juga ngasih jawabanya pasti, gak mbingungin juga…” Pengembangan mutual trust antara TU dengan TU yang lain dalam bentuk pembagian tugas pada masing-masing staff TU. Pembagian tugas tersebut sudah disesuaikan dan diplotkan dengan masing-masing kemampuan yang dimiliki oleh staff TU. 69 Kepercayaan antar staff TU juga ditunjukkan melalui usaha untuk mengcover pekerjaan staff TU yang lain untuk menunjukkan keberhasilan suatu pekerjaan di mata orang lain. Hal tersebut menunjukkan beberapa unsur modal sosial yaitu, adanya kohesifitas atau hubungan yang erat dan padu dalam membangun solidaritas kelompok, munculnya sikap alturisme yaitu paham yang mendahulukan kepentingan orang lain, adanya perasaan tidak egois dan tidak individualistis dimana anggota kelompok disini merupakan staff TU mengutamakan kepentingan umum dan orang lain di atas kepentingan sendiri, serta adanya gotong royong yang berupa sikap empati dan perilaku mau menolong orang lain, bahu membahu dalam melakukan berbagai upaya kepentingan bersama.

4 Strategi Pengembangan Mutual Trust Siswa

Mutual trust antar siswa dibentuk berdasarkan kepedulian terhadap siswa yang lain. Kepedulian diwujudkan dalam bentuk membantu pekerjaan teman yang tertinggal dalam hal akademis. Hal tersebut menunjukkan bahwa modal sosial terbangun dengan baik dimana siswa memberikan kemudahan untuk siswa yang lain di sekolah. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan RN 23 Juni 2015 seperti berikut:”yang peduli teman atau saling membackup….” 5 Pengembangan Mutual Trust Komite Sekolah Pembangunan mutual trust antara komite sekolah dengan TU dibangun antara lain komite memonitoring jadwal yang dibuat untuk siswa; komunikasi yang baik antara TU dengan komite sekolah; komite memberikan kritik dan saran kedapa sekolah mengenai masalah anggaran; serta komite sekolah 70 mengembangkan mutual trust karena ada anggapan TU sudah terbiasa dengan sistem. Komite sekolah sebagai wakil dari orang tua memiliki fungsi pengawasan terhadap sistem yang berjalan di sekolah. Pengawasan yang didasari pada mutual trust menghasilkan interaksi yang efektif sehingga ikatan emosional antar komite dengan pihak sekolah mampu mendukung terbentuknya modal sosial yang kuat.

b. Networking Jaringan

1 Strategi Membangun Jejaring Kerja Sekolah Jejaring kerja di SMA N 3 Yogyakarta dibangun dengan sekolah di dalam negeri dan di luar negeri. Di dalam negeri mempunyai sisters school yaitu SMA N 2 Pati dan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Sedangkan di luar negeri, mempunyai jejaring kerja dengan Warnamboll College Victoria Australia dan Goethe Institute. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bapak AS pada wawancara tanggal 4 Juni 2015 sebagai berikut: “SMA N 3 Yogyakarta banyak membangun kerja sama dengan sekolah baik di dalam maupun di luar negeri….” Jejaring yang dibangun di SMA N 3 Yogyakarta dengan sekolah lain berdasarkan kebijakan saling menguntungkan. Kebijakan saling menguntungkan ini merupakan bentuk saling memberi dan saling menerima antara kedua belah pihak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kepala Sekolah ibu DRW 4 Juni 2015 seperti berikut: “…….dalam kerja sama tersebut SMA 3 menganut kebijakan saling menguntungkan, dimana mereka tidak hanya memberi tapi juga menerima, dan juga sebaliknya. ” 71 Selain itu, SMA Negeri 3 Yogyakarta Jejaring kerja dibangun dengan Dinas Pendidikan melalui kerja sama dengan Dinas Kabupaten Berau Kalimantan Utara untuk pertukaran guru. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak AS tanggal 4 Juni 2015 seperti berikut: “Selain itu dengan Kabupaten Berau – Kalimantan Timur yang sekarang masuk Kalimantan Utara…” Adapun jejaring kerja dengan orang tua siswa dilakukan melalui pertemuan formal dan nonformal. Secara formal diprogramkan setahun sekali untuk masing-masing tingkat, secara nonformal jika ada siswa yang mengalami masalah maka orang tua akan diundang ke sekolah untuk mengkomunikasikan masalah tersebut. Sedangkan untuk kelas XII dua kali pertemuan pada saat pengambilan raport. Hal demikian sesuai dengan pernyataan bapak IA pada wawancara tanggal 8 Juni 2015 seperti berikut: “Dengan wali murid ada hubungan formal dan nonformal, secara formal diprogramkan selama setahun sekali untuk masing-masing tingkat, khusus untuk kelas XII dua kali pertemuan pada pengambilan raport. Forum nonformal ada jika ada problem dengan siswa, sehingga perlu komunikasi dengan orang tua, orang tua akan diundang oleh sekolah” Jejaring kerja dengan lingkungan sekitar dilakukan dengan memenuhi undagan yang diberikan ke pihak sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh bapak IA dalam wawancara tanggal 8 Juni 2015 sebagai berikut: “Dengan lingkungan sekitar, jika ada undangan akan memenuhi undangan tersebut.” Selanjutnya jejaring kerja dilakukan SMA Negeri 3 Yogyakarta. dengan beberpa lembaga pendidikan tinggi seperti Universitas Gajah mada, Universitas Negeri Yogyakartaa Universitas Kristen Duta Wacana, dan Universitas Sanata Dharma. SMA N 3Yogyakarta terkenal memiliki hubungan jejaring yang solid dengan para alumninya. Jejaring kerja dengan alumni 72