Analisis Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Mikro Ergonomi

BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI

6.1. Analisis

6.1.1. Analisis Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Mikro Ergonomi

Berikut ini analisis pemecahan masalah yang ada pada bagian ruang tunggu Stasiun kereta api dengan menggunakan pendekatan Mikro Ergonomi meliputi: 1. Posisi peletakan display informasi yang kurang strategis Pada kondisi aktual terdapat dua buah display yaitu pada bagian pintu masuk ruang tunggu dan peron 2 Stasiun kereta api. Sebaiknya display informasi diletakkan pada areal yang mudah dilihat oleh penumpang ketika menunggu kedatangan kereta api tujuan yaitu dibagian ruang tunggu Stasiun kereta api. Maka seharusnya ditambahkan dua buah display informasi di bagian ruang tunggu dan satu buah display di peron dua. Perencanaan ulang posisi peletakan display informasi dapat dilihat pada Gambar 6.1. 2. Kondisi temperatur udara di bagian ruang tunggu yang panas 31-35,3 o C Kondisi temperatur udara yang panas pada bagian ruang tunggu Stasiun kereta api di Medan dapat diatasi dengan menggunakan alat pendingin ruangan. 13 Kapasitas AC berdasarkan PK: AC ½ PK = ± 5.000 BTUh AC ¾ PK = ± 7.000 BTUh Alat pendingin ruangan yang bisa digunakan pada Stasiun kereta api yaitu kipas angin dan AC Air Conditioning. Dengan pemakaian AC, bisa diterapkan pada ruang tunggu yang tertutup, memiliki keuntungan yaitu temperatur udara di suatu ruangan dapat lebih mudah diatur sesuai kenyamanan pengguna. Perhitungan jumlah kebutuhan AC dalam satuan BTU British Termal Unit pada suatu ruangan dengan menggunakan rumus berikut: Kebutuhan AC dalam BTU = W x H x I x L x E 60 dimana: W = Panjang ruang dalam feet H = Tinggi ruang dalam feet I = Nilai 10 jika ruang berinsulasi berada di lantai bawah, atau berhimpit dengan ruang lain. Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi di lantai atas. L = Lebar ruang dalam feet E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap timur; Nilai 18 jika menghadap selatan; dan nilai 20 jika menghadap barat. 1 meter = 3,28 feet 13 Andrias, Saputra. 2010. Cara Menghitung Jumlah Kebutuhan AC. Andrias- Saputra.Blogspot.com. Diakses pada Tanggal 15 Oktober 2010. AC 1 PK = ± 9.000 BTUh AC 1½ PK = ±12.000 BTUh AC 2 PK = ±18.000 BTUh Contoh perhitungan kebutuhan AC pada ruang tunggu Stasiun kereta api di Medan dalam BTU sebagai berikut: Diketahui: W = panjang ruang = 20 m x 3,28 = 65,6 feet H = tinggi ruang = 3,5 m x 3,28 = 11,48 feet I = 10 berada pada lantai bawah L = lebar ruang = 6 m x 3,28 = 19,68 feet E = 16 dinding terpanjang menghadap utara Kebutuhan AC dalam BTU = W x H x I x L x E 60 = 65,6 x 11,48 x10 x 19,68 x 1660 = 39.522,06 BTU Untuk penggunaan AC 2 PK diperlukan kapasitas ±18.000 BTUh Jumlah AC yang diperlukan = 39.522,06 BTU18.000 BTU = 2,195 ≈ 3 buah AC 2PK Bila 1 PK = 746 watt; maka 2 PK = 1492 watt = 1,492 kW, maka AC 2 PK memerlukan daya listrik 1,492 kW. Dari perhitungan diatas, diketahui jumlah kebutuhan AC untuk bagian ruang tunggu Stasiun kereta api sebanyak 3 buah dengan kapasitas 2 PK. Berikut ini contoh AC yang bisa digunakan pada ruang tunggu Stasiun kereta api dengan spesifikasi AC tipe LG Art Cool Inverter dengan daya listrik 2,5 kW dan kapasitas pendingin 3,21 kW dapat dilihat pada Gambar 6.2. Gambar 6.2. Air Conditioning Posisi peletakan AC usulan pada bagian ruang tunggu stasiun kereta api dapat dilihat pada Gambar 6.3. Gambar 6.3. Posisi Peletakan AC di Ruang Tunggu Stasiun Kereta Api Pemakaian kipas angin dapat diterapkan pada kondisi ruang tunggu Stasiun kereta api yang terbuka. Kipas angin yang dapat digunakan pada ruang tunggu Stasiun kereta api dapat dilihat pada Gambar 6.4. Gambar 6.4. Kipas Angin Tipe Tornado Deluxe Kursi Loudspeaker Tong sampah Tanaman Keterangan Gambar: 2000 cm 600 cm AC AC AC 600 cm 600 cm Kipas angin tipe Tornado Deluxe memiliki radius sebaran angin hingga 5 meter sehingga untuk areal ruang tunggu dengan panjang 20 meter diperlukan empat buah kipas angin pada bagian ruang tunggu Stasiun kereta api di Medan. 3. Tingkat intensitas bunyi yang cukup tinggi 66,8-88,1dB dibagian ruang tunggu yang mengganggu jalannya informasi yang diberikan PPKA kepada penumpang melalui mic Pada kondisi aktual di bagian ruang tunggu Stasiun Kereta Api terdapat empat buah loudspeaker dengan jarak antar speaker yang dapat dilihat pada Gambar 6.4. Gambar 6.4. Jarak antar Loudspeaker Kondisi Aktual di Ruang Tunggu Stasiun Kereta Api 14 1,2 = rata-rata ketinggian telinga manusia pada posisi duduk meter, dapat diganti dengan 1,7 bila ruangan digunakan untuk pendengar yang berdiri. Kemudian dilakukan perhitungan jarak antar loudspeaker yang sesuai standar Satwiko,2008 dengan rumusan: s= 1,4 x h-1,2 meter dimana; s = jarak antar loudspeaker meter h = ketinggian langit-langit dari lantai meter 14 Prasasto,Satwiko. 2008. Fisika Bangunan. Penerbit Andi Yogyakarta. Hal 335-346 2000 cm 600 cm speaker speaker speaker 120 cm 900 cm 480 cm Kursi Loudspeaker Tong sampah Tanaman Keterangan Gambar: Pada bagian ruang tunggu stasiun kereta api, ketinggian langit-langit dari lantai sebesar 3,5 meter dan pada ruang tunggu penumpang dalam kondisi duduk digunakan 1,2 sehingga perhitungan jarak antar loudspeaker yaitu: s = 1,4 x h-1,2 meter s = 1,4 x 3,5-1,2 meter s = 3,22 meter Dengan panjang areal ruang tunggu sebesar 20 meter, maka jumlah kebutuhan loudspeaker yaitu 20 meter3,22 meter = 6,21 ≈ 7 buah loudspeaker. Sehingga diperlukan penambahan tiga buah loudspeaker dibagian ruang tunggu dengan jarak antar loudspeaker sebesar 3,22 meter. Posisi peletakan loudspeaker pada bagian ruang tunggu Stasiun kereta api dapat dilihat pada Gambar 6.5. Gambar 6.5. Posisi Peletakan Loudspeaker Usulan Posisi peletakan loudspeaker yaitu tinggi speaker yaitu dipasang sekitar 2,5 - 3 meter dari lantai, atau sekitar 2 meter dari telinga pendengar. Posisi penempatan speaker janganlah terlalu rendah, karena pendengar yang dekat dengan speaker akan merasa terganggu, tetapi penempatan yang terlalu jauh juga akan menyebabkan suara bergema dan kurang jelas. Penempatan loudspeaker yang disarankan merupakan tipe penempatan tersebar distributed yaitu peletakan rangkaian speaker di atas audiensi pendengar. Tipe ini digunakan untuk ruangan Kursi Loudspeaker Tong sampah Tanaman Keterangan Gambar: 2000 cm 600 cm 322 cm 322 cm 322 cm 322 cm 322 cm 322 cm speaker speaker speaker speaker speaker speaker yang langit-langitnya relatif pendek. Tipe ini diutamakan untuk aktivitas yang lebih mementingkan kejelasan bunyi dan tidak terlalu mementingkan arah bunyi. Tipe ini biasa digunakan untuk ruang kelas dan ruangan pada bandar udara. Loudspeaker yang bisa digunakan pada Stasiun kereta api yaitu tipe Box speaker ZS-F2000B dengan spesifikasi: power input 100 Watt, frekuensi respons 65 Hz- 20 KHz, dimensi 244 x 373 x 235 mm, sound pressure level 92dB. Berikut ini loudspeaker tipe ZS-F2000B dapat dilihat pada Gambar 6.6. Gambar 6.6. Loudspeaker Tipe ZS-F2000B 15 Bangunan peredam bunyi bisa berupa dinding pagar tembok dengan dimensi dan bahan tertentu yang secara maksimal dapat mereduksi kebisingan dan dengan struktur tertentu dianggap cukup tahan, aman dan harmonis dengan Iingkungan sekitarnya. Ada tiga bentuk dinding peredam bunyi yang dapat dilihat pada Gambar 6.7. 15 Keputusan Direktorat Jendral Bina Marga No.036TBM1999 tentang Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Peredam Bising. Hal 17-20. Gambar 6.7. Bentuk Dinding Peredam Bunyi Dimensi dinding peredam bunyi yaitu: tinggi minimal 2,75 m semakin tinggi, kemampuan redaman semakin baik dan dengan tebal dinding minimal 10 cm. Penggunaan bahan bangunan untuk mereduksi bising adalah dari basil olahan industri yang disebut Artificial Light Weight Aggregate, ALWA merupakan sejenis agregat buatan yang diproses dengan suhu tinggi dan relatif lebih ringan daripada agregat biasa atau agregat buatan lainnya. ALWA dapat berupa hasil sampingan dari pabrik besi merupakan hasilproses di tanur tinggi dengan komposisi campuran: Semen : Pasir : ALWA = 1:4:4. Dimensi konblok ALWA dapat dicetak menurut ukuran pabrik, sebagai berikut: 30x15x15 cm. Bahan selain ALWA seperti bata merah atau batako harus dengan rancangan khusus untuk memperoleh kemampuan redaman bising yang baik. Penempatan dinding peredam bunyi dapat dilihat pada Gambar 6.8. Gambar 6.8. Penempatan Dinding Peredam Bunyi

6.1.2. Analisis Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Makro Ergonomi