Tabel 9. Tingkat Pengembalian KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010
Tahun Pendapatan Operasional
Pengeluaran Operasional Tingkat Pengembalian Rate
of return P 2006
8.221.956 7.898.950
3,01 2007
36.793.575 33.247.150
8,81 2008
59.607.720 54.057.720
17,02 2009
86.295.900 76.765.900
9,70 2010
123.890.935 111.410.060
9,14 Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari
data diolah
KKT Lisung Kiwari juga mempunyai prosedur dalam pengajuan pinjaman bagi anggota. Dimana anggota hanya dapat meminjam sebesar dua kali lipat dari
jumlah simpanan wajibnya. Koperasi juga sering sekali mengalami tunggakan pembayaran simpanan. Untuk menyiasatinya koperasi mengirimkan surat pada
anggota yang belum membayar pinjaman. Pada awal-awal diberlakukan kebijakan tersebut banyak anggota yang merasa tersinggung dan marah pada pengurus.
Namun lama kelamaan cara itu terbukti ampuh dengan banyaknya anggota yang mau membayar tepat waktu karena malu apabila sudah menerima surat tagihan.
Tunggakan pinjaman anggota pada tahun 2010, yang sudah lewat dari 30 hari semenjak jatuh tempo hanya sebesar Rp 3.000.000 atau sekitar 1,92 persen.
6.1.4. Jaringan Kerja Koperasi
Konsep jaringan kerja koperasi digunakan karena didasarkan bahwa koperasi merupakan bagian dari suatu lingkungan yang sangat dipengaruhi dan
dapat mempengaruhi suatu lingkungan yang lebih besar dalam arti politik, sosial, dan teknologi Soedjono 2003. Koperasi sebagai sebuah organisasi dituntut untuk
memiliki daya saing usaha yang lebih baik melalui pembaharuan pada sistem perencanaan dan manajemennya. Salah satu cara untuk mengantisipasi persaingan
bebas yaitu melalui jaringan kerja koperasi. Melalui kerjasama diharapkan koperasi-koperasi dapat saling berbagi risiko, mengurangi biaya, meningkatkan
laba, dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan kegiatan koperasi seperti pemasaran dan kekurangan teknologi. Pada jaringan kerja koperasi kerjasama
yang dibentuk biasanya tidak serumit kerjasama pada umumnya. Biasanya
jaringan kerjasama yang dibentuk lebih fleksibel, tidak birokratis, dan disesuaikan dengan kebutuhan anggota-anggotanya.
Jaringan kerja pada KKT Lisung Kiwari lebih melihat pada kebijakan- kebijakan yang diterapkan dan hubungan antara KKT Lisung Kiwari dengan
organisasi atau instansi terkait. Pada penetapan kebijakan-kebijakan anggaran seperti tingkat bunga biasanya didiskusikan dengan anggota koperasi pada RAT
ataupun rapat bulanan. Pengurus tidak mempunyai wewenang untuk menetapkan tingkat bunga sesuai dengan keinginan pengurus. Karena pada koperasi keputusan
tertinggi tetap berada ditangan anggota. Namun sejauh ini, setiap keputusan yang diambil selalu di setujui oleh anggota sebab keputusan yang diambil memang
selalu menguntungkan anggota. Pada jaman dahulu pembentukan koperasi cenderung dari atas yang
tujuannya untuk melancarkan program-program pemerintah atau membantu perusahaan-perusahaan swasta. Sehingga pemerintah sangat memegang kendali
pada setiap kegiatan koperasi khususnya pada Koperasi Unit Desa KUD. Selain pembentukan KUD dibentuk dari atas ruang gerak KUD juga sangat dibatasi.
KUD dalam kegiatannya hanya dibatasi pada kegiatan on farm sedangkan kegiatan pada hulu dan hilir diserahkan pada pengusaha atau pemerintah.
Akibatnya petani anggota tidak merasakan keuntungan. Namun hal ini tidak berlaku pada KKT Lisung Kiwari.
Hubungan antara KKT Lisung Kiwari dan pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Deskoperindag Kabupaten
Bogor berjalan sangat baik. Deskoperindag tidak pernah turut campur dalam kegiatan operasional koperasi. KKT Lisung Kiwari benar-benar berjalan sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh anggota dan tidak ada campur tangan dari pemerintah. Peran Deskoperindag disini hanya memberikan dukungan tetapi tidak
mencampuri manajemen koperasi. Deskoperindag juga memberikan informasi mengenai dana-dana bantuan bagi pembangunan koperasi.
KKT Lisung Kiwari juga menjalin kerjasama dengan beberapa koperasi seperti dengan Koperasi Oriza Sativa dan Koperasi Sugitani. Koperasi Oriza
Sativa membantu KKT Lisung Kiwari dalam memasarkan produk beras SAE. Koperasi Oriza Sativa merupakan koperasi pegawai Dinas Pertanian Kabupaten
Bogor. Jalinan kerjasama ini cukup menguntungkan bagi KKT Lisung Kiwari karena terbantu dalam memasarkan produk-produknya. Jalinan kerjasama lainnya
yang dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari yaitu dengan Koperasi Sugitani. Dimana KKT Lisung Kiwari terbantu dalam mendapatkan alat-alat pertanian dari Koperasi
Sugitani dan Koperasi Sugitani biasanya memanfaatkan unit usaha saprodi KKT Lisung Kiwari dalam penggilingan gabah. Saat ini KKT Lisung Kiwari juga
menjalankan program kemitraan dengan Dompet Dhuafa dalam hal pemasaran pupuk kompos OFER dan beras SAE. Melalui program kemitraan ini KKT Lisung
Kiwari memperoleh manfaat karena terbantu dalam pemasaran produk- produknya. KKT Lisung Kiwari juga mendapatkan beberapa pelatihan dan
pembinaan dari LPS seperti proses pembuatan pupuk kompos. Adapun peta
operasional pemasaran Beras SAE dapat dilihat pada Lampiran 2. 6.2. Penilaian Tangga Perkembangan PTP KKT Lisung Kiwari
Berdasarkan indikator-indikator model perkembangan koperasi yang meliputi visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja dapat dilihat mengenai
kinerja koperasi saat ini. Keuntungan dari menganalisis indikator-indikator model perkembangan koperasi adalah perangkat tersebut dapat mengkombinasikan
ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif pada kinerja koperasi. Hal ini dapat memberikan penilaian yang lebih luas pada kinerja dibandingkan hanya
menganalisis mengenai keuangan koperasinya saja. Berikut ini akan disajikan posisi indikator-indikator model pengembangan koperasi yang terletak pada zona
tertentu.
Tabel 10. Posisi Indikator Model Perkembangan KKT Lisung Kiwari
Indikator Zona
Merah Kuning
Hijau Visi
v Kapasitas
v Sumberdaya
v Jaringan Kerja
v
Melalui wawancara mendalam yang dilakukan pada pengurus, dewan pengawas dan beberapa anggota KKT Lisung Kiwari didapatkan kesimpulan
bahwa indikator visi berada dalam zona hijau yang berarti bahwa kinerja koperasi umumnya baik. Walaupun demikian diperlukan adanya perbaikan-perbaikan yang
tentunya berguna bagi perkembangan koperasi kedepannya. Perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari terkait dengan indikator visi
diantaranya perlunya KKT Lisung Kiwari menjabarkan visi dan misi koperasi secara tertulis. Hal ini dilakukan agar setiap orang khususnya masyarakat sekitar
KKT Lisung Kiwari yang belum menjadi anggota koperasi mengetahui sebenarnya apa yang menjadi tujuan akhir dari koperasi sehingga pengurus tidak
perlu menjelaskan berulang-ulang. Pada manajemen pengurus walaupun sudah terdapat pembagian tugas,
namun setiap pengurus masih mempunyai peran ganda. Dimana ketua dan dua pengurus lainnya yaitu sekretaris dan bendahara membawahi langsung unit usaha
KKT Lisung Kiwari. Idealnya pengurus hanya bertanggung jawab pada manajemen koperasi sedangkan kegiatan operasional diserahkan kepada orang
lain atau menajer profesional. KKT Lisung Kiwari juga belum mempunyai mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi pertentangan atau masalah dalam
tubuh koperasi. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa ini tetap diperlukan sehingga apabila terjadi perselisihan sudah terdapat aturan-aturan tertulis yang
menjadi dasar dalam menyelesaikan pertentangan yang ada. Pada indikator kapasitas KKT Lisung Kiwari berada pada zona hijau yang
artinya kinerja koperasi sudah baik namun perlu melakukan pebaikan-perbaikan lagi agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi anggota. Perbaikan
yang perlu dilakukan adalah perlunya koperasi mengalokasikan dana tambahan yang diperuntukkan bagi pelatihan anggota. Walaupun saat ini sudah ada dana
yang dialokasikan untuk dana pendidikan anggota, namun tidak semua anggota dapat merasakan pelatihan tersebut. Hal ini dikarenakan kecilnya dana yang
dialokasikan untuk pelatihan anggota. Idealnya setiap anggota baru yang masuk koperasi harus mendapatkan pelatihan dasar mengenai koperasi. Adanya pelatihan
tersebut dapat memberikan peluang bagi terciptanya kreatifitas dan inovasi bagi pengembangan koperasi. Melalui pendidikan, anggota dan pengurus diharapkan
akan mudah berkembang sehingga dapat menyerap pengetahuan mengenai prinsip-prinsip koperasi dan keterampilan mengenai pengelolaan manajemen
koperasi yang berhasil. KKT Lisung Kiwari juga perlu melakukan audit bagi laporan keuangan koperasi. Walaupun dalam Undang- undang Perkoperasian
Tahun 1992 No 25 perintah mengenai audit koperasi sudah dihapuskan. Namun koperasi tetap perlu melakukan audit hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kepercayaan anggota terhadap manajemen koperasi dan menjaga kebersihan manajemen koperasi.
Kinerja koperasi jika dilihat dari indikator sumberdaya keuangan berada dalam zona hijau yang berarti keuangan koperasi berada dalam kondisi yang
mendukung bagi perkembangan koperasi. Hal ini didukung oleh permodalan koperasi yang kuat yang berasal dari modal sendiri dan modal luar. Walaupun
pada tahap pembentukan koperasi modal luar sangat mendominasi. Namun sejalan dengan perkembangannya KKT Lisung Kiwari mampu untuk mengurangi
penggunaan modal yang berasal dari luar. Saat ini modal yang berasal dari anggota modal sendiri jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan modal yang
berasal dari luar. Sedangkan apabila dilihat dari indikator jaringan kerja, KKT Lisung Kiwari berada dalam zona kuning yang berarti kinerja koperasi
memuaskan tetapi memerlukan perubahan-perubahan bagi perbaikan koperasi kedepannya. Misalnya koperasi terlibat aktif dalam organisasi puncaknya
koperasi sekunder dalam bentuk keterlibatan dalam hal sumberdaya manusia maupun modal. Hal ini berguna untuk mendukung kemajuan koperasi pertanian
sebagai koperasi sekundernya. Sehingga semua kegiatan yang berhubungan dengan pertanian dapat terintegrasikan dengan baik. Pada koperasi dimana tingkat
integrasinya kuat, maka koperasi akan kuat pula. Begitu juga sebaliknya, jika tingkat integrasinya lemah koperasi akan menghadapi kesulitan. Secara umum
berdasarkan Penilaian Tangga Perkembangan PTP dengan melihat pada indikator-indikator visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja KKT Lisung
Kiwari berada pada zona hijau. Adapaun tabel Penilaian Tangga Perkembangan PTP KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Lampiran 7.
Berdasarkan pengukuran melalui PTP maka dapat diidentifikasikan bahwa kinerja KKT Lisung Kiwari dapat dilihat berdasarkan orientasi proses dan
orientasi hasil. Berdasarkan orientasi proses dapat terlihat dalam kemampuan pengurus dalam menjalankan kegiatan operasional koperasi dan efisiensi yang
dicapai oleh koperasi. Dimana pengurus berusaha untuk menjalankan koperasi sesuai dengan keinginan anggota. Pengurus berusaha untuk mengelola unit-unit
usaha yang dapat menunjang kegiatan anggota. Dimana pada tahap awal pendirian KKT Lisung Kiwari hanya terdapat unit usaha simpan pinjam dan unit usaha
sembako. Namun seiring dengan perkembangan koperasi, pengurus mampu membentuk unit usaha lain yaitu unit usaha sarana produksi pertanian yang dapat
membantu anggota khususnya yang berprofesi sebagai petani dalam mendapatkan input pertaniannya. Selain itu pengurus mampu menjalin kerjasama dengan
beberapa mitra koperasi yang menunjang semua kegiatan koperasi. Efisiensi pada koperasi bukan hanya melihat hubungan output dan input saja. Namun efisiensi
pada koperasi lebih melihat pada seberapa jauh koperasi dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya Soedjono 2000. Sedangkan pada orientasi
hasil dapat terlihat dari kuantitas yang telah dicapai oleh KKT Lisung Kiwari seperti peningkatan SHU anggota setiap tahunnya dan perbaikan kualitas
pelayanan yang dilakukan oleh pengurus koperasi dalam melayani anggota.
VII. IDENTIFIKASI TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA 7.1.