6.1.3. Sumber Daya
Sumberdaya keuangan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja KKT Lisung Kiwari. Karena tidak dapat dipungkiri selain
memiliki dimensi sosial koperasi juga memiliki dimensi ekonomi yang berorientasikan bisnis sehingga koperasi memerlukan dana yang sesuai dengan
lingkup dan jenis usahanya. Sebagai sebuah organisasi yang memiliki unit usaha sudah sangat jelas mengapa koperasi sangat membutuhkan modal. Hal ini
bertujuan untuk membiayai proses pendirian koperasi, pembelian barang-barang modal usaha seperti unit-unit produksi pertanian dan dapat digunakan untuk
membiayai operasional kegiatan koperasi seperti membayar gaji karyawan, listrik, dan lain-lain. Berikut ini akan disajikan data permodalan KKT Lisung Kiwari.
Gambar 10. Perkembangan modal sendiri dan modal luar KKT Lisung Kiwari
Tahun 2006-2010 data diolah Permodalan merupakan salah satu masalah yang paling mendesak bagi
koperasi. Apalagi bagi koperasi pertanian termasuk KKT Lisung Kiwari dimana mayoritas anggotanya merupakan petani yang potensi ekonominya sangat
terbatas. Akibatnya pembentukan modal dapat berjalan dengan sangat lambat. Salah satu solusinya adalah menerima modal yang berasal dari luar. Menurut
Soedjono 2000 investasi yang berasal dari luar diperbolehkan untuk mengembangkan usaha koperasi asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip koperasi.
- 20,000,000
40,000,000 60,000,000
80,000,000 100,000,000
120,000,000 140,000,000
160,000,000
2006 2007
2008 2009
2010
R upia
h
Tahun
Modal sendiri Modal Luar
Sebagai perkumpulan orang, permodalan koperasi tidak berdasarkan saham. Sehingga apabila terdapat modal dari luar maka tidak mungkin memiliki hak
suara. Karena keputusan koperasi diambil berdasarkan satu anggota satu suara. Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa permodalan KKT Lisung
Kiwari pada awalnya memang masih didominasi oleh permodalan yang berasal dari luar. Namun setiap tahunnya modal yang berasal dari dalam koperasi terus
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diakibatkan karena bertambahnya jumlah anggota KKT Lisung Kiwari sehingga jumlah simpanan wajib terus
meningkat. Modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tahun berjalan, dan
SHU tidak dibagi. Sedangkan modal luar yang diperoleh KKT Lisung Kiwari sebagian besar berasal dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
dalam Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro P3KUM sebesar Rp 100.000.000 yang digunakan untuk program simpan pinjam. Dimana
setiap bulannya koperasi harus membayar angsuran sebesar Rp 1.000.000 untuk melunasi pinjamannya. Tujuan dari program ini adalah membantu permodalan
anggota koperasi dalam mengembangkan usahanya khususnya dalam bidang pertanian.
Tabel 7. Tingkat Kecukupan Modal KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010
Tahun Aset
Rp Kewajiban
Rp Tingkat Kecukupan Modal
Koperasi M 2006
37.351.220 29.631.322
26,05 2007
161.866.040 121.631.322
33,08 2008
187.235.912 154.618.196
21 2009
256.274.900 158.071.300
62,12 2010
434.676.150 298.263.375
45 Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari
data diolah
Tingkat kecukupan modal KKT Lisung Kiwari mengalami peningkatan setiap tahunnya dimana aset koperasi melebihi dari kewajiban yang harus
dibayarkan. Pada tahun 2008 tingkatan kecukupan modal koperasi M persen sebesar 21 persen, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 tingkat kecukupan modal
koperasi sebesar 62,1 persen dan 45 persen. Walaupun terjadi penurunan tingkat
kecukupan modal koperasi pada tahun 2010, namun permodalan koperasi masih dapat dikatakan kuat. Karena M 20 persen yang artinya aset yang dimiliki oleh
koperasi lebih besar dari pada kewajiban koperasi. Pertumbuhan aset KKT Lisung Kiwari dilihat berdasarkan jumlah
simpanan yang ditambahkan dengan ekuiti dikurangi dengan jumlah simpanan tahun sebelumnya ditambahkan dengan ekuiti tahun sebelumnya kemudian dibagi
dengan jumlah simpanan ditambah ekuiti tahun sebelumnya. Jumlah simpanan didapatkan dari modal sendiri ditambahkan dengan modal yang berasal dari luar.
Sedangkan ekuiti didapatkan dari pengurangan aset terhadap kewajiban koperasi.
Tabel 8. Pertumbuhan aset KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Simpanan Rp
Ekuiti Rp
Pertumbuhan Aset Koperasi T
2006 27.719.898
10.719.898 0,88
2007 138.519.094
40.234.718 365,02
2008 130.305.094
32.617.716 -8,8
2009 188.203.600
98.203.600 75,8
2010 217.913.775
136.412.775 23,7
Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari
data diolah Selama tiga tahun terkahir pertumbuhan aset KKT Lisung Kiwari
mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2008 pertumbuhan aset koperasi negatif yaitu sebesar -8,8 persen. Hal ini bisa dikarenakan terjadinya inflasi pada tahun
tersebut. Namun pada tahun 2009 pertumbuhan aset koperasi kembali positif sebesar 75,8 persen dan di tahun 2010 pertumbuhan asetnya turun kembali pada
kisaran 23,7 persen. Pembagian SHU Sisa Hasil Usaha pada KKT Lisung Kiwari didasarkan atas banyaknya jasa anggota pada koperasi. Semakin banyak
anggota memanfaatkan layanan koperasi maka SHU yang diterima akan semakin besar pula. Pembagian SHU pada KKT Lisung Kiwari setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Ini bisa disebabkan karena anggota sudah mulai menyadari bahwa semakin banyak mereka melakukan transaksi di koperasi, maka mereka juga akan
mendapatkan keuntungan dalam bentuk SHU yang dibagikan setiap tahunnya.
Gambar 11 . Perkembangan SHU KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010
Tahun 2006 SHU yang dibagikan pada anggota hanya sekitar Rp 1.493.006 dan terakhir pada tahun 2010 jumlah SHU yang dibagikan sebesar Rp
12.480.875 dan pada tahun 2011 sesuai dengan rencana kerja pada RAT, koperasi menargetkan dapat memperoleh SHU sebesar Rp 15.000.000. SHU yang
dibagikan pada anggota koperasi berasal dari pendapatan bersih koperasi dimana 40 persen dibagikan pada anggota atas jasa yang sudah dilakukan anggota pada
koperasi, selanjutnya 40 persen digunakan untuk cadangan dana koperasi sedangkan sisanya sebesar 15 persen digunakan untuk pengurus, alokasi untuk
dana pendidikan dan kesejahtera koperasi sebesar 5 persen untuk masing-masing bagian. Sedangkan untuk pembangunan kerja daerah dan kesejahteraan sosial
masing-masing mendapatkan alokasi dana sebesar 2,5 persen. Tingkat pengembalian rate of return terhadap investasi yang ditanamkan pada unit usaha
KKT Lisung Kiwari pada tahun 2010 sebesar 9,14 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa koperasi mampu melindungi ekuitinya, pembagian SHU selalu
menunjukkan hasil yang positif dan terdapat ketentuan cadangan modal bagi koperasi.
- 2,000,000
4,000,000 6,000,000
8,000,000 10,000,000
12,000,000 14,000,000
2006 2007
2008 2009
2010
Rupi a
h
Tahun
SHU
Tabel 9. Tingkat Pengembalian KKT Lisung Kiwari Tahun 2006-2010
Tahun Pendapatan Operasional
Pengeluaran Operasional Tingkat Pengembalian Rate
of return P 2006
8.221.956 7.898.950
3,01 2007
36.793.575 33.247.150
8,81 2008
59.607.720 54.057.720
17,02 2009
86.295.900 76.765.900
9,70 2010
123.890.935 111.410.060
9,14 Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari
data diolah
KKT Lisung Kiwari juga mempunyai prosedur dalam pengajuan pinjaman bagi anggota. Dimana anggota hanya dapat meminjam sebesar dua kali lipat dari
jumlah simpanan wajibnya. Koperasi juga sering sekali mengalami tunggakan pembayaran simpanan. Untuk menyiasatinya koperasi mengirimkan surat pada
anggota yang belum membayar pinjaman. Pada awal-awal diberlakukan kebijakan tersebut banyak anggota yang merasa tersinggung dan marah pada pengurus.
Namun lama kelamaan cara itu terbukti ampuh dengan banyaknya anggota yang mau membayar tepat waktu karena malu apabila sudah menerima surat tagihan.
Tunggakan pinjaman anggota pada tahun 2010, yang sudah lewat dari 30 hari semenjak jatuh tempo hanya sebesar Rp 3.000.000 atau sekitar 1,92 persen.
6.1.4. Jaringan Kerja Koperasi