tertentu. Sedangkan orientasi hasil dapat dicapai apabila kriteria produktivitas tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang akhirnya dapat sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh anggota koperasi.
3.1.2. Konsep Partisipasi
Partisipasi anggota adalah keterlibatan mental dan emosional terhadap koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi dan berbagi tanggung
jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi Kementrian Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah 2010. Partisipasi anggota dapat juga
diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik sebagai pemilik maupun pelanggan.
Titik awal partisipasi dalam sebuah koperasi adalah anggota koperasi. Melalui partisipasi diharapkan dapat menggugah kesadaran anggota koperasi
bahwa kegagalan atau keberhasilan suatu koperasi bukan saja tanggung jawab dari pengurus koperasi melainkan sangat bergantung pada peran aktif atau keterlibatan
anggota pada semua kegiatan koperasi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota Elizabeth 2008. Partisipasi dapat
dipandang dari beberapa dimensi tergantung dari mana kita melihatnya. Berikut ini adalah dimensi-dimensi dalam partisipasi menurut Hendar dan Kusnadi
1999: 1
Partisipasi dipandang dari sifatnya Menurut sifatnya partisipasi dibedakan menjadi partisipasi yang
dipaksakan dan partisipasi sukarela. Partisipasi yang dipaksakan terjadi bila seseorang dipaksa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu.
Sedangkan partisipasi sukarela merupakan partisipasi yang terjadi dalam koperasi dimana sifat sukarela ini menuntut pengurus agar bisa
merangsang anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan koperasi. 2
Partisipasi dipandang dari bentuknya Dilihat dari keformalannya, partisipasi dapat digolongkan menjadi
partisipasi yang bersifat formal dan informal. Partisipasi formal menuntut adanya suatu mekanisme yang formal dalam setiap kegiatan ataupun
pengambilan keputusan. Sedangkan dalam partisipasi non formal dalam
melakukan setiap kegiatan atau pengambilan keputusan hanya terdapat persetujuan lisan saja.
3 Partisipasi dipandang dari pelaksanaannya
Dipandang dari pelaksanaannya partisipasi dapat dibagi menjadi partisipasi secara langsung dan secara tidak langsung. Partisipasi secara
langsung terjadi apabila seseorang dalam suatu kegiatan dapat menyampaikan ide, gagasan atau harapan secara langsung kepada
pimpinannya. Partisipasi secara tidak langsung merupakan kebalikan dari partisipasi langsung dimana dalam menyampaikan sesuatu seseorang harus
melewati tahapan tertentu hingga pada akhirnya pendapatnya bisa sampai kepada pimpinan.
4 Partisipasi dipandang dari segi kepentingannya
Menurut segi kepentingannya koperasi dapat dibedakan menjadi partisipasi kontributif dan intensif. Kedua jenis partisipasi ini berhubungan
dengan peran ganda yang dimiliki oleh anggota koperasi yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Sebagai pemilik anggota koperasi
dapat memberikan kontribusinya dalam hal keuangan, pembuatan keputusan serta pengawasan terhadap jalannya koperasi. Sebagai
pelanggan anggota koperasi menginginkan agar koperasi dapat melayani kepentingan anggota melalui usaha-usaha yang efisien dan efektif.
Partisipasi intensif merupakan partisipasi yang paling penting dalam sebuah koperasi. Koperasi dapat meningkatkan partisipasi anggotanya jika
koperasi mampu memberikan pelayanan yang intensif kepada anggotanya melalui peningkatan manfaat keanggotaan.
Ropke 1985 dalam Hendar dan Kusnadi 1999 menyebutkan bahwa pada dasarnya partisipasi dalam suatu koperasi ditentukan oleh tiga faktor yaitu
anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Partisipasi dalam pelayanan akan berhasil dilaksanakan oleh koperasi jika terdapat kesesuaian fit
antara anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Kesesuaian antara anggota dan manajemen koperasi terjadi jika anggota
mempunyai kemampuan dan keinginan dalam mengemukakan pendapatnya
kemudian manajemen koperasi dapat mewujudkan permintaan anggota tersebut dan program dalam keputusan manajemen.
Kesesuaian antara anggota dan program koperasi terjadi apabila adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dengan keluaran output yang dihasilkan
oleh program koperasi. Program koperasi merupakan rencana kerja dari pengurus koperasi. Program koperasi tersebut bisa berupa pelayanan ataupun kegiatan
usaha koperasi yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana produksi, penjualan barang konsumsi, penyediaan fasilitas pinjaman, penerimaan
pembayaran rekening listrik, dan sebagainya. Kesesuaian yang terakhir harus ada kesesuaian antara manajemen koperasi
dengan program koperasi. Berbagai macam program yang direncanakan harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan program tersebut.
Apabila digambarkan maka model kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut:
hasil output tugas task
kebutuhan kemampuan
need ability Permintaan Keputusan
Gambar 1. Model Kesesuaian fit Partisipasi
Sumber : Ropke 1985 dalam Hendar dan Kusnadi 1999
Pada model kesesuaian Ropke, menunjukkan bahwa jika terjadi kesesuaian antar output, keinginan dan sumberdaya yang dikeluarkan maka keberhasilan
partisipasi pada koperasi akan terwujud. Terdapat alat yang digunakan oleh anggota koperasi dalam mengeluarkan pendapatnya agar dalam setiap keputusan
Alat- alat Partisipasi Para Anggota
Manajemen Koperasi
Voice Vote
Exit Program
Keberhasilan Partisipasi
manajemen tercermin keinginan anggota koperasi yaitu hak mengeluarkan pendapat, hak suara dalam pemilihan, dan hak keluar. Melalui voice, anggota
dapat mempengaruhi manajemen dengan cara mengeluarkan pendapat, memberikan informasi, dan kritik kepada koperasi. Dengan vote, anggota koperasi
dapat mempergunakan hak suaranya dalam pemilihan pengurus koperasi yang sesuai dengan keinginannya. Sedangkan dengan exit, anggota dapat meninggalkan
koperasi jika koperasi tidak mampu memberikan pelayanan pada anggotanya. Pada dasarnya anggota akan berperan aktif dalam seluruh kegiatan
koperasi apabila manfaat yang anggota dapatkan lebih besar dibandingkan dengan kontribusi yang harus dilakukan Hanel 1992. Sehingga partisipasi anggota
dalam suatu koperasi akan terjadi apabila terdapat manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota. Keterlibatan anggota terhadap koperasi sangat tergantung pada
sejauh mana koperasi dapat menawarkan manfaat-manfaat ekonomi terhadap anggota. Menurut Arif 1990 dalam Hendar dan Kusnadi 1999 anggota
koperasi sudah seharusnya mendapatkan manfaat khusus dari koperasi karena kedudukannya sebagai pemilik dan pelanggan. Sebagai sebuah organisasi bisnis
yang otonom dimana anggota pada koperasi berperan sebagai pemilik dan pelanggan maka koperasi dapat memberikan manfaat yang maksimal melalui
penerapan integrasi vertikal pada unit-unit usahanya. Integrasi vertikal merupakan suatu strategi efektif yang dapat digunakan
oleh koperasi dalam memenangkan persaingan Robbins 1985. Menurut David 2009 melalui integrasi vertikal memungkinkan sebuah organisasi memperoleh
kendali atas distributor, pemasok ataupun pesaing. Adanya integrasi ke belakang bertujuan untuk membantu kelancaran akan sumber-sumber bahan mentah dan
menjamin adanya biaya bahan yang rendah. Integrasi ke depan bertujuan sebagai jalan keluar untuk menjamin kelancaran penjualan suatu produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan. Manfaat dari penerapan integrasi vertikal yang paling umum adalah penghematan atau penekanan biaya dalam produksi, penjualan,
pembelian, dan biaya transaksi untuk transaksi-transaksi pasar. Melalui penerapan integrasi vertikal tersebut akan memudahkan koperasi
dalam memanfaatkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh koperasi.
Sehingga melalui keunggulan-keunggulan tersebut akan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar pada anggota. Adapun keunggulan tersebut adalah :
1 Skala Ekonomi Economies of scale
Menurut Hendar dan Kusnadi 1999 skala ekonomi merupakan suatu faktor yang memungkinkan perusahaan untuk memproduksi output
lebih banyak dengan biaya rata-rata yang lebih rendah. Skala ekonomi ini dapat diperoleh apabila terdapat aktivitas nyata seperti spesialisasi dan
terdapat reduksi ketidakpastian. Selain itu adanya efek biaya tetap yang timbul karena memproduksi dalam jumlah yang besar sehingga dapat
menghasilkan biaya tetap rata-rata yang semakin rendah, dengan meningkatnya output yang dihasilkan juga akan menyebabkan organisasi
memiliki skala ekonomi. Peningkatan skala usaha karena adanya integrasi juga dapat
memungkinkan organisasi untuk memperoleh skala ekonomi. Karena melalui integrasi memungkinkan adanya penghematan biaya pemasaran
masing-masing anggota dan penurunan harga beli sehingga biaya per satuan masing-masing anggota dapat menurun. Hendar dan Kusnadi
1999 menyebutkan terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan apabila koperasi ingin mewujudkan keunggulan ekonomis, yaitu :
a. Koperasi harus memperhatikan kemampuan yang sama dalam
memproduksi dan mendistribusikan produk kepada anggota dibandingkan dengan pesaingnya.
b. Manajer perlu diberi kesempatan untuk meminimalkan biaya
produksi. c.
Koperasi harus mampu untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada anggota.
2 Kompetisi
Koperasi mampu untuk berkompetisi dikarenakan kemampuan koperasi dalam menciptakan skala ekonomi sehingga koperasi mampu
untuk menetapkan harga dan jumlah yang dapat bersaing didalam suatu pasar. Hal ini juga didasari karena kemampuan koperasi dalam
menciptakan bargaining position dipasar melalui kekuatan dalam
penawaran suatu barang. Adanya bargaining position ini dapat menguntungkan koperasi karena dapat membawa pengaruh pada aktifitas
koperasi seperti kontrak, negosiasi, dan petani yang tergabung dalam keanggotaan koperasi dapat menyamakan kualitas produk yang akan
dijualnya Ton et al. 2007. Sehingga jika seluruh produsen pada suatu daerah tertentu bergabung menjadi anggota koperasi, maka koperasi dapat
menjadi suatu kekuatan dalam mengendalikan pasar Baga et al. 2009. 3
Biaya Transaksi transaction cost Hendar dan Kusnadi 1999 menyebutkan bahwa biaya transaksi
merupakan biaya-biaya lain yang timbul diluar biaya produksi. Biaya transaksi biasanya berhubungan dengan munculnya transaksi antar unit
seperti biaya informasi, biaya monitoring, biaya kontrak, dan lain-lain. Biaya informasi seperti informasi pasar dan biaya pemeliharaan pada
koperasi cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan biaya informasi pada perusahaan-perusahaan diluar koperasi. Hal ini didasari
karena adanya identitas ganda anggota yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Sehingga anggota akan berjuang semaksimal mungkin untuk
kemajuan koperasi dan masing-masing anggota akan saling mengawasi kegiatan masing-masing.
4 Mengurangi Risiko Ketidakpastian
Ketidakpastian dapat muncul karena tidak terdapatnya hubungan antara pemilik dengan pengguna input tersebut Hendar Kusnadi 1999.
Sehingga pemilik input masih belum pasti dalam menyuplai inputnya. Akibatnya penawaran input akan sangat bergantung terhadap permintaan
input tersebut. Namun ketidakpastian dalam koperasi dapat dikurangi melalui transaksi pada pasar internal. Karena anggota akan membeli atau
menjual barang kepada koperasi melalui pasar internal sehingga tingkat risiko yang ditanggung menjadi rendah.
Peranan koperasi dalam bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peranan koperasi dalam bidang sosial. Hal ini dikarenakan koperasi sebagai
organisasi yang terdiri dari dua dimensi sekaligus yaitu dimensi ekonomi dan
dimensi sosial. Menurut Soetrisno 2003
4
kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh koperasi tidak hanya dilihat pada sisi ekonominya saja. Namun kekuatan koperasi
juga dapat dilihat dari sisi non-ekonomis yang menjadi salah satu faktor yang dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kegiatan ekonomi anggota dan
unit usaha koperasi. Sehingga manfaat yang dapat diperoleh anggota koperasi tidak hanya manfaat ekonomi saja namun juga manfaat sosial. Baswir 2000
mengatakan bahwa manfaat koperasi secara sosial adalah : 1
Mendidik anggota koperasi agar memiliki semangat untuk bekerja sama baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan
usaha anggota maupun dalam membangun tatanan sosial yang lebih baik lagi.
2 Mendidik anggota koperasi agar memiliki semangat berkorban sesuai
dengan kemampuan masing-masing anggota demi terwujudnya suatu tatanan sosial adil dan beradab.
3 Mendorong suatu tatanan sosial yang lebih manusiawi yang tidak
didasarkan pada hubungan-hubungan kebendaan namun lebih melihat dari rasa persaudaraan dan kekeluargaan.
4 Mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan
kewajiban setiap anggota lebih terlindungi. 5
Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
Koperasi selain berperan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga berperan
sebagai pendorong bagi terwujudnya suatu tatanan sosial yang lebih manusiawi dan demokratis. Hal ini sesuai dengan asas dan prinsip yang dimiliki oleh
koperasi dimana koperasi merupakan suatu bentuk organisasi yang bedasarkan asas kekeluargaan dan dikelola secara demokratis. Manfaat koperasi baik pada
bidang ekonomi maupun sosial bersifat saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan dari hakikat koperasi sebagai sebuah organisasi yang berbeda dengan
organisasi pada umumnya.
4
Soetrisno N.
2003. Koperasi
Indonesia Potret
dan Tantangan.http:www.ekonomirakyat.orgedisi_17artikel_5.htm. [21 Mei 2011].
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional