Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

KKT Lisung Kiwari yang merupakan salah satu koperasi pertanian yang terdapat di Kabupaten Bogor. Sebagai salah satu koperasi pertanian, KKT Lisung Kiwari memiliki tantangan untuk membangun koperasi dengan basis keanggotaan agar dapat digunakan sebagai wadah untuk memberdayakan anggota, mensejahterakan anggota dan berperan aktif dalam membangun pertanian. Koperasi merupakan suatu organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki jatidiri yang terdiri dari organisasi, nilai- nilai dan prinsip yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Berdasarkan jatidiri yang dimilikinya, KKT Lisung Kiwari diharapkan mampu untuk mencerminkan nilai-nilai koperasi melalui prinsip-prinsip koperasi yang dijadikan sebagai pedoman dalam bekerja. Menurut Soedjono 1997 dalam Baga et al.2009 keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari aspek makro dan aspek mikro. Keberhasilan dalam aspek makro dapat terlihat dari peranan koperasi dalam pembangunan perekonomian nasional. Sedangkan dalam aspek mikro dapat terlihat dari peran koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Keberhasilan koperasi dalam aspek mikro dapat dilihat dari dua segi yaitu unit usaha dan organisasi. Jika dilihat dari segi unit usaha KKT Lisung Kiwari sudah dapat dikatakan berhasil. Hal ini didasari oleh peningkatan jumlah anggota koperasi, peningkatan modal koperasi yang berasal dari anggota, peningkatan laba koperasi dan volume penjualan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan keberhasilan dalam segi unit usaha, KKT Lisung Kiwari sudah dapat dikatakan berhasil. Karena menurut Baga et al.2009 terdapat koperasi-koperasi yang berhasil secara unit usaha namun tidak memiliki kekuatan organisasi. Sehingga untuk melihat perkembangan koperasi secara keseluruhan perlu juga dilihat dari segi organisasinya. Untuk mengetahui perkembangan organisasi koperasi dapat dilihat dari kinerja manajemen KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan koperasi. Pengukuran kinerja koperasi sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas koperasi dalam melaksanakan tugas- tugasnya sehingga dapat diketahui apakah pencapaian kinerja KKT Lisung Kiwari sudah sesuai dengan harapan anggota. Kuantitas koperasi dapat dilihat berdasarkan target kerja yang sudah dicapai oleh koperasi. Sebagai sebuah koperasi pertanian, KKT Lisung Kiwari diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan anggota yang berprofesi sebagai petani seperti membantu dalam penyediaan input-input pertanian, pengemasan produk pertanian petani, hingga pemasaran produknya. Sehingga fungsi dari koperasi sebagai organisasi yang dapat meningkatkan pendapatan dan bargaining position petani dapat terwujud. Sedangkan kualitas kinerja koperasi dapat dilihat dari kesempurnaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh manajemen koperasi. Hal ini didasarkan pada kemampuan KKT Lisung Kiwari dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan anggota. Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilakukan oleh koperasi dalam bentuk program-programnya sudah sesuai dengan harapan anggota. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran kinerja KKT Lisung Kiwari adalah Penilaian Tangga Perkembangan PTP bagi koperasi. PTP ini digunakan karena dapat memberikan data dasar mengenai kapasitas kelembagaan koperasi sehingga dapat memudahkan para pengambil keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan pada kegiatan organisasi, unit usaha dan meningkatkan pelayanan kepada anggota. Indikator yang digunakan dalam penilaian kinerja koperasi adalah visi, kapasitas, sumberdaya dan jaringan kerja. Visi digunakan sebagai indikator penilaian dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang berbasiskan anggota sehingga perlu diketahui mengenai tujuan jangka panjang koperasi. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi yaitu pengendalian secara demokratis oleh anggota. Melalui kesamaan visi diantara anggota diharapkan dapat meningkatkan partisipasi anggota dalam seluruh kegiatan koperasi. Kapasitas dijadikan sebagai indikator karena koperasi merupakan organisasi perusahaan sehingga diperlukan indikator yang berorientasi pada kapasitas manajemen koperasi. Manajemen koperasi merupakan salah satu pendukung keberhasilan organisasi. Melalui manajemen yang efektif, koperasi dapat mengembangkan dirinya sebagai sebuah organisasi yang dapat mengelola bisnisnya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi anggota Hanel 1992. Indikator sumberdaya dipilih karena tidak dapat dipungkiri bahwa koperasi memiliki dua dimensi yaitu sosial dan ekonomi. Sehingga indikator yang berfokus pada sistem dan sumberdaya keuangan sangat diperlukan untuk dimensi ekonomi koperasi. Sedangkan indikator jaringan kerja digunakan karena sebagai sebuah organisasi koperasi dituntut untuk dapat memiliki daya saing. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah melalui jaringan kerja yang dibentuk oleh koperasi. Melalui pengukuran kinerja tersebut diharapkan dapat diketahui apakah output yang dihasilkan oleh KKT Lisung Kiwari sudah dengan harapan anggota. Karena dalam organisasi koperasi dibutuhkan kesesuaian antara anggota, manajemen, dan program koperasi. Anggota merupakan ujung tombak koperasi sebagai perkumpulan orang. Sehingga dibutuhkan informasi yang berasal dari anggota yang berkaitan dengan kebutuhannya. Manajemen koperasi berfungsi untuk mewujudkan keinginan anggota dalam bentuk program-program yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Melalui program-program yang ada pada KKT Lisung Kiwari, kemudian dilihat apakah terdapat manfaat yang dapat diperoleh anggota. Manfaat yang dianalisis adalah manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Hal ini dikarenakan adanya dua dimensi yang dimiliki oleh koperasi yaitu dimensi ekonomi dan dimensi sosial. Koperasi jika dipandang dalam dimensi ekonomi dapat memberikan manfaat ekonomi kepada anggota berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh koperasi. Economics of Scale merupakan salah satu keunggulan koperasi dibandingkan organisasi lainnya. Koperasi juga memiliki kemampuan kompetisi terutama jika koperasi mampu menciptakan economics of scale sehingga dapat menetapkan harga yang bersaing di pasar. Melalui bargaining position koperasi juga dapat menciptakan kekuatan dalam penawaran produk sehingga pendapatan anggota koperasi dapat meningkat. Kemudahan anggota untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dapat terjadi karena koperasi melakukan integrasi vertikal hulu dengan berbagai organisasi yang dapat menunjang kegiatan koperasi. Oleh sebab itu dibutuhkan pertukaran informasi agar koperasi mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh anggota sehingga koperasi dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi anggotanya. Sedangkan jika dilihat dalam dimensi sosial, koperasi dapat memberikan manfaat-manfaat sosial seperti pendidikan, suasana sosial kemasyarakatan, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Berdasarkan manfaat-manfaat yang telah diterima oleh anggota koperasi tersebut kemudian dilihat apakah dengan manfaat yang didapatkan oleh anggota dapat menimbulkan keterlibatan aktif anggota dalam kegiatan koperasi. Karena keterlibatan anggota terhadap koperasi sangat tergantung pada sejauh mana koperasi dapat menawarkan manfaat kepada anggota. Manfaat yang dapat mempengaruhi anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan koperasi adalah manfaat ekonomi. Partisipasi anggota KKT Lisung Kiwari terjadi apabila anggota berperan aktif dalam segala hal yang berhubungan dengan koperasi sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya. Kelebihan koperasi terutama dalam hal partisipasi dapat terjadi karena adanya identitas ganda yang dimiliki oleh anggota yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Melalui prinsip tersebut anggota seharusnya membiayai koperasi dengan cara memberikan kontribusi keuangan dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan manasuka. Anggota diwajibkan juga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan melalui pemberian ide, saran, dan kritik demi kemajuan koperasi. Namun keberhasilan suatu koperasi tidak cukup dengan partisipasi kontributif saja yaitu kontribusi keuangan dan kontribusi dalam pengambilan keputusan. Anggota juga perlu melakukan partisipasi intensif berupa pemanfaatan jasa pelayanan yang ditawarkan oleh koperasi. Semakin tinggi anggota memanfaatkan jasa pelayanan pada koperasi maka akan semakin banyak kontribusi anggota pada pembentukan sisa hasil usaha SHU. Koperasi perlu merangsang partisipasi intensif anggota melalui peningkatan pelayanan terhadap anggota. Tingkat partisipasi anggota pada KKT Lisung Kiwari dapat dilihat dari partisipasi dalam bidang organisasi, partisipasi dalam bidang permodalan, dan partisipasi dalam kegiatan usaha. Partisipasi anggota koperasi dalam bidang organisasi yaitu dalam bentuk kehadiran anggota dalam rapat anggota tahunan RAT dan keaktifan anggota dalam memberikan pendapat atau saran kepada pengurus koperasi. Partisipasi anggota dalam bidang permodalan yaitu dalam bentuk keaktifan anggota untuk membayar simpanan yang telah ditetapkan oleh koperasi yaitu simpanan wajib, dan simpanan manasuka. Sedangkan partisipasi anggota dalam bidang kegiatan usaha dalam bentuk keaktifan anggota untuk memanfaatkan unit-unit usaha yang telah disediakan oleh KKT Lisung Kiwari seperti unit pengadaan sarana produksi pertanian, unit pengadaan sembako, unit simpan pinjam dan unit penjualan voucher. Adapun alur kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 . Alur Kerangka Pemikiran Operasional Manfaat Ekonomi Kapasitas Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari KKT Lisung Kiwari Kinerja KKT Lisung Kiwari Pengukuran Kinerja Koperasi Menggunakan Penilaian Tangga Pengembangan PTP Bagi Koperasi Output KKT Lisung Kiwari Program Bagi Anggota  Peningkatan Pendapatan  Kemudahan Akses Terhadap Sarana Produksi Pertanian  Kepuasan Terhadap Harga Partisipasi Anggota Manfaat Sosial  Partisipasi Dalam Organisasi  Partisipasi Dalam Permodalan  Partisipasi Dalam Bidang Usaha Analisis Hubungan Rank Spearman Alternatif Kebijakan Bagi Pengembangan Koperasi Visi Sumberdaya Jaringan Kerja  Pendidikan  Suana Sosial Kemasyarakatan  Kepedulian terhadap lingkungan

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di RTRW 0202 Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Responden dari penelitian ini adalah anggota koperasi yang tergabung dalam Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari KKT Lisung Kiwari dan berprofesi sebagai petani. Pemilihan lokasi penelitian tersebut ditentukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa KKT Lisung Kiwari merupakan salah satu koperasi pertanian di Kabupaten Bogor yang telah mengembangkan berbagai macam unit bisnis yang ada. KKT Lisung Kiwari juga telah mendapatkan berbagai macam prestasi seperti juara pertama pengelolaan LUEP Lembaga Usaha Ekonomi Desa tingkat Kabupaten Bogor tahun 2006, juara pertama pemberdayaan masyarakat petani padi tingkat provinsi tahun 2007, dan juara pertama pengelola DPM- LUEP Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan tingkat nasional pada tahun 2007. Banyaknya prestasi yang telah diperoleh merupakan suatu bukti bahwa KKT Lisung Kiwari layak diperhitungkan sebagai salah satu koperasi yang mempunyai potensi untuk berkembang lebih baik lagi. Pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Desember- Januari 2011.

4.2. Metode Penentuan Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari petani-petani yang tergabung dalam keanggotaan KKT Lisung Kiwari. Anggota KKT Lisung Kiwari seluruhnya berjumlah 156 orang, namun yang berprofesi sebagai petani hanya 114 orang. Pemilihan responden dilakukan dengan cara mengelompokan populasi dalam suatu kelompok yang homogen. Sehingga responden yang dipilih hanya yang berprofesi sebagai petani saja. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan nama-nama anggota KKT Lisung Kiwari yang berprofesi sebagai petani, kemudian nama-nama tersebut diundi secara acak dan nama-nama yang keluar akan menjadi responden dalam penelitian ini. Responden yang digunakan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan Penilaian Tangga Perkembangan PTP berjumlah 10 orang yang terdiri dari personil senior dari manajemen, ketua koperasi, pengurus koperasi