larutan. Larutan sendiri adalah campuran homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.
Suatu reaksi kimia akan berlangsung apabila terjadi interaksi antara molekul pereaksi atau disebut dengan tumbukan antara molekul-
molekul pereaksi. Namun, tidak semua tumbukan antar molekul pereaksi menghasilkan hasil reaksi, hanya tumbukan yang efektif yang akan
menghasilkan hasil reaksi. Selain itu ada pula yang disebut dengan enegi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi kinetik minimum yang dimilki
oleh partikel sehingga menghasilkan tumbukan efektif.
52
Teori tumbukan dan energi aktivasi dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi, yaitu faktor luas permukaan, faktor suhu, faktor konsentrasi, dan faktor katalis.
Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaanya diperluas dengan mengubah bentuk menjadi kepingan-kepingan kecil
atau menjadi serbuk. Semakkin luas bidang sentuh maka akan semakin besar peluang terjadinya tumbukan. Kenaikan suhu menyebabkan gerak
partikel atau bertambahnya energi kinetik molekul-molekul perekasi. Semakin cepat gerak partikel menyebabkan energi kinetik semakin besar
dan melewati energi aktivasi sehingga laju reaksi semakin cepat. Semakin besar konsentrasi pereaksi maka akan semakin banyak
jumlah partikel molekul pereaksinya. Hal ini menyebabkan banyaknya tumbukan yang terjadi sehingga laju reaksi semakin cepat. Katalis
berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi. Apabila energi aktivasi semakin kecil, maka energi yang dibutuhkan untuk melakukan reaksi pun
menjadi kecil dan mempermudah zat untuk melakukan reaksi.
52
Das Salirawati, dkk., Belajar KIMIA Secara Menark Untuk SMAMA kelas XI, Jakarta: Grasindo, 2007
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian Susiwi, dkk. dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H
” menunjukan bahwa melalui pembelajaran MPP D-E-H: kemammpuan merumuskan hipotesis, mengendalikan variabel dan merancang
percobaan dapat dicapai secara tuntas oleh masing-masing subjek penelitian hasil rancangan yang dibuat siswa, terutama percobaan tersebut aman dan
efisien untuk dilaksanakan.
53
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gebi Dwiyanti dan Wiwi Siswaningsih pada salah satu SMU di Bandung dengan judul
“Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia
Melalui Metode Praktikum ” ditemukan nilai yang baik untuk keterampilan
observasi, nilai cukup untuk keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan untuk keterampilan berkomunikasi. Hal ini menunjukan metode praktikum
dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
54
C kampourakis dan G Tsaparlis melakukan penelitian yang berjudul “A study of the effect of a partical activity on problem solving in chemistry”
menemukan adanya
miskonsepsi dan
kesalahan penginterpretasian.
Kampourakis menyatakan konsep yang diajarkan di kelas dan di praktekan di dalam laboratorium sangat komplikatif. Oleh karena itu, keduanya harus
diajarkan secara berkesinambungan dan saling menghubungkan satu sama lain.
55
Berdasarkan yang dilakukan oleh Akinyemi Olufunminiyi Akinbobola dan Folashade Afolabi dengan judul
“Analysis Of Science Process Skills In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical
53
Susiwi, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H, Jurnal pengajaran MIPA Vol.14, 2009, p. 87-104
54
Gebi Dwiyanti, dan Wiwi Siswaningsih, Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum, 2005, p. 1-8
55
Constantions Kampourakis, Dan Georgios Tsaparlis, A Study O Of Practical Of The Effect Of Practical Activity On Problem Solving In Chemistry, Chemistry Education: Research
And Practive Vol 4, 2003, p. 319-333
Examinations In Nigeria ” menyimpulkan bahwa terdapat lima keterampilan
proses sains yang muncul dalam penelitian selama sepuluh tahun, yaitu manipulasi, perhitungan, mencatat, observasi, dan komunikasi. Adapun hasil
persentase tertinggi untuk keterampilan proses sains kategori basic terdapat pada kelas rendah, sedangkan hasil persentase tertinggi untuk keterampilan
proses sains kategori integrasi terdapat pada kelas tinggi.
56
56
Akinyemi O. A. dan Folashade Afolabi, “Analysis Of Science Process Skills In West
African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations In Nigeria ”, 2010, h.
32-47