Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengakui hakikat materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja. Pembelajaran kimia dibangun melalui penekanan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Siswa diharapkan menemukan fakta- fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah. Meskipun begitu, bagi sebagian siswa kimia dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit karena didalamnya terdapat konsep-konsep yang abstrak sehingga siswa kurang mampu untuk memahaminya. Untuk dapat mengkonstruk pengetahuan siswa dengan baik, maka tugas seorang guru adalah menyampaikan materi dengan merancang pembelajaran yang efektif, mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, serta membuat instrumen pembelajaran yang diperlukan. Pendekatan ketrampilan proses dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan pada pembelajaran kimia karena selain menguasai konsep-konsep kimia, siswa juga diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan proses yang digunakan para ahli dalam memperoleh dan mengembangkan kurikulum. Pendekatan ketrampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa 6 . “Pendekatan proses adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan 138 6 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. ” 7 Pendekatan proses dikenal juga dengan keterampilan proses, dengan mengembangkan kemampan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang di tuntut. Dari batasan pendekatan keterampilan proses tersebut, kita memperoleh suatu gambaran bahwa pendekatan ketrampilan proses bukanlah suatu tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa, justru dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sehingga melalui keterampilan proses yang diperoleh siswa akan lebih bermakna karena keterampilan berpikir siswa akan lebih berkembang. “Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri dalam memproses perolehan belajarnya. ” 8 Dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan proses sains tersebut harus ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Dengan demikian, keterampilan proses menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap, wawasan, dan nilai. Jadi, keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melaksanakan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, 7 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet. I, h. 93 8 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, h. 149 penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. 9 Pembelajaran IPA menekankan pada pembelajaran langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu ” dan “berbuat”, hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. 10 Proses mencari tahu ini dapat meliputi menemukan peristiwa, mengamati dan mengolahnya, sedangkan berbuat melakukan proses di mana melakukan kegiatan penemuan atau juga disebut dengan penelitian. Pada dasarnya siswa memiliki keterampilan dalam belajar, misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, investigasi, observasi, klasifikasi, prediksi, interpretasi dan komunikasi. Namun keterampilan-keterampilan tersebut terkadang tidak muncul, maka diperlukan metode dan model pembelajaran yang membangkitkan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam pembelajaran dengan cara mengaitkan materi kimia yang akan dipelajari dengan fenomena alam yang sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan sains, siswa harus menguasai keterampilan dasar praktikum. Keterampilan ini akan dapat dikuasai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran yang sesuai. Melalui kegiatan praktikum, siswa dapat mempelajari sains dengan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses sains, dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Selain itu praktikum dapat membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran. Kegiatan praktikum dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menggunakan pengunaan model pembelajaran problem solving. 9 Trianto, Model pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 141 10 Zulfiani, op. cit., h. 48. Laju reaksi merupakan salah satu materi yang dapat diterapkan dalam proses pemecahan masalah. Materi di dalamnya merupakan materi yang abstrak dan biasanya materi tersebut diajarkan hanya untuk pemahaman konsep saja maka siswa kurang mengetahui manfaat dari mempelajari materi ini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, model pembelajaran problem solving dapat mengaitkan konsep laju reaksi dengan proses pemecahan masalah. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan serta mengembangkan KPS siswa disamping terciptanya pembelajaran yang aktif, menarik, inspiratif dan menyenangkan. Model Problem Solving merupakan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada materi ini, karena pada pebelajarannya siswa dihadapkan pada suatu permasalahan nyata yang harus dipecahkan dengan menerapkan konsep-konsep kimia yang relevan. Kemampuan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh pelajar pada saat ini. Problem solving adalah proses di mana pola penalaran digabungkan, dihaluskan, diperluas dan diciptakan. Problem solving sebagai model pembelajaran telah dikembangkan beberapa ahli, diantaranya Brandsford and Stein dan Mothes. Brandsford juga telah mengembangkan model ini pada pembelajaran sains. Menurut Brandsford, pembelajaran problem solving mencakup 5 tahapan, yaitu: identifikasi masalah, mendefinisikan masalah, mencari solusi, melaksanakan strategi dan mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruhnya. 11 Karakteristik sains sangat unik dimana melibatkan produk dan prosesnya. Karenanya, pendidikan sains memiliki tugas untuk memberikan proporsi yang seimbang baik aspek produk maupun proses dalam membentuk komunitas yang melek sains. Oleh karena itu, untuk memberi masukan dan perbaikan terhadap pembelajaran sains khususnya kimia, peneliti menganalisis keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan 11 Jamie Kirkley, Priciple For Teaching Problem Solving, Plato Learning Inc. 2003, h. 3 pendekatan yang menekankan pada aktivitas siswa salah satunya adalah model problem solving, dengan harapan aspek-aspek keterampilan proses sains siswa dapat terungkap, sehingga siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan memiliki sikap positif. Pada kesempatan kali ini, peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki siswa kelas XI IPA 1 di SMA 8 Muhammadiyah Ciputat dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan praktikum menggunakan model problem solving. Sehingga peneliti mengambil judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Adanya konsep-konsep yang abstrak sehingga menjadikan kimia sebagai mata pelajaran yang sulit. 2. Lemahnya peran guru dalam mengaplikasikan model, metode atau strategi pembelajaran untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran. 3. Pembelajaran kimia tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman sendiri. 4. Pembelajaran kimia belum melatih siswa mengembangkan keterampilan proses sains dalam memecahkan masalah. 5. Pembelajaran kimia lebih banyak menggunakan konsep-konsep materi transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung di hafal siswa tanpa mengetahui prosesnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar lebih terarah pada ruang lingkup penelitian ini perlu dibatasi. Adapun batasan-batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan siswa yang diteliti adalah keterampilan proses sains siswa mengobservasi, mengklasifikasi, interpretasi, memprediksi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alatbahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi. 2. Penggunaan model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran kimia dengan pokok bahasan laju reaksi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah dirumuskan dalam penelitian ini : Bagaimana kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 8 Ciputat pada pembelajaran sistem laju reaksi menggunakan model problem solving ”.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA 1SMA 8 Muhammadiyah Ciputat dan mengetahui keterampilan prooses sains yang lebih dominan dimiliki oleh siswa SMA 8 Muhammadiyah Ciputat pda kegiatan pembelajaran model problem solving dan praktikum. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui kegiatan penyelidikan atau proses ilmiah. Dan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa. b. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains. c. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan agar peneliti lebih terampil dalam menggunakan model-model pembelajaran yang ada. d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan informasi tentang penggunaan model problem solving untuk kepentingan penelitian selanjutnya.

BAB II DESKRIPSI TEORITIS

A. Landasan Teori 1. Keterampilan Proses Sains KPS

Keterampilan adalah kemampuan menggunakan fikiran, nalar dan perbuatan secara efesien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreatifitas. Keterampilan proses dapat diartikan sebagai: 1 wahana dan pengembangan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa, 2 memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan, siswa berperan pula menunjang perkembangan keterampilan proses dari diri siswa, dan 3 interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep serta prinsip ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan mengembangan sikap dan nilai ilmuwan dari siswa. 1 BSNP menyatakan bahwa ilmu kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah. 2 Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan. 3 Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Senada dengan Amalia dan ketut yang menjelaskan bahwa “keterampilan proses menekankan pada fakta yang ditemukan dalam kegiatan pengujian yang 139 1 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 2 BSNP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas, 2006, h. 459 3 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet. I, h. 51 11