Pembahasan HASIL PENELIITIAN DAN PEMBAHASAN

ini, beberapa siswa dalam mengambil larutan tidak menggunakan pipet tetes maupun pipet volum, tetapi langsung menuangkan ke gelas ukur dan ada juga yang langsung menuang ke dalam gelas kimia. Hal tersebut mengkhawatirkan tingkat keakuratan derajat meniskus jumlah mL larutan tidak sesuai. Kekurangan lain adalah membaca meniscus atau menentukan batas ukur suatu zat yang diukur. Siswa menggunakan meniscus atas dalam pembacaan skala pada alat ukur yang digunakan, dimana seharusnya menggunakan meniscus bawah. 3. Aspek Merencanakan Percobaan Keterampilan menyiapakan alat dan bahan merupakan aspek keterampilan dasar karena siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penyelidikan tersebut. 3 Hasil analisis dan pengamatan melalui lembar observasi menunjukkan bahwa aspek merencanakan percobaan memiliki nilai persentase rata-rata 80,50 Baik, sedangkan aspek merencanakan percobaan yang dianalisis melalui pengamatan dalam LKS memiliki persentase 81,75 Baik. Hasil data wawancara menunjukkan bahwa siswa mampu menentukan dan mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum karena mereka menpunyai pengetahuan dasar mengenai fungsi dan kegunaan alat dan bahan-bahan kimia, sehingga memudahkan mereka untuk melakukan praktikum dalam menguji teori yang telah dipelajari yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pada lembar observasi, keterampilan merencanakan percobaan yang diteliti terdiri dari dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah menentukan alat dan bahan dan sub aspek yang kedua adalah menentukan prosedur kerja dalam praktikum. Kedua sub aspek ini merupakan bahan dasar untuk melakukan praktikum. Aspek pertama tergolong baik 3 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang : UM PRESS, 2005, Cet. I, h. 81 dilakukan oleh siswa karena dalam hal ini siswa mampu menentukan alat dan bahan apa saja yang akan di gunakan dalam praktikum. Namun pada aspek kedua, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menentukan prosedur kerja praktikum. Berdasarkan saran guru bidang studi, peneliti memberikan prosedur langkah kerja kepada siswa untuk menyamakan persepsi dalam menentukan prosedur kerja praktikum faktor-faktor yang akan mempengaruhi laju reaksi. 4. Aspek Mengkomunikasikan Hasil analisis dan hasil pengamatan pada lembar observasi, keterampilan proses sains siswa aspek mengkomunikasikan memiliki nilai dengan persentase 79,50 baik, sedangkan pada lembar kerja siswa memperoleh nilai persentase 80,75 baik. Hasil tersebut didukung dengan data wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa senang untuk melakukan diskusi, karena siswa ingin bertukar fikiran dengan kelompok lain dan membandingkan hasil pengamatan yang ia peroleh dengan teman sekelompoknya maupun dengan kelompok lain Sebagaimana menurut Rustaman, dkk. keterampilan berkomunikasi adalah menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi, dan hasil percobaan kepada orang lain. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, tabel dan diagram, jenis komunikasi dapat berupa paparn sistemik laporan atau transformasi parsial. 4 Keterampilan mengkomunikaiskan dalam penelitian ini terdiri dari mendiskusikan hasil pengamatan, membuat tabel, grafik pengamatan dan membuat laporan praktikum. Adapun penjelasan mengenai sub aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Mendiskusikan Hasil Pengamatan Pada saat pembelajaran, tampak adanya kegiatan saling tukar menukar informasi dengan anggota sesama kelompok dan kelompok 4 Rustaman, op. cit., h. 53 lain. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi yang bagus antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Setelah mendapatkan hasil praktikum, semua kelompok melakukan diskusi mengenai hasil praktikum dan olah data hasil praktikum. b. Membuat Tabel dan Grafik Hasil Pengamatan Setelah mendapatkan hasil praktikum, siswa merangkainya ke dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengamatan. Dalam hal ini kemampuan siswa sudah cukup baik dalam membuat tabel dan grafik hasil pengamatan. Tabel tersebut menggambarkan hasil dari praktikum faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, diantaranya adalah faktor konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Tabel pengamatan praktikum laju reaksi berisikan nama larutanzat, konsentrasi zat M, suhu reaksi T, waktu reaksi t, dan laju reaksi v. tabel pengamatan siswa pada praktikum laju reaksi memiliki komponen-komponen seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada praktikum ini siswa sudah mampu mengkomunikasikan hasil praktikum dengan membuat tabel yang baik. Sedangkan pada grafik faktor laju reaksi pada kordinat sumbu y merupakan faktornya dan pada sumbu x merupakan waktu reaksinya. c. Membuat Laporan Praktikum Laporan ini dapat berupa tulisan atau rekaman praktikum. Dalam hal ini siswa menggunakan tulisan dalam membuat laporan hasil praktikum. Pada sub aspek ini siswa mengalami penurunan, dikarenakan ada beberapa siswa tidak melengkapi secara keseluruhan apa yang terdapat dalam lembar kerja siswa dan ada juga beberapa siswa yang kurang benar menjawab soal yang terdapat dalam LKS. Membuat laporan hasil praktikum merupakan hal yang sudah lazim dilakukan ketika telah menyelesaikan praktikum, penyusunan laporan merupakan hasil pemikiran dan hasil perbuatan ketika sebelum dan sesudah melakukan praktikum, dan dipengaruhi oleh keterampilan proses sains siswa seperti mengamati, memprediksi, menerapkan konsep dan melakukan percobaan dan yang lainnya. Apabila data yang dihasilkan kurang relevan atau salah maka nilai-nilai dalam laporan praktikum akan berkurang dan salah fatal. Kecuali siswa menjelaskan kekurangan-kekuranagn kenapa hasil tersebut dapat terjadi. 5. Aspek Menerapkan Konsep Pada lembar observasi yang diamati dalam penelitian ini, ada dua sub aspek keterampilan proses sains siswa, diantaranya adalah sub aspek menggunakan alat dan bahan dan sub aspek perhitungan. Konsep perhitungan yang dimaksud adalah menghitung laju reaksi faktor konsentrasi, faktor luas permukaan, faktor suhu dan faktor katalis. Pada faktor ini siswa diharuskan menerapkan atau mengaplikasikan konsep- konsep yang telah dipelajari pada kegiatan pembelajaran di kelas maupun praktikum di laboratorium. Dengan melihat kualitas keterampilan ini, seorang guru dapat menilai sejauh mana siswa memahami konsep yang telah diajarakan dan sejauh mana pengaplikasian konsep tersebut. Keterampilan ini menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembankan konsep atau prinsip yan telah dimiliki oleh siswa. Penjelasan mengenai kedua sub aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Konsep menggunakan alat Hasil observasi menunjukkan bahwa sub aspek menggunakan alat mengarah pada pemakaian alat seperti menggunaan neraca, menggunakan termometer, mereaksikan zat dan lain-lain. Pada praktikum ini, siswa menerapkan konsep yang baik dalam menggunakan alat dan bahan praktikum. Siswa mensterilisasi alat yang akan dipakai dalam praktikum. Dan siswa juga mencuci kembali alat yang sudah digunakan. Selebihnya siswa sudah mengetahui cara menggunakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum. b. Konsep perhitungan Berdasarkan data hasil observer, keterampilan proses sains siswa konsep perhitungan mengalami kenaikan. Konsep perhitungan yang dimaksud seperti perhitungan molaritas M, pengenceran, dan hasil laju reaksi. Pada perhitungan laju reaksi faktor suhu dan katalis mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena minimnya pencatatan dan pengamatan mengenai hasil observasi yang mereka lakukan dalam praktikum. Berdasarkan analisis dan hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki nilai dengan persentase yaitu 78,50 baik, sedangkan hasil pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki nilai persentase yaitu 80,00 baik. Hasil tersebut didukung dengan data pada wawancara, siswa pada aspek ini sudah memahami secara teknis namun dalam aplikasinya ada beberapa siswa yang melakukannya kurang tepat dan benar, seperti penggunaan neraca untuk menimbang dan penggunaan termometer. siswa merasa kesulitan dalam penggunaan neraca, membaca skala dan pada termometer siswa kelupaan menggunakan benang untuk menjadi pegangan pada saat melakukan praktikum faktor laju reaksi suhu. Selain itu, dalam melakukan perhitungan ada beberapa siswa yang salah dalam menjumlahkan dikarenakan kurangnya ketelitian siswa dalam menghitung atau ketika menggunakan stopwatch. 6. Keterampilan Bertanya Berdasarkan analisis dan hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan persentase yaitu 76,25 baik, sedangkan hasil analisis dan pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan persentase yaitu 80,75 baik. Pada aspek ini, siswa cukup aktif bertanya jika ada hal-hal yang mereka kurang mengerti baik ketika diskusi maupun secara personal kepada guru yang bersangkutan. Disamping itu, ada beberapa siswa yang masih ragu dan malu untuk bertanya, dikarenakan siswa masih merasa canggung untuk bertanya kepada guru. Hal ini terjadi disebabkan ketika proses pembelajaran sehari-hari kurangnya melakukan diskusi. Jadi, beberapa siswa ada yang beranggapan cukup menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas. Pada lembar observasi, yang diteliti dari penelitian ini terdiri dari dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah bertanya untuk meminta penjelasan dan sub aspek yang kedua adalah mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Pada sub aspek bertanya untuk meminta penjelasan memiliki nilai presentase yang paling tinggi dibandingkan dengan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Bertanya untuk meminta penjelasan merupakan hal yang mudah dilakukan oleh siswa, karena siswa dapat bertanya apa saja yang belum mereka mengerti tentang materi yang sedang diajarkan. Sedangkan sub aspek mengajukan pertanyaan muncul dengan presentase yang rendah karena sub aspek ini membutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi yang sedang di kaji dikelas. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas, sehingga nantinya siswa akan mampu untuk membayangkan hal yang yang akan kemudian mereka pertanyakan. 7. Aspek Interpretasi Keterampilan aspek interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keterarutan dari satu pengamatan hingga memperoleh kesimpulan. 5 Sub aspek yang di teliti dalam penelitian ini adalah menggambarkan menterjemahkan data, membandingkan hasil pengamatan yang di dapatkan, dan menyimpulkan berdasarkan data percobaan yang di dapatkan. Ketiga aspek ini terdapat dalam lembar kerja siswa dan di analisis juga dalam lembar observasi. Siswa dituntut untuk melengkapi lembar kerja siswa yang telah disediakan. Aspek ini sangat penting untuk dilakukan, karena jika siswa tidak melakukannya hasil praktikum akan nihil. Aspek ini masih ada kesinambungan dengan aspek yang lain, diantaranya adalah aspek menerapkan konsep dan aspek mengkomunikasikan. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek interpretasi atau menafsirkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa data lembar observasi memiliki nilai persentase 75,00 cukup, sedangkan hasil analisis dan pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek interpretasi memiliki nilai persentase 77,50 cukup. Hasil ini juga didukung oleh data wawancara, beberapa siswa menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan pada sub aspek yang kedua yaitu membandingkan hasil pengamatan yang di dapatkan. Hal ini dikarenakan data yang mereka dapatkan belum lengkap sehingga untuk membandingkan data dengan praktikum dan kelompok yang lain menjadi kesulitan. Inilah yang membuat siswa belum bisa mengembangkan secara optimal aspek KPS interpretasi. 8. Aspek Mengklasifikasikan Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek mengklasifikasikan, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persentase 77,00 baik dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek mengklasifikasikan memiliki nilai dengan persentase 71,75 cukup. Dalam hal ini, siswa selalu mencatat hal-hal yang penting dalam setiap apa yang ia dapatkan selama 5 Nuryani Y. Rustaman, hal. 53 kegiatan pembelajaran maupun praktikum. Dalam sub aspek yang kedua, siswa juga membandingkan data hasil pengamatan antara praktikum faktor laju reaksi yang pertama, kedua, ketiga dan yang keempat. Hal tersebut dilakukan untuk menguji teori yang sudah dipelajari selama proses kegiatan pembelajaran. Kedua aspek tersebut merupakan bagian dari LKS, dan siswa pun dituntut untuk melengkapi LKS yang telah diberikan. Berdasarkan pendapat beberapa siswa, mereka mengalami kesulitan dalam membandingkan data hasil pengamatan yang dilakukan dengan hasil pengamatan lain, karena sedikitnya informasi yang dimilki siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 9. Aspek Memprediksi Aspek keterampilan memprediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada. 6 Pada aspek ini, sebagian besar siswa memprediksi atau mengusulkan kejadian berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi kelompok sehingga praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Siswa memperkirakan waktu reaksi pada saat larutan diberikan kondisi terhadap konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis. Siswa memperkirakan waktu reaksi yang terjadi berdasarkan teori yang ia pelajari, hal ini mempermudah siswa memahami dengan cepat praktikum yang ia lakukan. Pada tahap ini dibutuhkan ketelitian ketika observasi dan ketepatan dalam membedakan dan membandingkan hasil praktikum yang dilakukan siswa pada saat praktikum di laboratorium. Berdasarkan hasil analisis dan hasil pengamatan aspek memprediksi, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persentase 71,75 cukup dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek memprediksi memiliki nilai persenatse 6 Zulfani, dkk., op. cit., h. 53 68,25 cukup. Hasil ini juga didukung dengan data wawancara, ada beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memprediksi waktu reaksi, karena praktikum ini baru sekali dilakukan dan siswa merasa kurang memiliki informasi yang mendalam tentang materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Berdasarkan hasil analisis dan hasil pengamatan aspek memprediksi, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi dan lembar kerja siswa memiliki nilai persentase rata-rata 69,75 dengan kategori cukup. Dalam aspek ini, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memprediksi waktu reaksi. Hal ini terjadi, karena praktikum jarang dilakukan dan siswa merasa kurang memiliki informasi yang mendalam tentang materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 10. Aspek Menyusun Hipotesis Aspek menyusun hipotesis merupakan aspek yang paling sedikit muncul dalam penelitian ini dilihat dari nilai persenatsenya. Hal ini dikarenakan pembuatan hipotesis berada di awal kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek menyusun hipotesis, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persenatse 67,75 cukup dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa menyusun hipotesis memiliki nilai dengan persentase 67,50 cukup. Hal ini menunjukkan bahwa menyusun hipotesis tidaklah mudah, karena dalam berhipotesis siswa membutuhkan pengetahuan dasar tentang hal yang akan di kaji, oleh sebab itu siswa harus memahami konsep dasar materi yang di bahas dan membaca materi yang akan diajarkan terlebih dahulu. Pada aspek ini, siswa mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesis, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa untuk menyusun hipotesis di awal pembelajaran. Selain itu, beberapa siswa lain menyatakan belum membaca materi yang ditugaskan oleh guru sehingga pengetahuan siswa kurang luas dan kurang peka dengan keadaan sekitar. Hipotesis adalah untuk menjelaskan beberapa hasil observasi, kejadian, atau hubungan. Ada hal penting yang harus diketahui dalam mengembangkan keterampilan proses ini, yakni gagasan pendapat bahwa hipotesis itu benar. 7 Pada dasarnya hipotesis di rumuskan berdasarkan pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi. Mewujudkan siswa untuk memiliki keterampilan berhipotesis memang tidaklah mudah, namun yang terpenting adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pada kondisi spesifik berdasarkan gagasan yang ada pada diri siswa. Berdasarkan data analisis kemampuan aspek keterampilan proses sains siswa diatas, menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem solving IDEAL pada sistem laju reaksi kelas XI telah memunculkan keterampilan proses sains siswa. Dengan pembelajaran tersebut siswa merasa senang, tidak hanya mampu mengembangkan aspek psikomotorik tetapi aspek kognitif dan afektif siswa pun muncul. Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, yang meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotorik, serta nilai dan sikap afektif. Dalam hal ini, Slameto menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 8 7 Nuryani Y. Rustaman., op, cit.,h. 84 8 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, Cet. V, h. 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 8 Ciputat dan mengetahui keterampilan proses yang lebih dominan muncul pada kegiatan pembelajaran menggunakan model problem solving dan kegiatan praktikum di laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka diperoleh kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Secara umum, kemampuan keterampilan proses sains siswa memperoleh nilai dengan rata-rata baik. Keterampilan mengamati, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, menerapkan konsep, dan mengklasifikasikan termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan mengajukan pertanyaan, memprediksi, interpretasi, dan menyusun hipotesis termasuk ke dalam kategori cukup. 2. Keterampilan proses sains yang paling dominan muncul adalah keterampilan mengobservasi mengamati memiliki persentase 82,75 dengan kategori baik.

B. SARAN

1. Keterampilan proses sains menyusun hipotesis perlu ditingkatkan dengan cara menanamkan pemahaman dasar ketika di awal pembelajaran. Upaya tersebut dilakukan agar siswa dapat mengembangkan ide-ide kreatif ketika diskusi dan praktikum di laboratorium. 70 2. Keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan merupakan hal yang paling krusial dalam praktikum. Oleh karena itu disarankan sebelum praktikum dimulai, siswa diberikan pengantar kegunaan dan fungsi alat dan bahan percobaan yang akan digunakan. Hal ini dilakukan karena keberhasilan praktikum terletak pada aspek KPS menggunakan alat dan bahan. DAFTAR PUSTAKA Akinyemi O. A. dan Folashade Afolabi. Analysis Of Science Process Skills In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations In Nigeria, 2010 Ango, Mary L., Mastery Of Science Process Skills And Their Effective Use In The Teaching Of Scinec: An Educology Of Science In The Nigerian Context, Internasional Journal Of Educology, 2002. Arifin, Mulyati., dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: UPI. 2000 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta. 2010 BSNP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 2006 Cahyana, Ucu., dkk. KIMIA untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta: Piranti Darma kalokatama. 2007. Cardellini, Liberato., Fostering Creative Problem Solving In Chemistry Through Group Work. 2006 Colin Wood. The development of creative problem solving in chemistry. 2006 Dahar, Ratna Wilis., Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. 2011 Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2002 Djamarah, Syaiful Bahri. Stratgei Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Dwiyanti, Gebi dan Wiwi Siswaningsih. Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. 2005 Elvan, dkk. Effect Of Problem Solving Method On Science Process Skills And Academic Achievement. Journal Of Turkish Science Education. 2010 Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 1999 Inherent Dikti, UUD RI No. 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional, dapat diakses di www.inherent-dikti.netfilessisdiknas.pdf. 72 Kampourakis, Constantions, dan Georgios Tsaparlis, A Study O Of Practical Of The Effect Of Practical Activity On Problem Solving In Chemistry, Chemistry Education : Research And Practive Vol 4, 2003 Kirkley, Jamie. Priciple For Teaching Problem Solving. Plato Learning Inc. 2003. Nitko, Anthony J. dan Susan M. B, “Educational Assessment Of Student”, Chapter Eleven. Prasetyo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. 2011. Purwanto, Ngalim. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010 Rosbiono, Momo. Teori Problem Solving Untuk Sains. Materi Diklat TOT Bidang Olimpiade Matematika Dan Sains. 2007. Rustaman, Y. Nuryani., dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM Press. 2005 Salirawati, Das, dkk. Belajar KIMIA secara menarikuntuk SMAMA kelas XI. Jakarta: Grasindo, 2007 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Gruop. 2010. Sapriati, Amalia., dkk. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 2011 Semiawan, Conny., dkk. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. 1992 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Subana, dkk. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. 2001 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009