Pembahasan HASIL PENELIITIAN DAN PEMBAHASAN
ini, beberapa siswa dalam mengambil larutan tidak menggunakan pipet tetes maupun pipet volum, tetapi langsung menuangkan ke gelas ukur dan
ada juga yang langsung menuang ke dalam gelas kimia. Hal tersebut mengkhawatirkan tingkat keakuratan derajat meniskus jumlah mL larutan
tidak sesuai. Kekurangan lain adalah membaca meniscus atau menentukan batas ukur suatu zat yang diukur. Siswa menggunakan meniscus atas
dalam pembacaan skala pada alat ukur yang digunakan, dimana seharusnya menggunakan meniscus bawah.
3. Aspek Merencanakan Percobaan Keterampilan menyiapakan alat dan bahan merupakan aspek
keterampilan dasar karena siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penyelidikan
tersebut.
3
Hasil analisis dan pengamatan melalui lembar observasi menunjukkan bahwa aspek merencanakan percobaan memiliki nilai
persentase rata-rata 80,50 Baik, sedangkan aspek merencanakan percobaan yang dianalisis melalui pengamatan dalam LKS memiliki
persentase 81,75 Baik. Hasil data wawancara menunjukkan bahwa siswa mampu menentukan dan mengambil alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum karena mereka menpunyai pengetahuan dasar mengenai fungsi dan kegunaan alat dan bahan-bahan kimia, sehingga
memudahkan mereka untuk melakukan praktikum dalam menguji teori yang telah dipelajari yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Pada lembar observasi, keterampilan merencanakan percobaan yang diteliti terdiri dari dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah
menentukan alat dan bahan dan sub aspek yang kedua adalah menentukan prosedur kerja dalam praktikum. Kedua sub aspek ini merupakan bahan
dasar untuk melakukan praktikum. Aspek pertama tergolong baik
3
Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang : UM PRESS, 2005, Cet. I, h. 81
dilakukan oleh siswa karena dalam hal ini siswa mampu menentukan alat dan bahan apa saja yang akan di gunakan dalam praktikum. Namun pada
aspek kedua, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menentukan prosedur kerja praktikum. Berdasarkan saran guru bidang studi, peneliti
memberikan prosedur langkah kerja kepada siswa untuk menyamakan persepsi dalam menentukan prosedur kerja praktikum faktor-faktor yang
akan mempengaruhi laju reaksi. 4. Aspek Mengkomunikasikan
Hasil analisis dan hasil pengamatan pada lembar observasi, keterampilan proses sains siswa aspek mengkomunikasikan memiliki nilai
dengan persentase 79,50 baik, sedangkan pada lembar kerja siswa memperoleh nilai persentase 80,75 baik. Hasil tersebut didukung
dengan data wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa senang untuk melakukan diskusi, karena siswa ingin bertukar fikiran dengan kelompok
lain dan membandingkan hasil pengamatan yang ia peroleh dengan teman sekelompoknya maupun dengan kelompok lain
Sebagaimana menurut Rustaman, dkk. keterampilan berkomunikasi adalah menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi,
dan hasil percobaan kepada orang lain. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, tabel dan diagram, jenis komunikasi
dapat berupa paparn sistemik laporan atau transformasi parsial.
4
Keterampilan mengkomunikaiskan dalam penelitian ini terdiri dari mendiskusikan hasil pengamatan, membuat tabel, grafik pengamatan
dan membuat laporan praktikum. Adapun penjelasan mengenai sub aspek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mendiskusikan Hasil Pengamatan Pada saat pembelajaran, tampak adanya kegiatan saling tukar
menukar informasi dengan anggota sesama kelompok dan kelompok
4
Rustaman, op. cit., h. 53
lain. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi yang bagus antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Setelah mendapatkan hasil
praktikum, semua kelompok melakukan diskusi mengenai hasil praktikum dan olah data hasil praktikum.
b. Membuat Tabel dan Grafik Hasil Pengamatan Setelah mendapatkan hasil praktikum, siswa merangkainya ke
dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengamatan. Dalam hal ini kemampuan siswa sudah cukup baik dalam membuat tabel dan grafik
hasil pengamatan. Tabel tersebut menggambarkan hasil dari praktikum faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, diantaranya adalah faktor
konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Tabel pengamatan praktikum laju reaksi berisikan nama
larutanzat, konsentrasi zat M, suhu reaksi T, waktu reaksi t, dan laju reaksi v. tabel pengamatan siswa pada praktikum laju reaksi
memiliki komponen-komponen seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada praktikum ini siswa sudah
mampu mengkomunikasikan hasil praktikum dengan membuat tabel yang baik. Sedangkan pada grafik faktor laju reaksi pada kordinat
sumbu y merupakan faktornya dan pada sumbu x merupakan waktu reaksinya.
c. Membuat Laporan Praktikum Laporan ini dapat berupa tulisan atau rekaman praktikum.
Dalam hal ini siswa menggunakan tulisan dalam membuat laporan hasil praktikum. Pada sub aspek ini siswa mengalami penurunan,
dikarenakan ada beberapa siswa tidak melengkapi secara keseluruhan apa yang terdapat dalam lembar kerja siswa dan ada juga beberapa
siswa yang kurang benar menjawab soal yang terdapat dalam LKS. Membuat laporan hasil praktikum merupakan hal yang sudah
lazim dilakukan ketika telah menyelesaikan praktikum, penyusunan laporan merupakan hasil pemikiran dan hasil perbuatan ketika sebelum
dan sesudah melakukan praktikum, dan dipengaruhi oleh keterampilan proses sains siswa seperti mengamati, memprediksi, menerapkan
konsep dan melakukan percobaan dan yang lainnya. Apabila data yang dihasilkan kurang relevan atau salah maka nilai-nilai dalam laporan
praktikum akan berkurang dan salah fatal. Kecuali siswa menjelaskan kekurangan-kekuranagn kenapa hasil tersebut dapat terjadi.
5. Aspek Menerapkan Konsep Pada lembar observasi yang diamati dalam penelitian ini, ada dua
sub aspek keterampilan proses sains siswa, diantaranya adalah sub aspek menggunakan alat dan bahan dan sub aspek perhitungan. Konsep
perhitungan yang dimaksud adalah menghitung laju reaksi faktor konsentrasi, faktor luas permukaan, faktor suhu dan faktor katalis. Pada
faktor ini siswa diharuskan menerapkan atau mengaplikasikan konsep- konsep yang telah dipelajari pada kegiatan pembelajaran di kelas maupun
praktikum di laboratorium. Dengan melihat kualitas keterampilan ini, seorang guru dapat
menilai sejauh mana siswa memahami konsep yang telah diajarakan dan sejauh mana pengaplikasian konsep tersebut. Keterampilan ini menjadi
penunjang dalam memantapkan dan mengembankan konsep atau prinsip yan telah dimiliki oleh siswa. Penjelasan mengenai kedua sub aspek
tersebut adalah sebagai berikut : a. Konsep menggunakan alat
Hasil observasi menunjukkan bahwa sub aspek menggunakan alat mengarah
pada pemakaian alat seperti menggunaan
neraca, menggunakan termometer, mereaksikan zat dan lain-lain. Pada
praktikum ini, siswa menerapkan konsep yang baik dalam menggunakan alat dan bahan praktikum. Siswa mensterilisasi alat
yang akan dipakai dalam praktikum. Dan siswa juga mencuci kembali alat yang sudah digunakan. Selebihnya siswa sudah mengetahui cara
menggunakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Konsep perhitungan Berdasarkan data hasil observer, keterampilan proses sains siswa
konsep perhitungan mengalami kenaikan. Konsep perhitungan yang dimaksud seperti perhitungan molaritas M, pengenceran, dan hasil
laju reaksi. Pada perhitungan laju reaksi faktor suhu dan katalis mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena minimnya
pencatatan dan pengamatan mengenai hasil observasi yang mereka lakukan dalam praktikum.
Berdasarkan analisis dan hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki nilai dengan
persentase yaitu 78,50 baik, sedangkan hasil pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki
nilai persentase yaitu 80,00 baik. Hasil tersebut didukung dengan data pada wawancara, siswa pada aspek ini sudah memahami secara teknis
namun dalam aplikasinya ada beberapa siswa yang melakukannya kurang tepat dan benar, seperti penggunaan neraca untuk menimbang dan
penggunaan termometer. siswa merasa kesulitan dalam penggunaan neraca, membaca skala dan pada termometer siswa kelupaan
menggunakan benang untuk menjadi pegangan pada saat melakukan praktikum faktor laju reaksi suhu. Selain itu, dalam melakukan
perhitungan ada beberapa siswa yang salah dalam menjumlahkan dikarenakan kurangnya ketelitian siswa dalam menghitung atau ketika
menggunakan stopwatch. 6. Keterampilan Bertanya
Berdasarkan analisis dan hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan persentase
yaitu 76,25 baik, sedangkan hasil analisis dan pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan
persentase yaitu 80,75 baik.
Pada aspek ini, siswa cukup aktif bertanya jika ada hal-hal yang mereka kurang mengerti baik ketika diskusi maupun secara personal
kepada guru yang bersangkutan. Disamping itu, ada beberapa siswa yang masih ragu dan malu untuk bertanya, dikarenakan siswa masih merasa
canggung untuk bertanya kepada guru. Hal ini terjadi disebabkan ketika proses pembelajaran sehari-hari kurangnya melakukan diskusi. Jadi,
beberapa siswa ada yang beranggapan cukup menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa
dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas. Pada lembar observasi, yang diteliti dari penelitian ini terdiri dari
dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah bertanya untuk meminta penjelasan dan sub aspek yang kedua adalah mengajukan pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis. Pada sub aspek bertanya untuk meminta penjelasan memiliki nilai presentase yang paling tinggi dibandingkan
dengan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Bertanya untuk meminta penjelasan merupakan hal yang mudah
dilakukan oleh siswa, karena siswa dapat bertanya apa saja yang belum mereka mengerti tentang materi yang sedang diajarkan. Sedangkan sub
aspek mengajukan pertanyaan muncul dengan presentase yang rendah karena sub aspek ini membutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam
tentang materi yang sedang di kaji dikelas. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi
yang akan dibahas, sehingga nantinya siswa akan mampu untuk membayangkan hal yang yang akan kemudian mereka pertanyakan.
7. Aspek Interpretasi Keterampilan aspek interpretasi meliputi keterampilan mencatat
hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keterarutan dari satu pengamatan hingga
memperoleh kesimpulan.
5
Sub aspek yang di teliti dalam penelitian ini adalah menggambarkan menterjemahkan data, membandingkan hasil
pengamatan yang di dapatkan, dan menyimpulkan berdasarkan data percobaan yang di dapatkan. Ketiga aspek ini terdapat dalam lembar kerja
siswa dan di analisis juga dalam lembar observasi. Siswa dituntut untuk melengkapi lembar kerja siswa yang telah disediakan. Aspek ini sangat
penting untuk dilakukan, karena jika siswa tidak melakukannya hasil praktikum akan nihil. Aspek ini masih ada kesinambungan dengan aspek
yang lain, diantaranya adalah aspek menerapkan konsep dan aspek mengkomunikasikan.
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek interpretasi atau menafsirkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa data lembar observasi
memiliki nilai persentase 75,00 cukup, sedangkan hasil analisis dan pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek interpretasi memiliki nilai
persentase 77,50 cukup. Hasil ini juga didukung oleh data wawancara, beberapa siswa menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan pada sub
aspek yang kedua yaitu membandingkan hasil pengamatan yang di dapatkan. Hal ini dikarenakan data yang mereka dapatkan belum lengkap
sehingga untuk membandingkan data dengan praktikum dan kelompok yang lain menjadi kesulitan. Inilah yang membuat siswa belum bisa
mengembangkan secara optimal aspek KPS interpretasi. 8. Aspek Mengklasifikasikan
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek mengklasifikasikan, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi
memiliki nilai dengan persentase 77,00 baik dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek mengklasifikasikan memiliki
nilai dengan persentase 71,75 cukup. Dalam hal ini, siswa selalu mencatat hal-hal yang penting dalam setiap apa yang ia dapatkan selama
5
Nuryani Y. Rustaman, hal. 53
kegiatan pembelajaran maupun praktikum. Dalam sub aspek yang kedua, siswa juga membandingkan data hasil pengamatan antara praktikum faktor
laju reaksi yang pertama, kedua, ketiga dan yang keempat. Hal tersebut dilakukan untuk menguji teori yang sudah dipelajari selama proses
kegiatan pembelajaran. Kedua aspek tersebut merupakan bagian dari LKS, dan siswa pun dituntut untuk melengkapi LKS yang telah diberikan.
Berdasarkan pendapat beberapa siswa, mereka mengalami kesulitan dalam membandingkan data hasil pengamatan yang dilakukan
dengan hasil pengamatan lain, karena sedikitnya informasi yang dimilki siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
9. Aspek Memprediksi Aspek
keterampilan memprediksi
mencakup keterampilan
mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada.
6
Pada aspek ini, sebagian besar siswa memprediksi atau mengusulkan kejadian berdasarkan
hasil pengamatan dan diskusi kelompok sehingga praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Siswa memperkirakan waktu
reaksi pada saat larutan diberikan kondisi terhadap konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis. Siswa memperkirakan waktu reaksi yang terjadi
berdasarkan teori yang ia pelajari, hal ini mempermudah siswa memahami dengan cepat praktikum yang ia lakukan. Pada tahap ini dibutuhkan
ketelitian ketika observasi dan ketepatan dalam membedakan dan membandingkan hasil praktikum yang dilakukan siswa pada saat
praktikum di laboratorium. Berdasarkan hasil analisis dan hasil pengamatan aspek
memprediksi, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persentase 71,75 cukup dan hasil analisis dari pengamatan
LKS menunjukkan bahwa aspek memprediksi memiliki nilai persenatse
6
Zulfani, dkk., op. cit., h. 53
68,25 cukup. Hasil ini juga didukung dengan data wawancara, ada beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memprediksi waktu reaksi,
karena praktikum ini baru sekali dilakukan dan siswa merasa kurang memiliki informasi yang mendalam tentang materi faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Berdasarkan hasil analisis dan hasil pengamatan aspek
memprediksi, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi dan lembar kerja siswa memiliki nilai persentase rata-rata 69,75 dengan kategori
cukup. Dalam aspek ini, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memprediksi waktu reaksi. Hal ini terjadi, karena praktikum jarang
dilakukan dan siswa merasa kurang memiliki informasi yang mendalam tentang materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
10. Aspek Menyusun Hipotesis Aspek menyusun hipotesis merupakan aspek yang paling sedikit
muncul dalam penelitian ini dilihat dari nilai persenatsenya. Hal ini dikarenakan pembuatan hipotesis berada di awal kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek menyusun hipotesis, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai
dengan persenatse 67,75 cukup dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa menyusun hipotesis memiliki nilai dengan
persentase 67,50 cukup. Hal ini menunjukkan bahwa menyusun hipotesis tidaklah mudah, karena dalam berhipotesis siswa membutuhkan
pengetahuan dasar tentang hal yang akan di kaji, oleh sebab itu siswa harus memahami konsep dasar materi yang di bahas dan membaca materi
yang akan diajarkan terlebih dahulu. Pada aspek ini, siswa mengalami kesulitan dalam menyusun
hipotesis, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa untuk menyusun hipotesis di awal pembelajaran. Selain itu, beberapa siswa lain menyatakan
belum membaca materi yang ditugaskan oleh guru sehingga pengetahuan siswa kurang luas dan kurang peka dengan keadaan sekitar.
Hipotesis adalah untuk menjelaskan beberapa hasil observasi, kejadian, atau hubungan. Ada hal penting yang harus diketahui dalam
mengembangkan keterampilan proses ini, yakni gagasan pendapat bahwa hipotesis itu benar.
7
Pada dasarnya hipotesis di rumuskan berdasarkan pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi. Mewujudkan siswa untuk
memiliki keterampilan berhipotesis memang tidaklah mudah, namun yang terpenting adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pada kondisi spesifik berdasarkan gagasan yang ada pada diri siswa.
Berdasarkan data analisis kemampuan aspek keterampilan proses sains siswa diatas, menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model
problem solving IDEAL pada sistem laju reaksi kelas XI telah memunculkan keterampilan proses sains siswa. Dengan pembelajaran tersebut siswa merasa
senang, tidak hanya mampu mengembangkan aspek psikomotorik tetapi aspek kognitif dan afektif siswa pun muncul. Pada dasarnya belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, yang meliputi perubahan yang bersifat
pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotorik, serta nilai dan sikap afektif. Dalam hal ini, Slameto menyatakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
8
7
Nuryani Y. Rustaman., op, cit.,h. 84
8
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, Cet. V, h. 2